JEMBER, BANGSAONLINE.com - Sekitar 15 warga yang terdiri dari 8 kepala keluarga (KK) yang berada di wilayah Dusun Sumberejo, Desa/Kecamatan Umbulsari, dan Desa Gunungsari, eksodus ke Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahil Mubtadin di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
Sebelum berangkat eksodus, belasan warga itu menjual harta benda miliknya karena merasa tidak bermanfaat ketika kiamat akan datang pada tahun 2019 ini. Bahkan mereka akan mondok di ponpes tersebut untuk mencari perlindungan dan menetap di sana selama kurang lebih selama 90 hari atau 3 bulan.
Baca Juga: Hadir di Kampanye Akbar, Irwan Setiawan Ajak Menangkan Khofifah-Emil
Berdasarkan informasi warga, tokoh masyarakat yang mengajak sekitar 15 warga itu untuk eksodus ke Malang, diketahui bernama Ustaz Mudasir.
Menurut Kades Umbulsari Fauzi, sebelumnya belasan warga itu diajak ustaz Mudasir ikut dalam Jamiyah Sholawat Musa AS. Di mana kegiatan aliran tersebut sudah berjalan 2 tahunan.
"Kemudian muncul desas desus akan ada kiamat di tahun 2019. Saya bisa bicara, karena ada salah satu saudara saya ikut dalam aliran itu. Saudara saya itu telah menjual tanah miliknya. Menurut mereka harta dan tanah tidak berguna lagi jika kiamat," kata Fauzi saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (15/3).
Baca Juga: Seribu Massa SSC di Jember Nyatakan Dukung Khofifah-Emil
Namun, kata Fauzi, ada hal yang sangat ganjil. Pasalnya uang hasil penjualan tanah malah digunakan untuk membeli mobil. "Mereka telah pamit ke saudara-saudara yang ada di desa, sudah dapat hari mereka meningalkan desa yang katanya mau pergi ke Malang," terang dia.
(Kepala Desa Umbulsari Fauzi (paling kiri) sedang memberikan pengarahan kepada 8 warganya yang akan eksodus ke Malang)
Baca Juga: DPPTK Ngawi Boyong Perwakilan Pekerja Perusahaan Rokok untuk Ikuti Bimtek di Jember
Lebih lanjut, Fauzi juga menyampaikan, terkait sosok ustaz Mudasir yang mengajak belasan warga untuk ikut Jamiyah Sholawat Musa AS. Ustaz Mudasir oleh warga desa dikenal sebagai orang yang bersosok agamis kuat.
"Tapi saat saya mencari tahu tentang apa yang diajarkan aliran itu, antara jamaah satu dengan lainnya memiliki pemahaman berbeda. Aneh memang. Seperti alasan saudara saya tidak bekerja, dan menjual tanah karena kiamat, pengikut lainnya bilang, salah tafsir," terang dia.
Namun meski demikian, mereka pengikut jamaah itu tetap berangkat ke Malang.
Baca Juga: 5 Kendaraan Terlibat Kecelakaan Beruntun di Jember
"Bahkan tanpa kabar, dan mengajak keluarganya. Ada warga saya yang bernama Bu Rini, dia sampai diancam akan dicerai oleh suaminya jika tidak mau ikut. Dan dari hasil penjualan tanah sebesar Rp 80 juta, Rp 3 juta untuk urus cerai," kata dia. (jbr1/yud/ns )
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News