SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag minta masyarakat tidak gampang mencela pemimpinnya, terutama pada saat penanganan covid-19. Yang dimaksud pemimpin dalam hal ini adalah presiden, wakil presiden, gubernur, wakil gubernur, atau bupati dan wali kota, serta wakilnya yang kini sedang menangani virus corona.
“Mereka sudah bekerja keras untuk menangani covid-19. Jadi masyarakat harus sabar, tidak mencela pemimpinnya,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim dalam acara Munajat Surabaya Raya di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Ahad (7/6/2020) malam.
Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran
Meski demikian, Kiai Asep minta agar para pemimpin itu waspada, terutama dalam menangani covid-19. Sebab, tegas Kiai Asep, tak semua para pembantu pemimpin itu - seperti menteri dan kepala dinas - baik dan jujur.
Menurut Kiai Asep, di sekitar pemimpin selalu ada pembantu yang baik dan tidak baik. “Ini Hadits,” kata Kiai Asep menegaskan. Mantan Ketua PCNU Kota Surabaya yang kini memiliki 10 ribu santri itu langsung menukil sebuah Hadits yang artinya: Allah SWT tak akan menurunkan nabi dan pemimpin, kecuali di situ ada dua pembantu, yaitu pembantu yang baik dan pembantu yang tidak baik alias buruk.
“Karena itu para pemimpin harus waspada,” kata pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Menurut Kiai Asep, pembantu yang baik akan mendorong pemimpin pada kebaikan. Sedang pembantu yang buruk akan mendorong pemimpin kepada keburukan. Akibatnya pemimpin yang tak waspada terjerumus. “Dua model pembantu ini akan selalu ada di sekitar pemimpin,” tegas kiai milyarder tapi dermawan itu.
Kiai Asep juga menyinggung soal rencana pemerintah menerapkan new normal. Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu menyambut baik new normal. “PSBB kurang efektif,” kata Kiai Asep sembari menunjuk beberapa contoh kasus. Antara lain gang-gang di Surabaya, termasuk di sekitar Siwalankerto, ditutup pada jam 11 malam. “Tapi di gang itu orang-orang duduk berkerumun di tengah jalan. Kadang tanpa alas,” katanya.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
Karena itu, menurut Kiai Asep, lebih baik new normal, tapi dengan protokol kesehatan yang ketat. “Harus pakai masker, selalu cuci tangan, bawa hand sanitizer, dan jaga jarak,” kata Kiai Asep.
Dan yang yang lebih penting dari semua itu adalah taqarrub kepada Allah SWT. “Karena itu masjid-masjid harus dibuka. Saya juga mengajak teman-teman Muhammadiyah untuk membuka masjidnya. Walikota Surabaya juga harus membuka masjid Pemkot, masjid Al-Muhajirin. Presiden Jokowi kan juga sudah salat Jumat ,” katanya.
Kiai Asep kembali mengingatkan tentang surat al-Baqarah ayat 114 yang artinya: "Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah) kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan, dan di akhirat mendapat siksa yang berat.”
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Hadir dalam munajat itu para kiai dari kawasan Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Antara lain, Prof. Dr. Ridwan Nasir (UINSA Surabaya), KH. Munif (Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya), Prof. Dr. Ahwan Mukarram (UINSA Surabaya), Drs. KH. Muhammad Roziqi (Ketua DMI Jawa Timur), Dr. KH. Muhammad Sudjak (Ketua Badan Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya).
Kemudian, Syaikh Barkawi (ulama Universitas Al-Azhar Mesir), Drs. KH. Fatchurrochman (Wakil Ketua PCNU Surabaya), KH. Ahyar (Surabaya), KH. Abdul Manaf (mantan Ketua PCNU Sidoarjo), KH. Ahmad Sururi (Gresik dan Ketua Pergunu Jatim), Dr. KH. Zakaria Muhtadi (Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Al-Khoziny Sidoarjo), KH Fuad Anwar, KH Alwi dan para kiai lain.
Baca Juga: Aqiqah Cucu ke-20 Kiai Asep, Prof Ridwan Nasir Singgung Rabiah Al Adawiyah dan Khofifah
(Para kiai salat malam di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Ahad (7/6/2020) malam. foto: MMA/ bangsaonline.com)
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, Kiai Asep bersama para kiai sekarang fokus bermunajat untuk Surabaya Raya yang meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Yaitu memohon kepada Allah SWT agar covid-19 di tiga daerah itu segera lenyap. Rencananya, Munajat Surabaya Raya ini akan diakhiri nanti malam, Senin (8/6/2020) malam Selasa.
Kenapa fokus untuk Surabaya Raya? “Karena 70 persen corona paling banyak di Surabaya dan Sidoarjo. Tingkat penyebaran corona di Surabaya paling tinggi,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Elektabilitas Terus Melejit, Khofifah: Banyak Doa Kita Temukan di Pasar
Menurut dia, jika Covid-19 di Surabaya dan Sidoarjo bisa ditekan, maka Jawa Timur sudah bisa memasuki tatanan hidup baru. “Kita bisa memasuki new normal life,” kata Kiai Asep yang pada 10 hari terakhir bulan suci Ramadan lalu membagikan 300 ton beras dan 40.000 sarung serta uang Rp 50 ribu per orang bagi relawan penanganan Covid-19 dan warga terdampak secara sosial ekonomi virus corona.
Karena itu Kiai Asep minta Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Saifuddin, dan Bupati Gresik Sambari Halim sabar dan banyak membaca istighfar.
“Mohon maaf. Membaca istighfar bukan berarti banyak dosa. Tapi menurut hadits, barangsiapa yang membaca istighfar, maka kesusahan dan kegundahan yang selama ini menimpa akan berubah jadi bahagia. Kesulitannya akan diberi jalan keluar. Kemudian Allah akan memberi rezeki,” tegas Kiai Asep. (MMA)
Baca Juga: Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News