Tegang, Warga Papua Mau Serbu Pesantren Ustadz Darto, Tapi Batal karena Foto Gus Dur

Tegang, Warga Papua Mau Serbu Pesantren Ustadz Darto, Tapi Batal karena Foto Gus Dur Ustadz Darto Saifudin bersama warga asli Papua di Manokwari Selatan Papua Barat. foto: istimewa/ bangsaonline.com

MANOKWARI, BANGSAONLINE.com - Kisah Ustadz Darto Saifudin menyentuh jiwa. Ia merintis Pondok Pesantren di Manokwari Selatan. Namun tiba-tiba mau diserbu oleh warga asli . Dua bulan tegang. Namun mereka batal menyerbu karena ada foto . Loh? Ikuti laporan Em Mas’ud Adnan, wartawan BANGSAONLINE.com, secara serial mulai hari ini .

Darto Saifudin, laki-laki beranak dua asal Jombang Jawa Timur itu sangat bersahaja. Kini ia menjadi di Manokwari Selatan Barat. Ia mengaku pernah frustasi karena terhimpit tekanan ekonomi. “Kehidupan saya saat itu berada pada titik nadzir,” keluh Darto Saifudin kepada HARIAN BANGSA, Jumat (6/9/2019).

Baca Juga: Puisi Prof Dr 'Abd Al Haris: Pimpin dengan Singkat, Gus Dur Presiden Penuh Berkat

Menurut dia, saat itu hidupnya kacau. Ia memang lulusan pondok , tapi kehidupannya jauh dari nilai-nilai yang telah ditempuhnya bertahun-tahun. Hidupnya kelam, sehingga tak layak disebut santri. Dalam kondisi kalut itu ia ingat petuah gurunya: Jika kamu putus asa, segeralah hijrah.

Ia pun berangkat ke Barat. Di bumi cenderawasih itu ia memulai usaha sebagai penjual ayam keliling. Pekerjaan ini ia tekuni sampai dua tahun lebih. Namun para tetangganya kemudian minta ia berhenti bekerja sebagai penjual ayam. Mereka minta Darto mengajari ngaji.

Ia pun berhenti jualan ayam. Ia mengajar ngaji. Ternyata peserta ngaji makin hari makin banyak. Tapi ia mengaku tak punya tempat. “Saya lalu dipinjami musholla untuk mengajar ngaji,” ungkap Darto mengisahkan awal mula hidup di bumi Cenderawasih itu.

Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan

(Para santri Pondok Pesantren Madrasatul Quran Al-Qalam Manokwari Selatan Barat yang diasuh Ustadz Darto Saifudin sedang salat berjamaah. foto: istimewa/ bangsonline.com) 

Ia bersama para pendiri dan jamaah dzikir serta dibantu masyarakat lalu berinisiatif mendirikan pondok . Dari sumbangan para jamaah dzikir dan beberapa masyarakat mulailah ia membangun sarana . Ia mendirikan Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an al-Qalam di Manokwari Selatan Barat.

Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan

Namun tiba-tiba badai menerpa. Ia mendapat surat dari Lembaga Gereja setempat yang intinya minta agar rintisan itu segera dihentikan. “Surat itu sampai sekarang masih ada,” katanya. Suasana pun tegang. Apalagi banyak berita-berita miring yang menyudutkan Darto.

Makin hari berita hoax yang memfitnah dirinya makin panas. Bahkan terdengar ancaman penyerbuan terhadap yang baru dirintisnya. “Akhirnya keluarga saya ungsikan. Tapi saya harus tetap di pondok, dengan didampingi beberapa orang setiap malam ikut menjaga. Karena tidak mungkin pondok ditinggal” katanya.

Menurut dia, selama dua bulan terjadi ketegangan. Karena isu pernyerbuan itu makin keras dan panas. Informasinya, warga yang mau menyerbu adalah dari salah satu daerah atau kampung yang terkenal keras dan garang. “Kalau mereka sampai menyerbu sangat bahaya,” kata Ustadz Darto. “Karena mereka terkenal keras,” tambahnya.

Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari

(Ustadz Darto Saifudin sedang memberikan wawasan kebangsaan kepada para santrinya di Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an Al-Qalam di Manokwari Selatan Barat. foto: istimewa/ bangsaonline.com)

Untung sebelum mereka menyerbu, mengirim utusan ke Al-Qalam yang dimpimpin Ustadz Darto. “Mereka membawa anjing. Saya biarkan. Ya anjingnya berkeliaran di pondok,” tutur Darto. Ternyata para utusan itu kaget ketika melihat foto Gus Dur dan kalender Pesantren Tebuireng Jombang terpampang di rumah Ustadz Darto.

Baca Juga: Kang Irwan Dukung Mbah Kholil, Kiai Bisri dan Gus Dur Ditetapkan jadi Pahlawan Nasional

kitong pu bapak,” teriak mereka. Artinya, adalah bapak kita.

Mereka yang awalnya tampak garang dan kasar akhirnya ramah dan lemah lembut. Apalagi setelah mereka tahu bahwa Darto alumnus Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.

Mereka berangkulan dengan Ustadz Darto. Dari situ lalu terungkap, bahwa mereka berniat menyerbu yang diasuh Ustadz Darto karena terprovokasi berita hoax. Menurut mereka, selama ini beredar isu bahwa Ustadz Darto melarang para santrinya berjabat tangan dengan orang Nasrani. Selain itu juga muncul isu bahwa Ustadz Darto melarang para santrinya membeli dagangan orang-orang Kristen.

Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng

“Setelah kami membentuk tim pencari fakta, kami menerima laporan ternyata yang menyebarkan isu justeru orang atau oknum Islam sendiri yang tidak sepaham atau sejalan dengan NU dan ,” kata Ustadz Darto kepada BANGSAONLINE.com.

Sikap para utusan itu akhirnya berbalik seratus delapan puluh derajat ketika tahu paham keislaman yang dianut Ustadz Darto moderat. Maklum, Ustadz Darto adalah kader NU. “Mereka senang ketika saya pegang, dan saya rangkul. Karena selama ini mereka beranggapan saya melarang berjabat tangan dengan orang-orang Kristen,” kata Ustadz Darto. (bersambung) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Kembali Berduka! Ratusan Rumah di Papua Terbakar!':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO