Miris, Muhammad dan Yani Harus Tidur dan BAB di Pembaringan

Miris, Muhammad dan Yani Harus Tidur dan BAB di Pembaringan Kondisi Muhammad dan Yani.

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Muhammad (30) dan Yani (25), anak pasangan Trip (70) dengan Iyah (65), warga Dusun Krajan, Desa Karang Paiton, Kecamatan Ledokombo, Jember, Jawa Timur, adalah kakak beradik yang mengalami kondisi disabilitas fisik dan mental sejak lahir. Dengan kondisinya sekarang, mereka pun tidak bisa hidup mandiri dan hanya bergantung kepada keluarga yang mengasuhnya.

Di umurnya yang sudah dewasa, bentuk fisik mereka layaknya anak umur 12 tahun. Keduanya tidak mampu bergerak, berjalan, buta, bahkan tidak bisa bicara. Mereka sehari-hari hanya beraktivitas di pembaringan yang terbuat dari semen beralaskan perlak lusuh.

Baca Juga: Atasi Pembangunan Masyarakat, Para Stakeholder di Jember Diminta untuk Tingkatkan Koordinasi

Aktivitas mulai makan, buang air besar (BAB), sehari-harinya dilakukan di pembaringan tersebut. Bilik kamarnya yang berada di belakang rumah, dekat dengan dapur. Hanya berdinding gedek (anyaman bambu), berukuran kurang lebih 1,5x2 meter.

Kondisi pembaringan Muhammad dan Yani lebih memprihatinkan lagi. Berukuran kotak 1,5x1 meter, dimodifikasi agak miring agar mudah untuk dibersihkan saat Muhammad ataupun Yani BAB. Kotoran BAB dua kakak beradik itu langsung diarahkan ke lubang jumblang yang mengarah ke lubang mirip septic tank.

Bahkan jika ditengok, kondisi tempat pembaringannya lebih mirip kandang ayam dengan aroma kotoran manusia yang menyengat.

Baca Juga: Bupati Hendy Ungkap Alasan Bikin Mars Jember: Bukan Buat Gagah-gagahan

Keluarga pun tidak mampu berbuat banyak. Iyah, sang ibu, dibantu anak-anaknya yang lain, hanya bisa pasrah dan merawat semampunya dua kakak beradik itu. Sementara sang ayah sudah pergi ke Pulau Madura sejak bercerai.

"Muhammad dan Yani itu adik-adik saya. Sejak di kandungan memang sudah diprediksi punya kelainan itu. Bahkan sekitar umur 2 atau 3 bulan itu, memang tidak bisa melihat, tidak bisa bicara, dan hanya berbaring gitu saja," kata kakak pertamanya, Siti Fadilah saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (6/2/2020) siang.

Baca Juga: Hidup Sebatang Kara, Tunawicara, dan Lumpuh, Nenek di Jember ini Butuh Perhatian Pemerintah

Siti menceritakan, kondisi kedua adiknya itu memang berbeda dengan yang lain. "Muhammad adik kedua, Yani ketiga, keempat Hosniyah, dan keempat Beni. Kita sekeluarga, ibu saya dan adik saya keempat juga kelima, saling bahu-membahu merawat bersama Muhammad dan Yani itu," katanya.

Saat ditanya keberadaan ayahnya, ia mengungkapkan sudah pergi sejak kedua adiknya itu masih kecil. "Pergi ke (pulau) Madura. Kadang sih ke sini. Sekarang lama tidak pernah pulang," ungkapnya.

Siti juga mengatakan, dulu sewaktu masih berumur dua bulan, Muhammad dirawat oleh neneknya. "Kemudian juga adik saya Yani itu. Dulu di Desa Sukosari dirawatnya. Kemudian nenek saya meninggal. Sekitar 1,5 tahun lalu. Sekarang Muhammad dan Yani kita yang rawat di sini (Desa Karang Paiton)," ujarnya.

Baca Juga: Wabup Gus Firjaun Apresiasi Kunjungan Mensos Risma ke Kakak Adik Penderita Mikrosefalus di Jember

Dengan kondisi keluarga yang masih serba kekurangan, Siti beserta ibu dan adik-adiknya saling merawat Muhammad dan Yani. "Kita hanya bisa semampunya merawat. Pembaringan itu suami yang buat, dibentuk dari semen dan beralaskan perlak, dan ke bawahnya dibuat miring agar mudah bersihkan kotoran. Muhammad sering BAB karena banyak makan, sehari bisa 4 kali," katanya. Dibandingkan adiknya Yani.

"Kita pasrah dengan kondisi ini, dulu upaya ke dukun dan dokter sudah, tapi tidak bisa berbuat banyak. Kita terima kondisi adik-adik kami itu. Semoga nantinya kita bisa membuat pembaringan dan bilik yang lebih layak," imbuhnya.

Siti menambahkan, selama merawat Muhammad dan Yani juga perlu kesabaran ekstra. "Mungkin karena umurnya semakin dewasa, jadi kadang Muhammad ataupun Yani sering marah. Juga ada yang unik, Muhammad suka minum kopi ataupun Jasjus (minuman ringan sachet), sementara Yani banyak diam dan makan. Kita tapi sayang dengan mereka," tandasnya. (ata/yud/rev)

Baca Juga: Terkendala Biaya, Balita Hidrosefalus di Jember Butuh Uluran Tangan, Sang Ayah Hanya Bisa Pasrah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO