
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Meningkatnya petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani (poktan) tiap tahunnya diwaspadai PT Petrokimia Gresik (PG).
Sebab, petani ini tidak mendapatkan jatah pupuk dengan harga subsidi. Dan merekalah juga yang berpotensi viral di media karena membeli pupuk dengan harga jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Subsidi petani hanya diberikan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani. Jika tidak tergabung, mereka akan membeli dengan harga tinggi karena kebutuhannya tidak tercatat dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Bisa dua kali lebih mahal dari subsidi," ujar Manajer Humas PT Petrokimia Gresik (PG) Muhammad Ihwan F, dalam acara Apresiasi Jurnalistik Caturwulan II 2018, di Wisma Kebomas, Gresik, Rabu (3/10/2018).
Dia mengungkapkan, HET subsidi urea Rp 1.800 per kilogram, kalau harga pasar atau harga normal bisa Rp 4.000. Sedangkan ZA, Rp 1.400 per kilogram, harga normal Rp 3.000.
"Ketika ada pejabat Pemerintah Pusat berkunjung ke daerah mereka mengeluhkan harga pupuk mahal. Ternyata ketika ditanya lebih lanjut, mereka belum tergabung dalam kelompok tani, seperti kejadian di Tuban beberapa waktu lalu," ungkap Ihwan.
Data yang dia sampaikan, saat ini sebanyak 26,14 juta petani yang tergabung dalam 318.396 poktan.
Pihaknya tidak bisa menjelaskan berapa pastinya jumlah petani yang tidak tergabung dalam poktan, tapi dia mengungkapkan jika jumlahnya terus meningkat.
"Berbagai macam faktor yang mempengaruhi peningkatan itu. Kita masih berupaya melihat itu," paparnya.
Karena itu, dia mengimbau kepada petani untuk segera mendaftarkan diri ke Poktan melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).
Sementara menghadapi musim tanam Oktober 2018-Maret 2017, lanjut Ihwan, PG menyiapkan stok pupuk 1,1 juta ton. Rinciannya, urea 96.066 ton, ZA 199. 744 ton, SP36 248.202 ton, NPK 479.122 ton, Petroganik 93.557 ton.
"Untuk urea, Petrokimia Gresik hanya mendapat tanggungjawab menyalurkan di sepuluh kabupaten/kota di Jawa Timur. Untuk penyerapan pupuk tertinggi di akhir tahun ini diperkirakan terjadi di bulan Oktober dan November," pungkasnya. (hud/ian)