Demam Berdarah Kabupaten Blitar Tembus 307 Kasus, 5 di antaranya Meninggal Dunia

Demam Berdarah Kabupaten Blitar Tembus 307 Kasus, 5 di antaranya Meninggal Dunia Pasien demam berdarah di RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi.

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Jumlah kasus Demam Berdarah di Kabupaten Blitar terus mengalami peningkatan. Sejak 1 Januari hingga 6 Februari 2019 tercatat 307 kasus. Dari jumlah tersebut Dinas Kesehatan setempat menyebut lima penderita dinyatakan meninggal dunia.

"Hingga saat ini data yang masuk ke kami ada 307 kasus. Data ini kami update setiap 24 jam sekali berdasarkan laporan dari Puskesmas di masing-masing kecamatan," ungkap Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, Kamis (7/2/2019).

Baca Juga: DBD dan Chikungunya Hantui Masyarakat di Kota Blitar saat Musim Hujan

Krisna menjelaskan, selain yang sudah positif Demam Berdarah Dengue (DBD), dari data tersebut juga ada beberapa penderita yang sifatnya masih gejala atau masih tahap demam dengue.

"Kalau untuk memastikan penderita masih dalam status demam dengue atau sudah positif DBD harus melalui pemeriksaan medis lebih lanjut," jelasnya.

Menurut dia, penderita didominasi anak-anak dengan rentang usia 1 hingga 15 tahun. Bahkan dari lima penderita yang meninggal dunia, empat di antaranya berusia di bawah 15 tahun.

Baca Juga: Selama 2021, Kasus DBD di Blitar Turun 50 Persen

"Untuk penderita anak-anak ada sekitar 51 persen. Kemudian dari lima yang meninggal empat diantaranya juga anak-anak," terangnya.

Sementara itu berdasarkan data tersebut, ada empat kecamatan di Kabupaten Blitar yang menjadi penyumbang penderita demam berdarah. Di antaranya Kecamatan Kanigoro, Srengat, Udanawu dan Ponggok.

"Ada empat kecamatan yang menjadi penyumbang terbanyak kasus demam berdarah di Kabupaten Blitar. Diantaranya Srengat, Kanigoro, Udanawu dan Ponggok," pungkasnya. 

Baca Juga: Tren DBD di Blitar Menurun Selama Semester Pertama Tahun 2021

Krisna mengaku, tingginya penularan demam berdarah du Kabupaten Blitar, selain karena disebabkan siklus lima tahunan juga karena rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga mendukung berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah.

Dari survei yang dilakukan Dinkes Kabupaten Blitar sejak awal tahun 2018 hingga sekarang, hanya 51% rumah yang dinyatakan bebas jentik.

"Kami tidak henti-hentinya meminta masyarakat agar rajin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Karena foging tidak bisa serta merta membunuh jentik nyamuk. Kami sudah melakukan lebih dari 70 kali foging merata di seluruh kecamatan," pungkasnya. (ina/dur)

Baca Juga: Saat Pandemi Corona, Kasus DBD di Kabupaten Blitar Mencapai 137 Kasus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO