PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Nasib nahas menimpa Mustarim (50), warga Dusun Karanganyar, RT/RW 002/002, Desa Rejoso Kidul, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
Pasalnya, seorang buruh tani yang sedang mencabut bibit padi dari persemaian sawah (ndaut, Jawa) milik Khoiri (Pjs Kades Rejoso Kidul) tersebut, harus meregang nyawa akibat tersambar petir.
Baca Juga: Warga Pandaan Jadi Korban KDRT WNA Australia, Penasihat Hukum Keluhkan Kinerja Polres Pasuruan
Kejadian yang membuat gempar warga Rejoso Kidul itu terjadi pada Selasa sore (05/02) sekira pukul 15.45 WIB. Saat itu korban sedang bekerja secara borongan mencabut bibit persemaian padi yang rencananya akan ditanam Rabu besok.
Khoiri, Pjs Kades Rejoso Kidul saat dikonfirmasi membenarkan kejadian itu. Menurutnya, sebelum kejadian, korban bekerja bersama 2 orang lainnya, termasuk ayah Khoiri.
"Awalnya korban bekerja bareng beberapa orang termasuk ayah saya sendiri. Saat hujan turun sangat lebat, ayah saya dan rekan lainnya pergi meninggalkan sawah karena takut, tapi korban tetap melanjutkan sendiri bekerja agar bisa mendapatkan hasil yang banyak karena pekerjaannya borongan," papar Khoiri kepada BANGSAONLINE.com di TKP.
Baca Juga: Persiapan Persekabpas Hadapi Liga Nusantara, Exco PSSI Rapat Bersama Klub Anggota Askab
Ia menjelaskan, saat itu kondisi hujan yang sangat lebat disertai petir yang menggelegar. Setelah petir reda, seorang pemilik warung bernama Bandi bertanya kepada beberapa orang yang tadi ikut ndaut, karena si korban sudah tidak terlihat lagi. Bandi tahu korban ndaut karena lokasi warungnya persis di depan areal sawah tempat korban bekerja.
"Ia mengira korban sudah pulang. Tapi karena di rumahnya tidak kelihatan, Pak Bandi lalu mencoba mencari ke lokasi kerja yang persis di belakang warungnya. Saat itulah terlihat korban sudah tergeletak dalam kondisi gosong, serta kondisi sawah berantakan," jelas Khoiri.
Dari kondisi korban, warga langsung meyakini korban tersambar petir. Sebab saat kejadian, petir menyambar begitu dahsyat pas di belakang warung Bandi sebelah barat SMP Negeri 1 Rejoso.
Baca Juga: Uniwara Pasuruan Resmikan Unit Layanan Disabilitas
Tewasnya Mustarim akibat sambaran petir ini membuat sang istri yang bernama Satrumi (45), menjerit histeris. Ia tak menyangka hari itu ia harus ditinggalkan sang suami untuk selamanya. (afa/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News