JAKARTA(BangsaOnline) Indonesia sering dianggap sebagai surganya
kalangan investor dan industri telekomunikasi asing. Bahkan untuk
sejumlah peluncuran produk konsumtif seperti ponsel, Indonesia hampir
selalu jadi pilihan utama. Mulai sejak era Nokia Communicator hingga
BlackBerry yang sempat menimbulkan antrean panjang.
"Tingginya
daya tarik Indonesia apakah itu membuat kita harus bangga? Jawabannya
justru tidak. Itu sama artinya, Indonesia dengan perilaku konsumen yang
unik justru lekat dengan predikatnya sebagai pasar saja, bukan
produsen," tegas mantan juru bicara Kementerian Kominfo Gatot S Dewa
Broto saat meluncurkan buku The PR2 di Jakarta.
Menurutnya,
kondisi itu justru menampilkan suatu ironi yang harus menjadi perhatian
semua kalangan yang peduli terhadap perkembangan industri ICT, khususnya
telekomunikasi di Indonesia. Kegelisahan Gatot tertuang secara detail
dan lumayan vulgar dalam buku terbarunya itu.
"Kondisi seperti
ini tidak boleh dibiarkan terus berkelanjutan, mengingat kini banyak
inovator dan kreator yang produktif dari anak bangsa Indonesia meski
masih dalam tataran tertentu," kata pria asal Yogyakarta yang ikut masuk
sebagai kandidat Menkominfo di pemerintahan Jokowi.
Gatot pun
menyarankan, hal yang harus dilakukan agar industri ICT, khususnya
telekomunikasi nasional bisa berbicara banyak, adalah memperbaiki tata
kelola, terutama masalah kemandirian.
"Kominfo sebagai
kementerian teknis harus dilibatkan secara proporsional untuk semua
pengembangan ekosistem telko. Tidak bisa keputusan diambil secara
parsial dan mengedepankan ego sektoral. Bicara porsi investasi asing,
semua harus proporsional agar memberikan keseimbangan antara pro
investasi asing dan juga pro kemandirian bangsa," katanya.
Ia
mengingatkan, banyak negara-negara yang sedang berkembang namun tetap
berani mengambil langkah seperti itu. "Indonesia harusnya juga demikian.
Apalagi kini sudah masuk kelompok G-20. Hal yang penting, komitmen di
WTO tetap dipatuhi, sementara pada sisi lain, regulator dan kebijakan
telekomunikasi dapat diimplementasikan pada ruang koridor yang sangat
fleksibel namun konsisten," pungkasnya.
(rou/ash)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News