Jatah Solar Dibatasi, Nelayan di Tuban Kelimpungan

Jatah Solar Dibatasi, Nelayan di Tuban Kelimpungan Para nelayan saat mengantre solar di SPBU di wilayah perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah, tepatnya di Desa Sukolilo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban.

TUBAN, BANGSAONLINE.com - Nelayan di wilayah Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban kelimpungan gara-gara jatah pasokan solar untuk SPBU dibatasi. Akibat hal ini, para nelayan harus berebut dan antre sejak pagi lantaran khawatir tak dapat solar yang akan digunakan untuk melaut.

Informasi yang berhasil dihimpun, pasokan solar yang mulanya setiap hari dikirim hingga 32.000 liter di tiap SPB, kini hanya dipasok 8.000 liter per hari. Pengurangan inilah yang membuat nelayan kian resah lantaran khawatir tidak dapat bekerja.

Baca Juga: 40 UMKM Binaan Pemkab Tuban Siap Ekspor Produk ke Luar Negeri

Seperti diungkapkan oleh Solikan (34) nelayan asal Desa Bulu Banjarjo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban. Kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (7/9), ia mengatakan pembatasan solar ini sudah dirasakan sejak 3 hari lalu. Sejumlah nelayan yang menanyakan hal ini kepada petugas, mendapatkan jawaban bahwa pembatasan pasokan merupakan kebijakan dari Pertamina.

"Jika kondisi seperti ini dibiarkan terus menerus, maka antar nelayan saling keroyokan. Karena setiap kali melaut setiap perahu butuh 150 liter. Sedangkan, nelayan di wilayah Bulu setiap kali melaut minimal ada 100 kapal yang tiap hari berangkat. Jadi total 15.000 liter yang dibutuhkan setiap harinya. Kalau hanya dijatah 8.000 liter, terus di mana nelayan akan membeli solar? Itu pun belum kapal-kapal kecil," bebernya.

Solikan pun curiga ada alasan lain di balik kebijakan pembatasan solar tersebut. "Selama ini jatah solar yang semula 32.000 liter selalu habis per hari. Apa mungkin solar yang selama ini digunakan untuk warga tak mampu diselewengakan dan digunakan oleh industri?," katanya dengan nada tanya.

Baca Juga: Even 100 Persen Tuban Berlangsung Semarak, Wujud Nyata Majukan UMKM

Sementara  Sugeng (52), nelayan lain, meminta agar Pertamina dan Pemkab segera mengambil tindakan dan kebijakan terkait persoalan ini.

"Jika masalah ini dibiarkan berkepanjangan, maka dikhawatirkan menimbulkan dampak sosial. Seharusnya pemerintah ini membantu kami, kita beli juga sudah pakai tong yang berisi 200 liter. Selain itu, kami juga membawa dokumen kapal. Jadi solar yang kami beli tidak akan kami salah gunakan," ungkap Sugeng.

Mengenai hal itu, Humas Pertamina Marketing Operasion Region (MOR) V, Edi Mangun belum bisa memberikan keterangan detail saat dikonfirmasi BANGSAONLINE.com. "Saya lagi di luar kota," cetusnya melalui WhatsApp.

Baca Juga: Jelang Ajaran Baru, Toko Perlengkapan Sekolah di Tuban Diserbu Pembeli

Sementara Kabag Humas dan Media Pemkab Tuban, Rohman Ubaid tidak merespon ketika dikonfirmasi terkait hal ini. Dihubungi via selulernya, ia tak menjawab. Begitu juga ketika dikirim pesan pendek melalui WhatsApp juga tak dibalas. (gun/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO