BLITAR, BANGSAONLINE.com - Kerusuhan yang terjadi di Papua berimbas pada pelajar asal Papua yang tengah mengenyam pendidikan SMA di Kota Blitar. Sebagian mereka memilih pulang kampung ke Papua.
Di SMAK Diponegoro Kota Blitar misalnya, ada enam pelajar yang memilih pulang kampung ke Papua.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
Eko Hariyanto, Wakasek Kesiswaan SMAK Diponegoro Kota Blitar saat dikonfirmasi membenarkan hal ini. Di SMAK Diponegoro ada 15 pelajar asal Papua, namun saat ini hanya tinggal sembilan pelajar yang masih bertahan.
"Ada 15 anak yang sekolah di sini, namun sekarang hanya sembilan orang yang tersisa masih bersekolah. Satu anak pulang karena sakit saat masih kelas X. Kemudian yang lima pulang setelah ada huru hara, mulai kasus di Surabaya, Malang, ditambah lagi ada kerusuhan di Papua," ungkap Eko Hariyanto, Selasa (1/10/2019).
Menurut dia, pihak sekolah sudah berupaya meyakinkan pelajar untuk tetap bertahan menyelesaikan pendidikan. Namun, rata-rata mereka ada yang sudah dijemput maupun pulang karena diminta dari keluarga, pasca terjadi kerusuhan.
Baca Juga: Pelaku Tabrak Lari yang Tewaskan Pria di Kota Blitar Terancam 6 Tahun Penjara
"Kami ingin anak-anak tetap belajar. Kami yakinkan kalau di Blitar aman. Supaya nanti pulang bisa sama-sama membangun Papua," imbuhnya.
Mereka mulai kembali ke Papua secara bertahap sejak Agustus lalu. Hingga terakhir, seorang pelajar kembali ke Papua pada 2 September 2019.
Sementara Elion T Tumana, salah satu pelajar kelas XII SMAK Diponegoro asal Papua yang memilih bertahan mengatakan, sebelumnya juga sempat diminta ibunya untuk pulang ke Papua. Namun ia memilih bertahan. Dia bertekad menyelesaikan pendidikan di Kota Blitar, sebelum kembali ke Papua.
Baca Juga: Aktivis Antikorupsi Blitar Geruduk 2 Kejari, Desak Usut Aktor Kunci Kasus Rasuah
"Ibu sebenarnya mengingkan saya pulang. Tapi bapak bilang tidak usah pulang, tunggu saja situasi. Karena kami yakin situasi pasti akan membaik. Kalau kita ambil keputusan pulang nanti susah sendiri, penyesalan, karena tidak selesai pendidikan akan datang di belakang," ungkap pelajar asal Kaimana, Papua Barat ini.
Di Kota Blitar ada 21 pelajar tingkat SMA yang berasal dari berbagai Kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat. Mereka bersekolah di SMA dan SMK di Kota Blitar melalui program beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM). Di Jatim ada sembilan daerah tujuan program beasiswa ADEM, salah satunya Kota Blitar. (ina/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News