Begini Cerita Perjuangan Petugas Medis Hadapi Pandemi, dari Dimarahi hingga Dicaci

Begini Cerita Perjuangan Petugas Medis Hadapi Pandemi, dari Dimarahi hingga Dicaci Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Perjuangan petugas medis sebagai garda terdepan penanganan memang patut diapresiasi. Bagian kecil dari mereka adalah petugas yang melakukan penyelidikan epidemiologi atau tracing terhadap Orang Dalam Pemantauan (ODP) .

Dalam melaksanakan tugasnya, petugas dari puskesmas Dinas Kesehatan Kota ini menghadapi berbagai macam pengalaman, mulai dimarahi-marahi hingga dicaci maki oleh para OTG dan ODP.

Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas

Kepala Dinas Kesehatan Kota Febria Rachmanita mengatakan, banyak cerita dari tim surveilans atau petugas tracing di lapangan, mulai ditolak, dimarah-marahi, diusir, hingga dicaci maki. Para ODP ini juga masih sering bilang bahwa dirinya sehat, padahal badannya sudah terkena virus, dan ketika didatangi ke rumahnya marah-marah.

“Banyak ceritanya begitu-begitu. Makanya petugas medis itu harus sabar, karena si ODP ini banyak yang belum menyadari bahwa mereka itu sakit,” kata Feny-sapaan Febria Rachmanita, Minggu (3/5).

Oleh karena itu, Feny sangat berharap kepada masyarakat untuk bersama-sama memutus mata rantai penyebaran . Salah satunya dengan menumbuhkan kesadaran, jika memang dikatakan sakit oleh petugas medis, maka harus segera isolasi diri dan menjalankan protokol yang telah ditentukan.

Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah

Ia juga meminta stigma yang jelek tentang petugas medis harus dihindari. Sebaliknya, ia meminta masyarakat memberi dukungan penuh terhadap tim medis tersebut. “Wabah ini harus dihadapi bersama-sama, kami tidak bisa sendirian, ayo kita dukung tim medis,” ujarnya.

Adapun salah satu petugas surveilans yang pernah dimarah-marahi hingga dicaci maki oleh ODP adalah Ach. Fiqqy Fierly. Penanggungjawab surveilans dari Puskesmas Krembangan Selatan ini mengatakan bahwa dimarah-marah dan dicaci maki itu sudah sangat sering diterimanya selama wabah ini. Bahkan, hal itu selalu menjadi penyedap rasa setiap harinya.

“Di puskesmas itu kan ada beberapa tim yang diterjunkan. Tim itu punya grup WhatsApp, dan ceritanya di grup itu hampir sama semua, ya ada yang dimarah-marah lah dan ada yang dicaci maki,” kata Fiqqi memulai ceritanya.

Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya

Bahkan, Fiqqi mengakui bahwa di awal-awal melakukan tracing itu, berkali-kali dia dikatakan sebagai orang gila, tidak ada kerjaan, dan berbagai cacian yang sangat kurang enak di hati. Namun, karena itu tugas pekerjaan dan demi menolong warga Kota , dia tetap melakukannya meski penuh dengan perjuangan.

“Yang paling sulit itu ketika ada OTG dan tidak sadar bahwa dirinya sakit, sehingga dia menolak untuk diisolasi dan diobati. Mereka selalu bilang saya ini sehat, kenapa harus diobati. Nah, yang seperti ini yang sangat butuh perjuangan. Luar biasalah pokoknya,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa dan orang yang terkena virus itu, termasuk para tim medisnya, seakan dianggap aib di tengah-tengah masyarakat. Karenanya, ia sangat berharap kepada warga untuk sadar bahwa virus ini bukan aib seperti layaknya HIV AIDS.

Baca Juga: Hearing Lanjutan soal RHU dan Efek Pengendara Mabuk, DPRD Surabaya Soroti SOP, Perizinan, dan Pajak

“Ini wabah yang harus kita hadapi bersama, makanya saya selalu miris ketika melihat masih banyak yang tidak pakai masker dan tidak jaga jarak. Padahal, kami ini berjuang mati-matian untuk menolong pasien ini. Bahkan, kami sampai tidak memikirkan diri sendiri dan keluarga demi membantu saudara-saudara kita yang terkena ini. Jadi, ayo kita hadapi ini bersama-sama,” pungkasnya. (ian/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO