SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Masih ingat dengan Kiai Lokalisasi, KH M Khoiron Syu’aib? Kiai yang tinggal di bekas lokalisasi Bangunsari Surabaya itu menyampaikan anjurannya agar warga Surabaya tetap mematuhi protokol kesehatan. Selalu mengenakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, kemudian mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir.
Hal itu disampaikan Kiai Khoiron kepada BANGSAONLINE.com sehubungan dengan keyakinannya bahwa saat ini pandemi Covid-19 masih ada. Masih belum selesai. Meskipun sudah dikabarkan bahwa zona merah di Jawa Timur sudah berkurang.
Baca Juga: Mulai 1 Januari 2024 Vaksin Covid-19 Tak Lagi Gratis
“Mari kita jaga diri kita, kita jaga keluarga kita, juga mari kita jaga agar orang lain ikut terjaga kesehatannya,” tutur alumni Pesantren Tebuireng Jombang yang sejak tahun 1985 berdakwah di kawasan lokalisasi Bangunsari Surabaya.
Tapi ada yang menganggap virus corona itu tidak ada, sehingga banyak dari masyarakat di desa-desa tidak mengenakan masker saat beraktivitas? Kiai Khoiron memahami hal itu. Dia menganggap wajar ada pro dan kontra menyikapi Covid-19.
Lepas dari pro dan kontra, Kiai Khoiron yakin bahwa Covid-19 itu ada, meskipun tidak kelihatan. Soalnya apa? Faktanya, pemerintah itu menyiapkan dua lokasi kuburan Covid-19 itu, penggali kuburannya sampai kewalahan.
Baca Juga: Kenapa Prabowo Tak Pernah Mau Gandeng Cawapres Kader NU
"Setiap hari ada lima, ada sepuluh bahkan sampai dua puluh galian yang harus disiapkan. Nah ini secara akal kiai katakan bahwa itu virus Corona (Covid-19) ada," ungkapnya.
Kiai murah senyum ini kemudian minta mereka yang sampai hari ini tidak percaya adanya Covid-19 ini, disimpan sendiri. "Jangan berkoar-koar sehingga menjadi fitnah, itu dosa juga ya. Lebih baik kalau kita menghadapi orang yang tidak setuju dengan as-sukutu awlaa (diam itu lebih baik)," pesannya.
“Daripada kita komentar di mana akan timbul perbedaan, menimbulkan perdebatan dan sebagainya. Akhirnya ujung-ujungnya nanti kita saling mengancam dan sebagainya,” terang kiai yang pernah kuliah di Universitas Hasyim Asyari hingga sarjana muda.
Baca Juga: Petrokimia Gresik Terima Jatim Bangkit Award 2023
Nah, untuk menghadapi pandemi covid-19 ini, Kiai Khoiron mengajak, agar mengikuti anjuran filosof Islam yang juga pakar kesehatan dunia, Ibnu Sina, bahwa berhati-hati itu separuh dari obat; ketenangan itu juga separuh dari obat; sementara kalau kita ini tegang itu separuh dari penyakit. Selanjutnya, kesabaran adalah proses menuju pada kesehatan.
“Karena itu, saya tetap mengimbau masyarakat secara umum maupun warga yang mengaji di lembaga kami, juga para jamaah masjid sekitar Bangunsari agar mematuhi protokol kesehatan. Jangan menyesal kalau suatu saat dinyatakan kena virus corona 19, covid-19 ini,” tegasnya.
Kiai Khoiron juga menganjurkan semua warga kampungnya di Bangunsari yang mengaji di tempatnya, selalu memakai masker. Setelah sebelumnya kegiatan pengajian diliburkan tiga bulan. Kemudian kegiatan dilakukan dengan sistem daring.
Baca Juga: Masa Transisi Menuju Endemi, Gubernur Khofifah: Masyarakat Boleh Tak Kenakan Masker Asal Sehat
"Sekarang karena sudah agak melunak karena sudah mulai agak hijau, maka warga bisa datang dengan syarat harus mengenakan masker,” tegasnya.
Masjid Nurul Fattah, Masjid Tangguh
Baca Juga: Banyak Politisi Minta Dipanggil Gus, Apa Arti Gus? Ini kata Gus Dur yang Bikin Ngakak
Kiai Khoiron menyebutkan, masjid Nurul Fattah Jl Demak 319 Surabaya yang juga di bawah binaannya, termasuk sebagai Masjid Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo.
Hal itu juga bagian dari ikhtiar untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Karena itu kalau masuk masjid, urai Kiai Khoiron, jamaah harus tetap mengenakan masker.
Takmir masjid, kata Kiai Khoiron, sudah menyiapkan protokol kesehatan, baik untuk cuci tangannya maupun juga semprotannya. Tidak hanya di dekat pintu masuk, tapi juga di ruang untuk wudu disediakan sabun cair untuk mencuci tangan.
Baca Juga: Jemaah Resepsi Satu Abad NU Banjiri Kawasan Gelora Delta Sidoarjo
Di samping itu, pantauan langsung di masjid Nurul Fattah, ketika dilaksanakan salat berjamaah, di dalam masjid diatur sedemikian rupa, diberi tanda, sehingga antar jamaah ada jarak, tidak saling berdekatan.
“Ya, kita ingin sehat diri kita, juga supaya sehat diri orang lain. Bisa jadi kebalikannya, kalau kita itu semena-semena. Jangan sampai kita ini menyusahkan diri sendiri dan juga jangan sampai menyengsarakan orang lain, sebagaimana kaidah “La dlarara wala dlirara,” pungkas sarjana lulusan Fak Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. (dur/zar)
Baca Juga: Mulai 24 Januari 2023 Masyarakat Umum Bisa Lakukan Vaksinasi Booster Kedua
(Jamaah masjid Nurul Fattah cuci tangan dulu dengan sabun cair sebelum ambil air wudlu).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News