Air Terjun Ketegan, Wisata Eksoti yang Menggeliat Bangun

Air Terjun Ketegan, Wisata Eksoti yang Menggeliat Bangun ?jalan menuju air terjun Ketegan, hinggap di atas batu licin, ataukah menyusuri jalan setapak pinggir kali. foto:rosihan c anwar/bangsaonline

BANYUWANGI (bangsaonline)

Baca Juga: Launching Majapahit's Warrior Underwater, Pj Gubernur Jatim Sampai Ikut Nyelam Letakkan Patung

Kabupaten Banyuwangi mempunyai segudang obyek wisata, mulai dari gunung, alas dan pantai perawan, serta etnik budaya yang unik. Sebut saja kawah Ijen untuk gunung, beberapa pantai laut selatan yang eksotik, wingitnya Alas Purwo, dan uniknya etnik Osing. Namun, ada satu destinasi wisata mulai menggeliat bangun, air terjun Ketegan.

Secara geografis, posisi air terjun Ketegan terletak di Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, sangat strategis. Sebagai sempalan jalur menuju Kawah Ijen, dan Kampung Osing. Dan dari Kota Banyuwangi hanya berjarak 15 km saja. Atau hanya berjarak 5 km dari Desa Kemiren, tempat etnik Osing tinggal.

Air terjun Ketegan yang belum masuk dalam peta Wisata di Banyuwangi ini, menyajikan eksotisme alam yang patut menjadi pelengkap antara wisata gunung, pantai dan budaya. “Pak Azwar Anas (bupati Banyuwangi,red) telah meninjau ke sini, hari Sabtu, 9 November lalu. Beliau mengatakan, potensi wisata air terjun Ketegan cukup tinggi dan layak dikembangkan,” kata Ketua Pariwisata Badan Usaha Milik Desa, Umar Said.

Baca Juga: Ditpolairud Polda Jatim Amankan Dua Pelaku Jual Beli Benih Lobster Ilegal di Banyuwangi

Bupati Abdullah Azwar Anas sendiri, terus berkomitmen menggali potensi wisata yang ada di Banyuwangi. “Jika memang mempunyai potensi besar, akan kita kembangkan terus,” kata Azwar Anas.

Setidaknya, dalam bulan ini, air terjun Ketegan didatangi turis wisman dari Kanada, Meksiko, Perancis, Belanda, Amerika Serikat, Malaysia dan Jepang. “Umumnya para turis itu mengacungkan jempol. Mereka adalah turis yang baru saja turun dari Kawah Ijen, dan menyempatkan mampir di Air Terjun Ketegan,” papar Umar, yang juga mantan kades ini. “Sejauh ini, pemasaran air terjun Ketegan melalui biro-biro wisata. Kebetulan bendahara kami, Hadi Suryo Wijoyo, bekerja di biro wisata. Melalui dia, air terjun Ketegan ini dikenalkan ke biro-biro wisata,” tambah Umar, yang juga Ketua Kelomok Tani Podo Makmur ini.

Acungan jempol turis itu, dikarenakan posisi air terjun sekitar 500 meter dari titik jalan raya. Di mana wisatawan harus menuruni lembah sedalam 100 meter, serta menyusuri sungai penuh bebatuan sejauh 300 meter. Sungai ini diapit dua bukit terjal setinggi antara 50 – 100 meter, yang dipenuhi akar-akar pohon dan batu besar menjorok. Sungguh menjanjikan satu petualangan mendebarkan.

Baca Juga: Tim BPBD Lumajang Juara Umum dalam Semarak Gelar Peralatan se-Jatim, Ini Lima Arahan BNPB

“Demi keselamatan dan kenyamanan wisatawan, kami saat ini sedang membangun jalan setapak meliuk-liuk menuju lembah. Namun, untuk menyusuri pinggir sungai hingga sampai ke air terjun, kami biarkan alami. Wisatawan bisa menapaki bebatuan di tengah sungai atau menyisir di jalan setapak pinggir sungai,” kata dia, didampingi, Sukirman, seksi keamanan yang juga Ketua RT01/RW02.

Namun, jika wisatawan takut menuju ke air terjun Ketegan, bisa mendatangi sumber Jagir. Di tempat ini, hanya menuruni lembah sedalam 200 meter, dan menemukan dua air terjun setinggi 10 meter saja. Warga juga menyebut sebagai sumber Kembar. Di sini, wisatawan bisa mandi air sumber yang jernih, di tempat ‘genangan’ air yang landai dipenuhi bebatuan kecil seukuran jempol tangan. “Ada juga sumber Ija, bentuknya seperti kolam pemandian, namun alami. Wisatawan bisa bermain air sepuasnya di tempat yang agak dalam,” tambah Sukirman.

Umar dan pengurus pariwisata di desa, menjanjikan akan memandu wisatawan yang ingin lebih memacu adrenalin untuk mengunjungi Sumber Pawon, yang medannya jauh lebih ekstrim dan sulit. Debit air Sumber Pawon cukup tinggi, sehingga dimanfaatkan PDAM Banyuwangi untuk menyuplai kebutuhan air seluruh pelanggannya di Kota Banyuwangi.

Baca Juga: Rumah di Banyuwangi Rusak Usai Diterjang Hujan Deras dan Tertimpa Pohon

Agaknya, mereka cukup serius melangkah menuju distinasi wisata unggulan di Banyuwangi. Pihak pengelola wisata yang berupa Badan Usaha Milik Desa ini, tengah menyiapkan beberapa fasilitas, mulai toilet, kamar ganti, musala, stan oleh-oleh dan souvenir, warung, homestay, dan lahan parkir yang representatif. “Bupati menyarankan, agar menyiapkan Pondok Afternoon Tea, atau pondok minum teh sore hari. Kita masih mencari lahan yang cocok itu.”

Bukan itu saja, merchandise berupa kaos telah disiapkan. Saat ini masih proses sablon. “Di sini juga mempunyai produk unggulan berupa kerajinan perhiasan perak. Itu akan menjadi salahsatu unggulan kami, yang akan kami display,” tambah Sukirman.

Keyakinan pengurus bahwa wisata air terjun Ketegan bakal berkembang pesat, karena mereka mempunyai adat unik, yang berbeda dengan Osing. “Lokasi kami satu kecamatan dengan Desa Kemiren yang dihuni suku Osing, tapi kami mempunyai adat yang berbeda. Di desa kami, dihuni tiga etnis berbeda, yaitu Jawa atau Banyuwangi, Osing dan Madura. Maka, adat yang berkembang di kampung kami adalah gabungan dari ketiganya. Dan sampai saat ini, masih kami pegang teguh,” aku Sukirman.

Baca Juga: Diduga Mabuk Sopir Truk Fuso Tabrak Pagar Masjid Ikon di Banyuwangi, 3 Motor Rusak Parah

Di desa ini terdapat kuntulan / hadrah yang khas Banyuwangi, Macopat Lontar Yusup, Lontar Madura, Barong dan Jaranan. Mereka mengklaim nama boleh sama dengan daerah lain, tetapi gerak, nada, tabuhan gamelan akan berbeda. “Pokoknya, khas desa kami,” sergah Sukirman, yang juga pengurus Barongan ini. “Jika ada wisatawan menginginkan, dan kami disuruh main, sekarang pun siap,” tantang dia.

Tak cukup sampai di situ, adat panjer kiling juga menjadi andalan. Yaitu, memainkan angklung paglak di panggung yang cukup tinggi. Tiang panggung ini adalah empat penjor dari bambu. “Untuk sementara, kami mainkan di hari libur dan hari besar saja. Kami juga memutuskan, pada hari libur itu, mengenakan pakaian adat Banyuwangi. Nantinya, jika sudah berkembang, siapapun yang berkecimpung di wisata, termasuk pemilik stan, harus berpakaian adat Banyuwangi,” tandas Umar.

Langkah yang disiapkan pengurus ini, sudah ‘on the track’ dengan apa yang katakan Menteri Sosial Khofifah Indarparawansa, saat memberikan sambutan pada acara Banyuwangi Ethvo Carnival. “Cara Banyuwangi mengembangkan pariwisata, tak lepas dari upaya pembangunan karakter bangsa. Banyuwangi bisa menjadi role models,” kata menteri yang juga Ketua Muslimat NU ini.

Baca Juga: Dua PMI asal Banyuwangi Alami Gangguan Jiwa Setelah Dipulangkan dari Malaysia

Menteri Pariwisan dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya mengakui, bahwa keragaman kebudayaan di Banyuwangi sangat banyak, tak hanya Osing.

“Festival ini saya putuskan masuk agenda event nasional mulai tahun depan. Artinya, Banyuwangi juga harus menumbuhkan ekonomi kreatif, dan menyiapkan destinasi wisata lain,” kata menteri yang berasal dari Banyuwangi, dan fasih berbahasa Osing ini.

Meski belum membentuk Kelompok sadar Wisata di Desa Kampung Anyar, namun warga desa sepakat untuk memberikan rasa aman dan memberikan keramahan kepada wistawan. Juga menjaga kebersihan, keteriban dan keindahan. “Kami tak ingin wisatawan kecewa karena sikap kami yang tak mengenakkan hati. Alam sudah indah dan sejuk, tetapi kalau hati dibuat panas, tentunya kami tak akan dikenang. Yang kami inginkan adalah wisata air terjun Ketegan dan budaya kami dikenal luas, dan wisatawan mempunyai kenangan perjalanan ke Banyuwangi,” tandas Umar, walaupun dia mengaku, belum pelatihan dan pengelolaan pariwisata, lebih-lebih terkait sapta pesona pariwisata.

Baca Juga: Ngaku Khilaf, Seorang Bapak di Banyuwangi Tega Cabuli Anak Kandungnya

Dana operasional mereka, sejauh ini hanya didukung dari pendapatan parkir saja. Untuk tiket masuk masih dibebaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Cuaca Kurang Bersahabat, Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO