PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Kontes "Sape Sonok" kembali digelar di Desa Waru Barat, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Ajang ini sebagai persiapan menuju kontes Sapi Sonok se-Madura yang biasanya digelar berbarengan dengan "Gubeng" atau ajang Kerapan Sapi Piala Presiden di bulan Oktober mendatang.
Kontes Sape Sonok adalah kontes kecantikan sapi yang diikuti oleh sapi-sapi betina. Seperti kontes pada umumnya, adalam kontes Sape Sonok diiringi “Saronen”, musik khas Sumenep. Sapi pun berjalan sambil bergoyang dan berlenggak-lenggok menuju finish.
Baca Juga: Festival Tari Unggulan Meriahkan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Pamekasan ke-494
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Achmad Syaifuddin melalui Kabid Budaya Sonny Budiharto berharap kontes Sape Sonok tetap dijaga kelestariannya, karena merupakan bagian budaya Madura.
"Mari kita bersama-sama merasa memiliki dan mengembangkan potensi yang sudah dilirik oleh para wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Mari kita selalu menjaga dan melestarikan serta mengembangkan sape sonok di Kabupaten Pamekasan, khususnya di Kecamatan Waru," tuturnya, Minggu (26/08).
Sonny mengatakan bahwa kontes ini juga merupakan bagian dari promosi nasional "Kemilau Madura" yang biasanya dilaksanakan pada bulan Oktober. Saat ini promosi tersebut telah menjadi bagian dari kegiatan promosi wisata nasional bersama 100 kabupaten seluruh Indonesia.
Baca Juga: Malam Puncak Gebyar Musik Daul se-Madura Dihadiri Sejumlah Bacabup Pamekasan
"Sape Sonok merupakan ajang kontes yang masuk di dalamnya," ungkap Sonny.
Sedangkan Ketua Pelaksana Kontes yang juga Ketua Paguyuban Sape Sonok di Kabupaten Pamekasan H. Suhaimi mengatakan, kontes Sape Sonok di Desa Waru Barat merupakan agenda rutin setiap tahun setelah acara 17 Agustusan.
"Kontes kali ini diikuti 76 pasang sape sonok yang datang dari tiga kabupaten, yakni Sumenep, Pamekasan, dan Sampang," tuturnya.
Baca Juga: Pertama Kali di Pamekasan, Gebyar Musik Daul se-Pulau Madura
"Alhamdulillah, tiap tahun pesertanya semakin bertambah. Itu membuktikan bahwa sape sonok saat ini semakin digemari dan diminati. Tentunya paguyuban ini akan ikut melestarikan budaya sape sonok tersebut," katanya.
Sejarah budaya Sape Sonok sendiri bermula dari kebiasaan para petani di Kabupaten Sumenep dalam merawat sapi ternak mereka. Setiap sore, sapi-sapi betina ini dimandikan, lalu diikat pada tonggak kayu dan kemudian berjejer rapi. Karena sudah menjadi kebiasaan, maka para petani tersebut melakukan sebuah pemilihan sapi tercantik, termulus, dan terbaik.
Lambat laun, kontes-kontes kecil ini pun berkembang menjadi kontes tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten. Sejak saat itu sapi-sapi peserta kontes itu dinamakan "Sape Sonok" yang biasanya diikuti tarian pengiring (Nandheng) dan diikuti iringan musik Saronen. (err/rev)
Baca Juga: Tari Topeng Gethak Pamekasan Ditetapkan Kemendikbudristek Sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News