Tafsir Al-Kahfi 25-26: Abshir dan Asmi'

Tafsir Al-Kahfi 25-26: Abshir dan Asmi Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

25. Walabitsuu fii kahfihim tsalaatsa mi-atin siniina waizdaaduu tis’aan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.

26. Quli allaahu a’lamu bimaa labitsuu lahu ghaybu alssamaawaati waal-ardhi abshir bihi wa-asmi’ maa lahum min duunihi min waliyyin walaa yusyriku fii hukmihi ahadaan

Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia


TAFSIR AKTUAL

Dalam al-qur'an terkait perintah mencari tahu, mencari kejelasan sesuatu, ada dua terma. Yakni "Abshir dan Asmi'". Ada yag perintah "Abshir" dulu, baru "Asmi'" seperti pada ayat kaji ini. Lalu pada surah Maryam (38) justru dibalik, "Asmi'" dulu, baru "Abshir".

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Abshir, artinya observasi, mempelajari, meneliti, dan sebangsanya. Walhasil segala ikhtiar, usaha aktif, dan produktif. Bersusah-susah memperoleh apa yang dicari. Sedangkan Asmi' lebih pada tindakan pasif, mendengar, dan menerima masukan.

Secara umum, apa yang ada pada kisah ashab al-kahfi ini sebagian bisa didekati dengan akal, ilmu, dan penelitian. Maka perintahnya abshir dulu untuk memaksimalkan usaha manusia. Dalam bidang yang sekiranya bisa dijangkau akal, maka akal-lah yang mesti maju duluan. Setelah mentok, baru diperintahkan Asmi', mendengar dan menerima saja penjelasan Tuhan. Itulah orang terpuji dan layak menyandang gelar sebagai "Ulul Abshar".

Sementara pada urusan keimanan yang memang menjadi otorita Tuhan, termasuk penciptaan manusia, masalah hakikat nabi Isa ibn Maryam A.S. yang disengketakan posisinya, orang, anak Tuhan atau Tuhan, maka harusnya mendengar saja penjelasan dari Allah SWT Dzat yang maha berwenang. Makanya, dalam surah Maryam ini didahulukan kata Asmi', baru Abshir. Jadinya, iman dulu, baru diperkuat dengan akal jika bisa. Sebab tidak semua kerja akal bisa sampai kepada keimanan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO