SURABAYA, BANGSAONLINE.com-Dr KH Imam Ghazali Said, MA meraih gelar akademik tertinggi, yaitu profesor. Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya itu dikukuhkan sebagai guru besar bidang sejarah pemikiran Islam klasik Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya. Di hadapan rektor, guru besar, kiai dan sekitar 400 undangan, Kiai Imam Ghazali Said menyampaikan orasi ilmiah berjudul: Masjid dalam al-Quran dan Hadits: Kontinuitas dan Kreativitas Budaya di Sport Centre Uinsa Surabaya, Selasa (17/12/2019).
Baca Juga: Bedah Visi-Misi Cagub Jatim 2024 di FISIP UINSA, Jubir 02 Kekeh soal Penyebutan Seminar Nasional
(Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA bersama M Mas'ud Adnan, Komisaris Utama HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. Foto: ian/bangsaonline.com)
Kiai Imam Ghazali Said yang tiap hari mengasuh Rubrik Tanya Jawab Islam di HARIAN BANGSAdan BANGSAONLINE.com memaparkan keberadaan dan pengaruh tiga masjid induk, yaitu Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjid Nabawi Madinah.
“Jika kita perhatikan tiga masjid induk yaitu Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjid Nabawi, maka Masjid Nabawi adalah masjid yang original dibangun Nabi dan para sahabatnya,” kata Imam Ghazali Said. Sedang Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha melanjutkan dari tempat ibadah yang disucukan oleh agama-agama sebelumnya.
Baca Juga: Tambah Wawasan soal Dunia Jurnalistik, Siswa SMA AWS Kunjungi Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE
“Masjidil Haram adalah kelanjutan dari tempat ibadah yang disucikan oleh kaum Paganis Jahiliyah, Khuza’ah, A’maliqah, Jurhum, kemudian berujung pada agama Hanafiyah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim yang diteruskan oleh Nabi Ismail,” kata alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir itu.
(Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA bersama istri dan anak-anak dan cucunya. Foto: ian/bangsaonline.com)
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Sedangkan Masjidil Aqsha, menurut Imam Ghazali Said, adalah tempat ibadah sebagai kelanjutan dari kaum Yahudi yang silih dihancurkan dan dibangun kembali akibat kalah atau menang perang. Maka istilah yang popular sebelum Islam adalah Har Habayit, kemudian berubah menjadi Jupiter dan berubah lagi menjadi Har Habayit yang semua itu adalah istilah yang dikembangkan oleh kaum Yahudi.
“Kaum Yahudi berkeyakinan bahwa tempat ibadah yang disucikan ini berasal dari ayah para Nabi yaitu Nabi Ibrahim dengan agama Hanifiyah. Dalam ungkapan lain, baik Masjidil Haram atau Masjidil Aqsha itu berasal dari “Karya Besar Budaya” Nabi Ibrahim,” kata Imam Ghazali Said.
Menurut Kiai Imam Ghazali Said, dalam sejarah, peristiwa pengambilalihan dan mengubah jadi tempat ibadah agama lain sudah biasa terjadi di semua belahan dunia. Ia mencontohkan Masjid Raya Bani Umayah yang dibangun oleh Walid bin Abdul Malik dari reruntuhan tempat Ibadah Romawi yang menyembah Dewa Yupiter. Padahal reruntuhan ini oleh kaum Nasrani pernah dibangun menjadi Gereja Baslika yang dipersembahkan untuk Yohanes Pembabtis (Yahya) sejak jaman kekaisaran Romawi Konstatinus I. Namun hingga kini Masjid Umayah terus bertahan karena kaum Muslim sebagai penguasa dan mayoritas di Suriyah.
Baca Juga: Hari Pertama Kampanye, Khofifah Silaturahmi ke Kiai dan Tokoh di Pengukuhan Dr HC KH Zulfa Mustofa
Begitu juga Masjid Cordoba yang dibangun oleh Abdurrahman Al-Dakhil dari dinasti Umayah II di Andalus. Masjid ini semula adalah lokasi gereja Katolik yang dibangun bangsa Visigoth. "Setelah Andalusia dikuasai Muslim, lokasi tersebut dibagi menjadi dua porsi: satu untuk Muslim, santu untuk Kristen," kata Imam Ghazali Said.
Namun ketika pada 1552 Masehi kaum Muslim dikalahkan oleh kaum Katolik, maka kaum Muslim menjadi minoritas. Konsekunsinya, Masjid Cordoba dijadikan Katedral, walaupun hanya sebagian. "Ini mengingat Masjid Cordoba sangat luas, memiliki 1.200 tiang. Dan yang difungsikan sebagai Katedral hanya mengambil alih 200 tiang yang terletak pada posisi tengah Masjid," katanya.
Sedang area sekelilingnya, kata Imam Ghazali Said, sekarang difungsikan sebagai museum untuk menarik kunjungan wisata dari dunia Islam. "Sebagai bukti Islam telah berjasa membangun peradaban di Andalus yang saat ini menjadi wilayah otonom dari kerajaan Spanyol, UNESCO pada 15 Desember 1994 menetapkan Masjid Cordoba sebagai salah satu tempat penginggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia," ungkat Imam Ghazali Said.
Baca Juga: UINSA Anugerahkan Gelar Doktor Honoris Causa ke M. Naser
Rektor UIN Sunan Ampel Prof Masdar Hilmy, PhD memuji orasi ilmiah Imam Ghazali Said. Menurut dia, orasi ilmiah yang disampaikan dosen UIN Sunan Ampel itu luar biasa. Imam Ghazali, kata Masdar Hilmy, bukan hanya menguasai pemikiran keislaman klasik tapi juga berpengalaman menjelajahi tempat-tempat bersejarah yaitu masjid-masjid yang dijadikan kajian ilmiahnya, terutama Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjid NabawiMadinah. “Semoga sebagian besar kita bisa ke sana. Tapi kata Pak Imam Ghazali, harus bersama saya,” kata Masdar Hilmy menggojlok Kiai Imam Ghazali Said.
Saat menyampaikan orasi ilmiah, Kiai Imam Ghazali Said memang berdoa semoga semua yang hadir dalam acara pengukuhan guru besar di UIN Sunan Ampel itu bisa ke Masjidil Aqsha, disamping ke Masjidil Haram dan Nabawi. “Tapi dengan saya,” canda Imam Ghazali Said. Canda Imam Ghazali Said itu langsung membuat para undangan tertawa karena berbau promosi. “Wah ini promosi,” celetuk hadirian. Kiai Imam Ghazali Said memang dikenal sebagai pembimbing haji dan umroh yang banyak berkunjung ke masjid-masjid bersejarah di dunia.
Pada akhir pidatonya, Kiai Imam Ghazali Said menegaskan bahwa kaum Muslim dalam menghadapi semua perubahan harus tidak berhenti berjuang agar mereka secara sosial politik tetap menjadi pemenang. "Tetapi jika perjuangan ini gagal dan kaum Muslim kalah, maka sebaiknya mereka memposisikan diri dengan menyadari dan mengakui bahwa dirinya kalah. Untukitu, kiran korban jiwa dan harta benda tidak perlu terjadi," katanya.
Baca Juga: Dimeriahkan Puluhan Doorprize, Jalan Sehat HUT ke-10 BO dan Bazaar UMKM Diserbu Ribuan Warga
Selain Kiai Imam Ghazali Said, UIN Sunan Ampel juga mengukuhkan Dr H Abdul Kadir Riyadi sebagai guru besar. Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini menyampaikan orasi ilmiah tentang: The Green Sufism, Mengasah Kecerdasan Ekologis dengan Tasawuf. Ia dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Filsafat Tasawuf Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. (ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News