JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Pidato Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo dalam Sidang Majelis Umum (SMU) ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) cukup menarik. Secara tegas Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina. Bahkan presiden asal Solo itu mengungkap kehadiran Palestina pada Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955, tapi hingga kini nasibnya belum menikmati kemerdekaan.
"Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung (Konferensi Asia Afrika), yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestina untuk mendapatkan hak-haknya," kata Presiden Jokowi dalam pidato berbahasa Indonesia yang disiarkan langsung YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (23/9/2020).
BACA JUGA:
- Projo Sampang Kawal Pembangunan 2 Jalan Poros Kabupaten Senilai Rp91 Miliar
- Besok, Presiden Jokowi Serahkan 10.323 Sertifikat Tanah di Banyunwangi
- Jokowi Gelar Nobar Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Istana, Sejumlah Menteri Saling Tebak Skor
- Politikus PDI Perjuangan Ungkap Alasan Ahok Layak Maju di Pilgub Sumut 2024
Jokowi juga menyinggung soal komitmen negara-negara ASEAN dalam menjaga perdamaian. Jokowi menyebut kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai dan sejahtera.
"Di kawasan kami sendiri, bersama negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia terus menjaga Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera. Pada hari jadinya yang ke-53, 8 Agustus 2020 yang lalu, ASEAN kembali menegaskan komitmennya untuk terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan," ujarnya.
Sikap politik tegas Jokowi itu senada dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Bahkan Recep Tayyip Erdogan – seperti dikutip detik.com - secara agresif mengecam Israel dalam pidatonya di Majelis Umum PBB. Dia menuduh Israel mengulurkan "tangan kotor" ke Yerusalem.
"Perintah pendudukan dan penindasan di Palestina, yang merupakan luka berdarah kemanusiaan, terus melukai hati nurani," kata Erdogan seperti dilansir The Times of Israel, Rabu (23/9/2020).
Erdogan juga mendorong pengunduran diri utusan Israel untuk PBB. "Tangan kotor yang mencapai privasi Yerusalem, di mana tempat suci tiga agama besar hidup berdampingan, terus meningkatkan keberaniannya," ujarnya.
Saat Erdogan menyampaikan pernyataannya, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan bangkit dari kursinya dan perlahan meninggalkan aula Sidang Umum. Rekaman pemogokan itu kemudian didistribusikan oleh misi Israel, bersama dengan pernyataan dari Erdogan di mana utusan itu berkata, "Erdogan terus mengeluarkan pernyataan anti-Semitisme dan palsu terhadap Israel. Penting bagi dunia untuk mengakui standar moral ganda yang telah dia jalani selama bertahun-tahun."
Turki, yang pernah menjadi sekutu kuat Muslim Israel, kini telah menjadi musuh geopolitik Israel di bawah Erdogan.
Tetapi meskipun hubungan Israel-Turki berada di titik nadir, Ankara terus mempertahankan hubungan terbuka dengan negara Yahudi tersebut, termasuk di bidang pariwisata dan perdagangan.
Erdogan dalam pidatonya memuji rakyat Palestina karena "menentang kebijakan penindasan, kekerasan, dan intimidasi Israel selama lebih dari setengah abad".
Pemimpin Turki itu menolak rencana perdamaian Trump sebagai "dokumen penyerahan" dan bersumpah untuk tidak mendukung proposal perdamaian apa pun yang juga tidak didukung oleh Ramallah.
"Konflik Palestina hanya dapat diselesaikan dengan pembentukan negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan bersebelahan berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya," katanya.
Erdogan melanjutkan dengan menyerukan dialog "tulus" untuk menyelesaikan perselisihan yang berkembang dengan Yunani mengenai pencarian energi Ankara di Mediterania timur, menolak setiap "pelecehan" oleh Barat atas masalah tersebut.
Inilah Transkrip Lengkap Pidato Presiden Jokowi (dikutip tribunnews.com)
Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB,
Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB,
Yang Mulia Para Pemimpin Negara Anggota PBB
Tahun ini, genap 75 tahun usia PBB. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar perang besar, Perang Dunia II, tidak terulang kembali. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera. Karena perang tidak akan menguntungkan siapapun.
Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Pimpinan Sidang yang terhormat,
Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai? Saya kira jawaban kita akan sama, Belum.
Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan.
Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.
Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi covid-19 ini.
Di saat seharusnya kita semua bersatu padu, bekerja sama melawan pandemi yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.
Padahal kita seharusnya bersatu padu, selalu menggunakan pendekatan win-win, pola hubungan antar negara yang saling menguntungkan.
Klik Berita Selanjutnya