Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
9. Am hasibta anna ash-haaba alkahfi waalrraqiimi kaanuu min aayaatinaa ‘ajabaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?
10. Idz awaa alfityatu ilaa alkahfi faqaaluu rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wahayyi/ lanaa min amrinaa rasyadaan
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
TAFSIR AKTUAL
Dari ayat kaji ini dapatlah kita petik pelajaran, antara lain: Pertama, betapa penting membangun keluarga yang religius, di mana semua anggota keluarga punya keimanan yang tangguh dan terbiasa menjalankan perintah agama. Membiasakan beribadah itu bisa membentuk pribadi yang patuh dan sangat fanatis.
Tujuh pemuda goa itu lahir dari keluarga yang agamis, taat beribadah sehingga memiliki ketangguhan dalam mempertahankan keimanan. Meski nyawa taruhannya, tapi mereka tidak gentar menghadapi.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Kedua, lebih dari itu, membangun ikatan antar sanak famili, kerabat, dan pertemanan amat bermanfaat. Meski tujuh pemuda goa tadi tidak lahir dari satu rumah, tetapi rasa kekerabatannya cukup bagus. Dalam memperjuangkan agama, ternyata mereka yang masih ada hubungan darah justru saling mendukung satu sama lain.
Ketiga, mempersatukan diri dalam satu grup, punya tujuan sama, dan berkomitmen adalah wujud pengamalan berjamaah dan berjamiyah (berorganisasi) seperti yang dianjurkan agama. Mereka bertujuh itu adalah Muksalmina, yang tertua dan yang menjadi pemimpin. Disusul yang lain, yakni: Yamlikha, dialah yang disuruh ke kota membeli makanan. Kemudian Muhsimilnina, Murtus, Kasyutus, Dinumus, dan Yatunus. Anjingnya bernama Qitmir, milik Muksalmina. Begitu al-Thabary menuturkan. Allah a'lam.
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News