Begini Perjalanan Delegasi Pendidikan Surabaya ke St. Vincent School Liverpool

Begini Perjalanan Delegasi Pendidikan Surabaya ke St. Vincent School Liverpool Tim Delegasi Pendidikan Kota Surabaya saat foto bersama.

, BANGSAONLINE.com - Tim Delegasi Pendidikan Kota Surabaya akhirnya tiba di Manchester Air Port sekitar pukul 1 siang, Selasa (18/06) waktu setempat, dengan penerbangan menggunakan pesawat Qatar Air Ways. Perjalanan yang menguras tenaga ditambah dengan urusan bagasi dan imigrasi yang lumayan lama, membuat delapan orang pendamping (guru) dan tujuh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kelelahan.

Mengawali aktivitas hari kedua, Rabu (19/6) di Sekolah Tuna Netra, St Vincent’s School, kegiatan pagi di sekolah selalu dimulai pukul 09.00 untuk sarapan. Selanjutnya sekitar pukul 10.00, kegiatan pendidikan baru dimulai di kelas-kelas. Untuk gambaran jelasnya, di musim panas ini, waktu malam di Kota Liverpool hanya sekitar 6 jam, sedangkan siangnya sekitar 18 jam.

Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024

Tim Pendamping Delegasi Pendidikan Kota Surabaya, Supriyanto mengatakan, menu sarapan pagi di sana adalah roti dan sereal lengkap dengan susu dan teh panas. Namun, sebagian besar anggota delegasi tidak terbiasa dengan menu sarapan seperti ini. Akibatnya, sebagian anggota delegasi memilih untuk tidak sarapan, atau hanya sedikit sekali untuk mengganjal perut.

“Untungnya, sehabis shalat Subuh tim kami sudah masak nasi dengan rice cooker dan logistic yang dikirim Bu Risma ke Bandara Juanda kemarin lusa. Anak-anak sudah sarapan nasi dengan mie instan, abon, dan kering tempe di dapur asrama,” kata Supriyanto, Senin (24/6/2019).

Ia mengungkapkan hampir semua sisi dinding luar dan dalam kelas St Vincent’s School dipenuhi berbagai karya siswa dan juga poster-poster yang berisi motivasi. Berbagai buku sumber pelajaran dan referensi juga tersedia di dalam kelas. Termasuk juga beberapa unit komputer lengkap dengan keyboard khusus bagi penyandang tuna netra. Semua poster dan berbagai tempelan media dan identitas ruang atau penunjuk arah dilengkapi dengan huruf Braille.

Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional

“Semua media pembelajaran juga berbentuk timbul, sehingga bisa dikenali dan dipahami oleh semua siswa tuna netra. Termasuk yang paling menarik adalah beberapa unit Globe Timbul yang dilengkapi dengan huruf braille di Ruang Kelas History, Geografi dan Hukum,” ungkap Supriyanto.

Selesai acara sarapan bersama, rombongan dari Surabaya kemudian diarahkan berkumpul di Lounge Asrama untuk mendapatkan briefing dari Kepala Sekolah St Vincent’s School, Dr. John A Anderson dan Direktur Program Pelatihan, Mrs Bucle.

Pada kesempatan ini, Mr. John Paterson menyampaikan beberapa hal, diantaranya gambaran umum kegiatan delegasi Pendidikan Surabaya selama enam Minggu ke depan. Kegiatan di pekan pertama adalah perkenalan dan orientasi kampus serta identifikasi siswa. Pada pekan-pekan selanjutnya, kegiatan diisi dengan pembelajaran inti yang akan menggunakan metode Sightbox.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Raih UHC Award 2024, Anggarkan Rp500 Miliar per Tahun untuk Warga Berobat Gratis

“Saya harap hasil dari metode pembelajaran tersebut, dapat dijadikan suatu percontohan bagi Surabaya, terutama terkait dengan kebudayaan dari kedua kota (Liverpool dan Surabaya) dan kedua negara (Inggris dan Indonesia),” kata John.

Di samping itu, John juga berharap agar hasil pembelajaran di St. Vincent’s School ini dapat diterapkan di Surabaya, terutama terkait dengan life skill, musik dan olahraga. “Saya harap para pendidik yang ikut Program Delegasi Pendidikan ini dapat menerapkan ilmunya yang diperoleh dari St. Vincent’s School ini di Surabaya,” imbuh John.

Sementara itu, Direktur Program Pelatihan, Mrs. Buckle memberikan arahan kepada anak-anak dan para pendamping segala hal teknis di sekolah dan asrama. Selain itu, John juga menyampaikan bahwa setiap hari pergantian jam pelajaran ditandai dengan bel. Karena itu, Ia berharap, suara bel tersebut tidak mengganggu dan mempengaruhi kegiatan delegasi pendidikan dari Surabaya.

Baca Juga: Anak Anggota DPRD Surabaya Jadi Korban Jambret di Galaxy Mall

“Ada bel alarm tanda bahaya hari Senin depan pada jam-jam tertentu. Itu hanya sebagai kegiatan simulasi tanggap darurat saja. Semua siswa akan dievakuasi ke titik-titik kumpul yang ada. Sedangkan delegasi Pendidikan dari Surabaya tidak perlu ikut evakuasi, kegiatan tetap berjalan normal seperti biasa,” ujar Buckle.

Setelah selesai kegiatan briefing, delegasi pendidikan Surabaya kemudian diajak berkeliling untuk melihat semua fasilitas sekolah dan berbagai kegiatan pembelajaran di semua ruangan. Di sekolah tersebut, kegiatan pembelajaran dimulai dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA. Setiap kelas siswanya hanya sekitar 4-6 siswa dengan 2-3 guru pembimbing.

Tak hanya itu, anak-anak bersama para pendamping juga diajak melihat fasilitas olah raga indoor untuk bermain basket, cricket dan footsal. Kala itu, anak-anak terlihat sangat gembira ketika bermain olah raga di sana. Sejenak mereka bisa melupakan rasa rindunya pada orang tua dan keluarga. Karena beberapa siswa masih sering terlihat menangis selama di pesawat dan juga saat sudah di kamar asrama, karena kangen berat dengan orang tua di tanah air. (ian/rev)

Baca Juga: Kampung Madani di Krembangan, Wujud Semangat Gotong Royong Masyarakat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO