Kini Kiai Mudah Digelari Hadratussyaikh, Kiai Ghazali Said Miris, Aswaja Center: Hormati Mbah Hasyim

Kini Kiai Mudah Digelari Hadratussyaikh, Kiai Ghazali Said Miris, Aswaja Center: Hormati Mbah Hasyim Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari saat menerima tamu utusan Jepang pada perjuangan kemerdekaan. foto: Dokumentasi Tebuireng

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Belakangan muncul kecenderungan di masyarakat yang dengan mudahnya menggelari seorang kiai sebagai (maha guru). Padahal ulama atau kiai tempo dulu merasa malu digelari .

Karena itu Dr. KH. Imam Ghazali Said mengaku sangat miris melihat kecenderungan ini. Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonokromo Surabaya ini bahkan menilai sekarang ada kecenderungan peng-ulama-an terhadap orang yang sebetulnya belum mengalami tahapan belajar agama dan proses sosial secara memadai. Menurut dia, kecenderungan ini merupakan dampak media sosial.

“Hadratussyaikh itu gelar sosiologis yang diadopsi dari budaya Arab,” kata Kiai Imam Ghazali Said saat diwawancarai BANGSAONLINE.com di Gedung Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya (Senin, 13/12/2019).

Di Indonesia, menurut Kiai Imam Ghazali Said, merupakan gelar non-akademik atau informal yang didapat dari pengakuan masyarakat luas. Untuk mencapai tingkat , menurut dia, harus dimulai dari ustadz, kiai, syaikh, dan lalu yang tertinggi. Namun – kata dia - tidak mudah untuk mencapai gelar tersebut.

Dosen Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya itu menjelaskan, gelar itu awalnya harus dimulai dari ustadz, bindereh (bahasa Madura), meski tidak harus putra seorang kiai. Yang penting, kata dia, paham tentang pendidikan ilmu agama. Setelah jadi ustadz, kata Kiai Imam Ghazali Said, diantara indikator pengakuannya, dia harus mempunyai komunitas santri baik berbentuk langgar atau pesantren. Dari situlah maka gelarnya naik menjadi kiai.

Setelah dia berinteraksi dan kemampuan akademiknya bagus, dia akan jadi rujukan. Maka dia akan diberi gelar . “Tapi sangat sulit untuk di zaman dahulu,” jelas Imam Ghazali Said.

Ia menjelaskan, sebenarnya syaikh dan kiai itu sama, tetapi untuk menjadi syaikh harus lewat proses jadi kiai dulu, baru syaikh, kemudian . Tapi karena perkembangan media sosial begitu cepat, sehingga sekarang muncul apa yang disebut peng-ulama-an. “Yaitu orang yang belum apa-apa tapi dia sudah di panggil syaikh,” tegasnya.

“Dulu yang namanya di NU tidak ada yang berani menggunakan nama itu kecuali Kiai Hasyim Asy’ari. Kiai Wahab Chasbullah nggak mau, Kiai Bisri Syansuri tidak mau, tidak berkenan dan tidak ada orang menyebut (). Kiai Ali Ma’sum juga sama (tidak mau dipanggil ),” katanya.

Karena itu ia mengaku miris karena di zaman sekarang masyarakat sangat mudah memberikan gelar tanpa ada runtutan  dari ustadz, kiai, syaikh, hingga .

Lihat juga video 'H Muhammad Faiz Abdul Rozzaq, Penulis Kaligrafi Kiswah Ka'bah Asal Pasuruan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO