SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ada pernyataan menarik dari Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag., saat menyambut kunjungan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Pondok Pesantren Tangguh Amanatul Ummah dan Istighatsah di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Selasa (29/7/2020). Menurut dia, Covid-19 melanda dunia karena kita kotor alias abai terhadap kebersihan. Ia memberi contoh desain toilet kering di airport luar negeri yang hanya menyediakan tisu tanpa air.
“Saya sering keluar negeri. Toilet-toilet di bandara tak ada airnya. Tolilet kering. Jadi orang buang air besar dan buang air kecil cawek pakai tisu, tidak pakai air. Gimana bersih wong kepet,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim disambut tawa para ibu-ibu Muslimat NU yang hadir di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto.
Baca Juga: Khofifah: Tahun Baru Jadi Momentum Refleksi, Waspada Cuaca Ekstrem saat Liburan
(Para ibu-ibu Muslimat NU duduk tertib dan berjarak di dalam ruangan Guest House. Sebagian lain berada di lantai 2 dan di halaman samping dan belakang. foto: mma/ bangsaonline.com)
Ironisnya, Indonesia malah ikut-ikutan. Kiai Asep mecontohkan terminal III Cengkareng yang mendesain toiletnya tanpa air. “Showernya gak ada,” kata Kiai Asep. Karena itu Kiai Asep minta para ibu Muslimat NU menjaga kebersihan sehingga terhindar dari covid-19. Misalnya mandi dua kali.
Baca Juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Ponpes Amanatul Ummah Ubah Sistem Pembelajaran
Pernyataan Kiai Asep ini direspons oleh Gubernur Khofifah saat memberi sambutan. Menurut gubernur perempuan pertama di Jatim itu, mulai dari RA dan PAUD kita semua hafal annadzafatu minal iman (kebersihan itu bagian dari iman-red). “Tapi kalau kita lihat praktiknya, Singapura lebih bersih,” kata Gubernur Khofifah.
Khofifah menjelaskan, sekarang Negara terbesih adalah Taiwan. Tapi di Taiwan, kata Khofifah, mulai muncul kesadaran pentingnya menggunakan air mengalir. “Di Taiwan sudah mulai pakai shower,” ujar Khofifah.
Karena itu, Gubernur Khofifah minta ibu-ibu Muslimat NU untuk menjaga kebersihan. Bahkan, menurut Khofifah, jika kita banyak beraktivitas di luar, tidak cukup mandi dua kali, tapi harus berkali-kali.
Baca Juga: Khofifah Raih Penghargaan dari Kementerian PPPA di Puncak Peringatan Hari Ibu 2024
(Para santri putra Amanatul Ummah di dalam Masjid Raya KH Abdul Chalim duduk berjarak untuk menaati protokol kesehatan. foto: mma/bangsaonline.com)
Begitu juga dalam menggunakan masker. Harus selalu berganti jika memiliki kegiatan padat. “Saya sehari ganti masker lima kali,” kata Gubernur Khofifah.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Dalam acara itu, Muhammad Al-Barra (Gus Barra), Ketua Yayasan Amanatul Ummah juga memberi sambutan. Menurut Gus Barra, sebenarnya para ibu-ibu Muslimat NU ingin sekali duduk lebih dekat dengan Ibu Gubernur. Tapi karena harus mematuhi protokol kesehatan, terpaksa tempatnya dipecah menjadi empat tempat.
Hadir juga Prof. Dr. M. Mas’ud Said, Ketua PW ISNU Jawa Timur, Wahid Wahyudi, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Hudiono, Kepala Biro Kesejahteraan Sosial, dan Ikfina Fahmawati, Calon Bupati Mojokerto.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
(Para santri putri Amanatul Ummah meluber ke luar masjid tapi tetap sesuai dengan standar protokol kesehatan yang ketat. foto: mma/ bangsaonline.com)
Usai acara istighatsah yang dimpimpin Kiai Asep Saifuddin Chalim, Gubernur Khofifah dan Kiai Asep berserta rombongan meresmikan Asrama Mahasiswa Sunan Gunung Jati yang terletak di areal Isnstitut KH Abdul Chalim. Namun saat pengguntingan pita, Gubernur Khofifah justru mempersilakan Kiai Asp yang menggunting pita tersebut.
Rombongan Gubernur Khofifah lalu menuju ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Di Masjid Raya KH. Abdul Chalim itu ribuan santri sudah menunggu kedatangan Gubernur Khofifah. Saat Gubernur Khofifah memasuki masjid, pasa santri langsung menyambut dengan shalawat thalaal badru alaina.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Yang menarik, ketika memberikan sambutan, Gubernur Khofifah sempat memberikan album kehadiran Presiden RI Joko Widodo pada pengukuhan guru besar Prof. Dr. KH Asep Saifuddin Chalim, M.Ag.
“Pengukuhan guru besar satu-satunya yang dihadiri oleh Pak Presiden Jokowi adalah Kiai Asep Saifuddin Chalim. Ini fotonya,” kata Gubernur Khofifah yang langsung disambut tepuk tangan meriah ribuan santri.
Gubernur Khofifah kemudian juga mengambil buku yang ditulis Prof. Dr. Mas’ud Said. “Prof Mas’ud ini santri yang S2, dan S3-nya di Australia,” kata Khofifah lantas minta salah satu santri membaca judul buku tersebut.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
“Khofifah Indar Parawansa Pemimpin Perubahan,” kata santri itu membaca judul buku tersebut. Buku itu lalu diberikan kepada para santri tersebut.
Menurut Khofifah, predikat sebagai pemimpin perubahan itu diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negaradan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). Tapi yang menyerahkan penghargaan itu Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.
Khofifah mengaku, semula ia tak mau ditulis oleh Prof Dr Mas’ud Said. “Karena saya merasa belum pantas,” kata Khofifah. Tapi ternyata menteri termuda sejak Indonesia merdeka adalah Khofifah Indar Parawansa.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Ia pun bercerita saat proses pengangkatannya sebagai menteri. Menurut dia, saat Gus Dur terpilih sebagai presiden, ia ditugasi menelepon para calon menteri. Di antaranya, Prof. Dr. Saparinah Sadli.
Namun, Prof. Saparinah yang dikenal sebagai aktivis dengan isu gender dan pemberdayaan perempuan itu justru menelepon Gus Dur, bahwa yang pantas menjadi menteri adalah Khofifah Indar Parawansa. Saat itu Khofifah menjabat Wakil Ketua DPR RI.
Gus Dur pun menerima usulan Prof. Saparinah dan mengangkat Khofifah sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Ketua BKKBN.
Meski demikian, Khofifah tak merasa melayang-layang. Ia tetap menjadi diri sendiri. Karena itu, Ketua Umum PP Muslimat NU itu minta para santri tetap menjadi diri sendiri. ”Jadilah diri kita dan lakukan yang terbaik,” nasehat Gubernur Khofifah kepada ribuan santri.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Gubernur berusia 55 tahun itu lalu memberikan masker secara simbolik. Sebanyak 5.000 masker ia berikan ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News