SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Secara geografis, Jawa Timur merupakan provinsi yang rawan terhadap bencana alam. Bahkan 60 persen wilayah provinsi paling Timur pulau Jawa ini masuk dalam daerah rawan bencana. Sementara 35 persennya masuk kategori rawan bencana tinggi.
Melihat fakta itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ingin memastikan bahwa Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur memiliki sistem penanggulangan bencana yang komprehensif. Mulai peringatan dini bencana, respons penanggulangan bencana, sampai penanganan pasca bencana.
Baca Juga: Sukses Implementasikan Tata Kelola SPK Efektif dan Terukur, Pemprov Jatim Raih Penghargaan dari BSN
Oleh sebab itu, Khofifah ingin ada sistem early warning system yang tepat di Jawa Timur. Terutama berbasis digital.
"Tadi saat saya di Pusdalop BPBD, saya rasa banyak yang harus diupdate dan di-upgrade secara digital. Saya saat di Mensos banyak koordinasi dengan BNPB dengan segala kecanggihan alat di sana, saya harap di Jawa Timur nggak jauh-jauh dari itu," tutur Khofifah, Selasa (5/3).
Khofifah mengaku ingin bisa memantau keadaan yang realtime di kawasan yang sedang waspada Bencana. Misalnya saat ini di Jawa Timur yang status waspada adalah Bojonegoro, maka deteksi realtimenya harus jalan berapa ketinggian sungai Bengawan Solo.
Baca Juga: Pemprov Jatim Sabet Sertifikasi 13 Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Kemenbud
"Kita ingin segera ada koordinasi dengan provider di Indonesia, masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana bisa terupdate kondisi di sekitarnya. Misalnya mereka di sekitar Bengawan Solo dapat konfirmasi ketinggian air Bengawan Solo sekarang berapa dan potensi meluber di mana," kata Khofifah.
Dengan begitu masyarakat akan bisa melakukan antisipasi dan kewaspadaan yang bisa terupdate melalui sistem digital. Menurut Khofifah, hal itu tidak susah, dan bisa segera direalisasi di BPBD Jawa Timur.
Berdasarkan data dari BPBD, ada 22 kabupaten kota di Jawa Timur yang rawan banjir dari tujuh aliran sungai besar di Jatim. Mulai Bengawan Solo, Bondhoyudho, Pekalen, dan juga Bajul Mati.
Baca Juga: Di Rakor GTRA Kanwil BPN Jatim, Adhy Karyono Optimistis Regulasi Baru Jadi Solusi Atasi Mafia Tanah
Sedangkan untuk bencana tanah longsor ada 13 kabupaten kota yang terdeteksi rawan. Mulai Magetan, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan wilayah selatan.
Kemudian soal kekeringan, ada 23 kabupaten kota yang terdeteksi rawan. Yang risiko tinggi kekeringan saat kemarau ada sebanyak 171 kecamatan dan 833 desa.
Sedangkan untuk gempa, Jawa Timur masuk zona merah semua. Setidaknya ada sebanyak 1490 desa yang rawan gempa.
Baca Juga: Luncurkan 3 Layanan, Pj Gubernur Jatim Optimistis Makin Banyak Produk UKM Tembus Pasar Dunia
Dan untuk bencana tsunami, ada sebanyak 8 kabupaten kota yang terdeteksi rawan. Mulai Blitar, Jember dan Banyuwangi. Di Banyuwangi sendiri ada 46 desa yang rawan tsunami, sedangkan Pacitan ada 24 desa yang rawan tsunami. (mdr/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News