Tradisi Puter Kayun Boyolangu Terangkum dalam Costum Kontemporer BEC 2018

Tradisi Puter Kayun Boyolangu Terangkum dalam Costum Kontemporer BEC 2018 Talent sub tema keris berpose di ribuan penonton di BEC 2018.

BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - World Class Ethnic Carnival yang tersaji di Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2018 menampilkan beragam budaya adat istiadat lokal Banyuwangi.

Pagelaran BEC 2018 yang digelar Minggu (29/7/2018) kemarin mengangkat tema Promise Fulfillment of Puter Kayun yang menceritakan tradisi adat Kelurahan Boyolangu. Dirangkum dalam sajian kontemporer yang dirancang oleh desainer-desainer lokal maupun nasional yang diperagakan oleh 120 talent lokal Banyuwangi.

Baca Juga: Dongkrak Pencatatan KI Komunal, Kemenkumham Gandeng Pemkab Banyuwangi-Dewan Kesenian Blambangan

Tradisi Puter Kayun Kelurahan Banyolangu diangkat dan disajikan dalam pertunjukan kolosal oleh para pesaji tari dan seni bumi Blambangan di atas catwalk BEC 2018 sepanjang 2 KM. Sajian itu dimulai dari pesta utama taman Blambangan menuju finish di stage 10 sub Segoro di stadion Diponegoro.

Antusias ribuan warga Banyuwangi yang memadati catwalk terbuka menambah semangat para talent untuk beraksi berlenggak lenggok dengan menggunakan busana kontempoler per sub temanya yang diusungnya.

Selain panggung utama yang berada di jalan veteran taman blambangan, juga ada 10 panggung kecil yang diperuntukan untuk para talent untuk menampilkan karyanya di setiap pentas sub temanya.

Baca Juga: Pameran Seni Rupa ArtOs, Khofifah: Jadi Penyemangat Seniman Lokal untuk Terus Berkembang

Sub tema yang di suguhkan seperti ejeg (kusir), dokar (delman), jaran (kuda), gedokan (kandang), buyud jakso (petua sakti bonyolangu), kieris (gaman), oncor oncoran (obor), tapekong (badut), kupat lepet dan segoro (laut).

Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia yang juga menjadi tamu kehormatan pagelaran BEC 2018 dalam sambutannya mengatakan, langkah Banyuwangi dalam mengembangkan pariwisata dinilainya sudah sangat tepat.

Sektor pariwisata saat ini menjadi penyumbang penerimaan negara terbesar setelah sektor energi dan tak lama lagi diprediksi menjadi sumber penerimaan terbesar negara. “Pariwisata ini efektif menciptakan lapangan kerja, menggerakkan ekonomi,Dan itu terbukti di Banyuwangi,” kata Luhut.

Baca Juga: Nelayan Muncar Gelar Petik Laut Secara Sederhana di Masa Pandemi

Talent sub tema dokar saat beraksi di catwalk BEC 2018.

Dijelaskan, Banyuwangi ditetapkan sebagai daerah penyangga Pertemuan Tahunan IMF-World Bank yang diikuti 17.000 delegasi seluruh dunia, Oktober mendatang di Pulau Bali.

Baca Juga: Kenalkan Tradisi pada Generasi Muda, Komunitas Adat Osing Banyuwangi Dirikan Sekolah Adat Pesinauan

Sebagian delegasi itu bakal mendarat dan berwisata di Banyuwangi. Pemerintah pusat menggelontorkan dana Rp 50 miliar untuk memperbaiki infrastruktur kawasan Taman Nasional Alas Purwo yang mempunyai padang rumput eksotis serta Pantai Plengkung dengan ombak terbaik di dunia untuk berselancar.

“Selain itu, ada perbaikan infrastruktur ke kawasan Kawah Ijen yang terkenal dengan fenomena alam api biru (blue flame) yang telah mendunia,” jelas Luhut

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengucapkan terima kasih atas dukungan pemerintah pusat ke Banyuwangi. Berkat dukungan pemerintah pusat, Provinsi dan kerja kolektif bersama rakyat Banyuwangi terus tumbuh. Sektor pariwisata menjadi salah satu pendorong pertumbuhan tersebut.

Baca Juga: Parade Kuwung di Harjaba ke-248, Jadikan Banyuwangi Malam Hari bak Pelangi Bertabur Warna

Dalam tujuh tahun terakhir, sebut Anas, kemiskinan melorot drastis ke level 8,6 persen dari sebelumnya selalu di atas dua digit. Pendapatan per kapita warga melonjak 120 persen. “Tugas menantang ke depan adalah semakin mendorong pemerataan ekonomi hingga ke desa-desa yang terus kita upayakan antara lain lewat program Smart Kampung,” terang Anas.

Sebanyak 21 wisman dari 19 negara juga ikut berpartisipasi dengan memakai pakaian adat using diiringi musik kuntulan. Selain itu raka dan raki Jatim juga ikut tampil memakai baju kontempoler Ijen. Di akhir acara panitia juga mengumumkan tema BEC 2019: The History of Muncar. (gda/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO