Film “Jejak Langkah 2 Ulama”, Ngaji pada Guru yang Sama, Dirikan NU dan Muhammadiyah (2)

Film “Jejak Langkah 2 Ulama”, Ngaji pada Guru yang Sama, Dirikan NU dan Muhammadiyah (2) Film "Sakinah", salah satu produksi Pesantren Tebuireng yang mengangkat terma tingginya angka perceraian di Jawa Timur. foto: dokumentasi Tebuireng

JOMBANG, BANGSONLINE.com - “Jejak Langkah 2 Ulama” – produksi Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur ini - termasuk film dokumenter. Dari sinopsis yang diterima BANGSAONLINE.com, film ini bercerita tentang dua anak muda yang bersahabat dan sama-sama mencintai ilmu. Dua-duanya sama belajar kepada KH. Saleh Darat, Semarang.

Dua sahabat itu adalah Hadratussyakih KH. M. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan saat masih usia remaja. Namun khusus Hadratussyaikh – panggilan KH. M. Hasyim Asy’ari - kemudian mengaji kepada Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan Madura.

Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat

Pada awal 1900-an dua sahabat yang memilki kecerdasan tinggi itu sama-sama belajar pada ulama di Makkah, yaitu kepada Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabauwy, Syeh Al Bantany, Kiai Dimyati asal Tremas, dan ulama alim lainnya.

Tahun 1903 Ahmad Dahlan ditugasi HB VII untuk konsultasi dengan ulama di Makkah terutama untuk melindungi kaum pribumi dari pemurtadan tanpa kekerasan. Di antara hasil pertemuan Ahmad Dahlan dengan para ulama di Makkah, khususnya dengan Syeh Rasyid Ridha, Ahmad Dahlan memperoleh banyak masukan dalam melakukan dakwah yang damai, sejuk, toleran dan menggembirakan. Ahmad Dahlan mendirikan Persarikatan berdasarkan Surat Al ‘Ashr dan Ali Imran 104.

Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari juga sama. Pendiri Pesantren Tebuireng ini banyak mendapat masukan dalam menyebarluaskan agama lewat pendidikan pesantren yang damai, sejuk, toleran dan semangat persatuan. Hadratussyaikh sangat gigih membangun pesantren. Hadratussyaikh mendirikan Pesantren Tebuireng pada 1899 M. Ulama ahli hadits ini selalu menekankan para santrinya agar menguasai ilmu agama dengan baik, sehingga bisa menyebarkan ajaran Islam secara utuh, sejuk, damai dan toleran

Baca Juga: Menangkan Pasangan SAE, Ratusan Kader dan Pengurus DPD PAN Sidoarjo Rapatkan Barisan

Hadratussyaikh ibarat telaga yang airnya jernih, bening, dan segar. Orang dari mana-mana mengambil air itu untuk mendapatkan manfaatnya.

Hadratussyaikh mendirikan NU, berdasarkan Surat Ali Imran 103. Dengan semangat persatuan, Hadratussyaikh sangat istiqomah mengembangkan pendidikan, mendidik para santrinya, sehingga alumni Tebuireng tersebar di seluruh nusantara. Para alumni itu mendirikan pesantren di mana-mana.

Pesantren-pesantren itu ibarat telaga-telaga baru yang mengeluarkan air yang sejuk dan bening menyuburkan Indonesia. 

Baca Juga: Vinanda-Qowim Tegas Diingatkan Muhammadiyah Kota Kediri untuk Sampingkan Kepentingan Kelompok

Jadi Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari dan Ahmad Dahlan adalah dua sahabat  yang mengaji pada guru yang sama tapi setelah besar mereka mendirikan organisasi yang berbeda. Hadratussyaikh mendirikan Nahdlatul Ulama, sedang Ahmad Dahlan mendirikan . (em mas’ud adnan/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO