SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng mendapat perhatian dari para ahli yang tergabung dalam Pengurus Wilayah Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Timur. Hasil pengamatan sementara tim PII Jatim, amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng diduga akibat faktor basah dari kejenuhan tanah karena air, sehingga lapisan tanah menjadi terurai.
"Fenomena amblesan tanah di Jalan Raya Gubeng dikarenakan faktor kontruksi dan volume tanah, dan kurang hati-hati dengan perilaku air di dalam tanah," tutur Wakil Ketua Umum PW PII Jatim, Gentur Prihantono Sandjoyo Putro, Rabu (19/12).
Baca Juga: Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Kembali Digerebek: 23 Pecandu Direhab, 2 Pengedar Ditangkap
Gentur mengaku tidak ingin menyalahkan siapa pun dalam peristiwa ini, dan hanya menegaskan bahwasanya yang paling penting pada setiap proyek besar metodologinya harus benar. Sebab konstruksi bangunan juga belum berdiri secara utuh karena masih pada tingkat pengerjaan tanah.
Secara mekanisme, kata Gentur, dipastikan pihak pengembang telah memenuhi standar yang ditentukan dalam pengerjaan proyek, dan dianggap telah berpengalaman dalam pengerjaan proyek.
Selain itu, kata dia, dalam setiap pengerjaan kontruksi juga dipastikan ada manajemen, ditambah posisi Jalan Raya Gubeng yang secara sejarah tidak pernah ada masalah.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
Namun demikian, kata dia, faktor amblesnya hanya karena faktor kurang kehati-hatian terhadap manajemen air dalam kontruksi pembangunan.
"Untuk faktor terjadi pergeseran lempeng tanah karena alam juga tidak mungkin, karena kawasan Jalan Raya Gubeng tidak dilewati lempengan. Yang bisa dipastikan bikin rusak itu air yang paling utama, kemudian tonase atau berat volume," katanya.
Ia mengatakan, secara keilmuan struktur tanah selalu berlapis-lapis, dan di dalamnya pasti ada unsur air. Struktur tanah bisa menjadi padat karena ada faktor basah atau air, namun begitu ada kejenuhan yang disebabkan diambil airnya, maka struktur tanahnya akan menjadi terurai.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
"Kalau air itu terus disedot tanpa mempertimbangkan keseimbangan pasti akan terjadi accident, dan itu bisa terjadi dalam masalah di (proyek) Siloam ini," imbuh mantan Kepala Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Jatim itu.
Karena itu, PII Jatim siap memfasilitasi untuk penyelidikan langsung terkait peristiwa ini, dan berharap bisa berkontribusi di setiap pembangunan nasional.
"Kami dari PII siap membantu, karena kami selalu peduli terhadap setiap kontruksi di negara ini," tandas mantan staf ahli Gubernur Jatim tersebut.
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
Sebelumnya, beberapa orang menyamakan amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng Surabaya dengan fenomena sinkhole yang pernah terjadi di beberapa negara.
Gentur Prihantono menyebut kejadian tanah ambles di Jalan Raya Gubeng sehingga menyerupai jurang, berbeda dengan fenomena "sinkhole".
"Sinkhole" atau lubang runtuhan yang muncul akibat hilangnya lapisan tanah atau bantalan batuan yang umumnya terjadi akibat aliran air di bawah tanah.
Baca Juga: Hearing Lanjutan soal RHU dan Efek Pengendara Mabuk, DPRD Surabaya Soroti SOP, Perizinan, dan Pajak
"Ini sangat berbeda sekali, meski beberapa orang menyamakan peristiwa itu dengan fenomena 'sinkhole' yang pernah terjadi di beberapa negara," pungkas alumni Universitas Brawijaya (UB) ini. (mdr/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News