SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur mengaku merelakan putranya, Muhammad Habibur Rochman (Gus Habib) jadi anggota DPR RI tapi dengan satu syarat. “Gajinya harus diberikan konstituen, tidak boleh diambil sendiri,” tegas Kiai Asep di depan sekitar 800 pengurus Muslimat NU dari berbagai anak cabang dan ranting kawasan dapil 3 pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembukaan Posko Pemenangan Caleg DPR RI, DPRD, Jatim dan DPRD Kota Surabaya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di lapangan Mulyorejo Surabaya, Ahad (2/12/2018).
Hadir dalam acara itu, KH Fathur Rohman dan Ustadz Agus Diyar, dua-duanya Wakil Ketua PCNU Kota Surabaya dan, Nyai Hajjah Masfufah Hasyim, wakil Ketua PC Muslimat NU Kota Surabaya, Nya Hj Munawwaroh, mantan ketua Muslimat NU Mulyorejo, Ustadz, Kasno Sekretaris MWC NU Sukolilo dan pengurus NU yang lain.
Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers
(Para pengurus Muslimat NU antusias mendengarkan ceramah Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA)
Menurut Kiai Asep, selama ini penghasilan Gus Habib sudah cukup tiap bulan. “Saya perbolehkan jadi anggota DPR tapi dengan niat untuk ibadah dan mengabdi untuk umat. Tak boleh korupsi dan harus amanah,” tegas Kiai Asep yang Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nadhlatul Ulama (Pergunu) itu. Gus Habib adalah calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan Surabaya dan Sidoarjo dari PPP.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
Saat sambutan ,Gus Habib juga menyampaikan bahwa abahnya, Kiai Asep, memang melarang dirinya menerima gaji DPR. “Ya nanti tetap saya ambil, tapi saya berikan konstituen,” kata Gus Habib.
Kiai Asep juga berpesan kepada EM Mas’ud Adnan, kader NU yang banyak menulis tentang NU dan Gus Dur. “Saya juga berpesan kepada bapak Em Mas’ud Adnan agar kalau jadi anggota DPRD Jawa Timur harus amanah dan tidak korupsi,” tegas Kiai Asep yang kini memiliki 10.000 lebih santri di Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Em Mas’ud Adnan adalah alumnus Pesantren Tebuireng Jombang dan Stikosa-AWS serta Pascasarjana Unair. Em Mas’ud Adnan adalah caleg DPRD Jatim dari dapil Surabaya. Em Mas’ud Adnan yang tiga periode menjadi Wakil Ketua Balitbang PWNU Jawa Timur itu dikenal sebagai wartawan senior yang memimpin sejumlah media.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
(Muhammad Habibur Rochman, SE, saat memberi sambutan. Foto: bangsaonline.com)
Uminadiroh, Dra, juga mendapat pesan yang sama. “Selama ini tiga ketua DPRD Kota Surabaya pernah dipenjara karena korupsi. Bu Uminadiroh harus amanah dan tak boleh korupsi,” kata Kiai Asep yang mantan ketua PCNU Kota Surabaya. Uminadiroh adalah sekretaris PAC Muslimat NU Sukolilo dan pengurus PC Muslimat NU Kota Surabaya yang juga Ketua Muslimat NU Ranting Semolowaru. Uninadiroh kini caleg DPRD Kota Surabaya dapil 3 yang meliputi Mulyorejo, Tenggilis Mejoyo, Rungkut, Gunurnganyar, Bulak, dan Wonocolo.
Baca Juga: Elektabilitas Terus Melejit, Khofifah: Banyak Doa Kita Temukan di Pasar
(Em Mas'ud Adnan bersama Uminadiroh (nomor dua dari kanan) di tengah para pengurus Muslimat NU dapil 3 Kota Surabaya pada acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Lapangan Mulyorejo Surabaya. Foto: bangsaonline.com)
Kiai Asep antusias memenangkan caleg PPP karena 3 alasan. Pertama, agar DPR dari PPP yang direkom tidak korupsi. “Anggota DPR korupsi itu kan karena waktu jadi caleg biayanya hutang. Masak kalau sudah saya bantu biaya APK dan sebagainya masih korupsi,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita
Kedua, karena alasan syariat agama. Menurut dia, nyoblos calon anggota DPR yang diperkirakan korupsi jelas berdosa. Karena itu ia menampilkan caleg alternatif kader NU dan Muslimat NU yang dijamin tidak korupsi. “Orang seperti Pak Em Mas’ud Adnan tak mungkin korupsi,” kata Kiai Asep.
Ketiga, untuk menghilangkan golput. “Golput itu berdosa karena tidak bertanggungjawab terhadap keberlangsungan pemeritah dan negara NKRI. Tapi mereka golput tak bisa disalahkan karena mereka merasa tak punya pilihan. Mau milih takut calegnya korupsi,” kata Kiai Asep.
Karena itu Kiai Asep menampilkan caleg PPP yang amanah sehingga mereka yang selama ini golput punya pilihan dan tak golput lagi.
Baca Juga: Kiai Asep Bentuk Saksi Ganda Mubarok dan Khofifah-Emil, Gus Barra Siap Biayai Siswa Berprestasi
Kiai Asep juga menegaskaan bahwa dirinya adalah pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Surabaya. “Saya satu-satunya pendiri PKB di Surabaya yang masih hidup,” katanya. “Dulu saya mendirikan PKB bersama Kiai Mas Muhammad Nur Branjangan, tapi beliau sudah wafat,” katanya.
Tapi kenapa sekarang pindah ke PPP? “Kerena PPP mengusung Bu Khofifah pada pilgub, sedang PKB tidak,” katanya. Selain itu, tegas Kiai Asep, karena PPP adalah partai Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Kini, tegas Kiai Asep, ia merasa bertanggungjawab terhadap kepemimpinan Khofifah sebagai gubernur. “Karena itu saya harus mengawal kepemimpinan ibu Khofifah sebagai gubernur. Caranya ya dari PPP harus banyak kader NU dan Muslimat NU jadi anggota DPR terutama DPRD Jawa Timur. Pak Em Mas’ud Adnan itu nanti tugasnya di antaranya mengawal program-program ibu Khofifah yang sudah dinanti-nantikan oleh masyarakat Jawa Timur yaitu untuk menciptakan masyarakat adil, makmur dan sejahtera,” tegasnya.
Baca Juga: Kiai Asep Yakin Mubarok Menang dalam Pilkada Mojokerto 2024, Inilah Target Kemenangannya
KESAKSIAN 4 PENDETA
Sebelum ceramah politik Kiai Asep menyampaikan sejarah Nabi Muhammad SAW untuk memperingati Maulid Rasulullah SAW. Menurut dia, sejak belum lahir Nabi Muhammad sudah diramal oleh empat pendeta besar bahwa putra Abdullah dan Siti Aminah itu akan jadi nabi akhir jaman yang akan mengganti syariat sebelumnya. Para pendeta itu adalah Sayif bin Biyazin al-Khimyar, Bukhaira, Nastor dan Waraqah Bin Naufal. Empat ahli ahli Injil dan Taurat itu mempelajari kitab Injil dan Taurat dan menemukan ciri-ciri Muhammad sejak usia 6 tahun yang bakal menjadi nabi.
“Di meripat Nabi Muhammad ada bintik merah kecil yang bukan penyakit dan di antara dua pundaknya terdapat stempel khotamunnubuwah sebesar telur,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto
Jadi, tegas Kiai Asep, sebenarnya pada para pendeta itu sudah tahu kalau Muhammad itu adalah nabi akhir jaman. “Tapi orang menjadi Islam itu kan karena hidayah dari Allah. Seandainya semua dapat hidayah pasti semua memeluk Islam,” katanya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News