SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Konsumsi gula yang berlebih pada masyarakat Indonesia dianggap bisa mempercepat kerusakan gigi. Sebuah Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) di tahun 2914 menunjukkan bahwa sebanyak 29,7 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi gula harian yang melebihi rekomendasi World Health Organization (WHO).
WHO menganjurkan asupan gula dari semua sumber makanan dan minuman tidak lebih dari 50 gram per hari untuk dewasa dan 30 gram untuk anak-anak. Takaran 50 gram setara dengan tiga sendok makan. Konsumsi gula berlebih inisalah satunya disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat akan kehadiran gula tersembunyi.
Baca Juga: Peserta JKN di Ngasem Kediri Tunjukkan Kiat Sehat dengan Olahraga
Melihat kondisi ini, Pepsodent, salah satu brand PT Unilever Indonesia bekerja sama dengan Pesatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (Afdokgi) mengadakan program Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2018. Kegiatan ini dihelat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Nala Husada Universitas Hang Tuah, Surabaya, mulai 1-3 November 2018.
Dari sinilah pentingnya untuk mewaspadai gula tersembunyi yang banyak dikonsumsi sehari-hari. Apalagi banyak kuliner khas Surabaya meski tak bercita rasa manis namun memiiki kandungan gula tersembunyi. Terutama makanan yang mengandung petis yang menjadi salah satu bumbu lokal yang digunakan. Seperti rujak cingur, lontong balap, kupang, tahu campur, tahu tek, pecel, semanggi, dan sebagainya.
Ternyata, dari 100 gram petis mengandung gula tersembunyi sebanyak 1,23 gram. Apabila tak diimbangi dengan pengetahuan perawatan kesehatan gigi yang benar, akan berisiko menimbulkan masalah karies atau gigi berlubang.
Baca Juga: Terbantu Kacamata Gratis, Didik Warga Kota Kediri Puas dengan Layanan JKN
“Kita ingin masyarakat tidak hanya sehat fisiknya saja, tapi juga sehat giginya. Kalau mulut atau gigi tidak sehat, anggota tubuh lainnya tak nyaman,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hang Tuah drg Lita Agustia M.H.Kes, Kamis (1/11)
Menurutnya, masalah gigi berlubang atau karies sering kali digambarkan sebagai empat mata rantai yang saling berinteraksi, yaitu host yang terdiri dari gigi dan air liur, mikroorganisme atau bakteri pada plak, substrat atau asupan makanan, dan waktu.
Sementara, Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia, drg Ratu Mirah Afifah GCClinDent, mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun kesembilan pelaksanaan BKGN di Kota Surabaya.
Baca Juga: Ingin Melahirkan Normal Tanpa Rasa Sakit? RSU Kusuma Pamekasan Perkenalkan Metode ILA WELA
“Kami mendapat respon positif dari masyarakat setempat. Artinya masyarakat Surabaya memiliki kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut mereka,” ungkapnya. Tahun ini ditargetkan memberikan edukasi dan pelayanan kesehatan gigi kepada 1.000 orang masyarakat Surabaya dan sekitarnya. (rd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News