Tafsir Al-Kahfi 39-41: Mendoakan Kebun

Tafsir Al-Kahfi 39-41: Mendoakan Kebun Ilustrasi kekeringan. foto: detikcom

Tapi pria itu tidak putus asa dan tetap memberi panduan. Begini saja mas: "ketika kamu memasuki area kebun kamu, maka berucaplah "ma sya' Allah, La quwwah illa billah."

Dengan kalimat itu, berarti secara otomatis dia mengakui kebesaran Allah SWT. Arahnya, dengan bacaan itu, ke depan Tuhan diharap memberi keberkahan. Selanjutnya, kalimat tersebut menjadi doa keberkahan setiap kali kita keluar rumah atau masuk rumah, tempat kerja, mobil, pabrik, sawah, tambak, dll.

Abu Hurairah menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW memberi wejangan: "barang siapa yang keluar atau masuk rumah (atau apa saja), sesungguhnya ada dua malaikat yang ditugasi mendampingi. Jika orang itu keluar rumah, lalu berucap: "Bismillah", maka dua malaikat itu langsung menyahuti: "Hudita", artinya "semoga anda diberi hidayah".

Jika dia melihat sesuatu dan mengucapkan: "Ma sya' Allah La quwwah illa bi Allah", maka mereka mendoakan: "wuqita", artinya "semoga anda dijaga". Jika dia mengucapkan: "tawakkaltu 'ala Allah", maka mereka mendoakan: "kufita", artinya "semoga anda dicukupi".

Sayang, kebanyakan orang islam tidak mengamalkan ini, setidaknya ketika masuk atau keluar rumah. Seharusnya dididikkan kepada keluarga dan dibiasakan, agar rumah kita, tempat kerja, ladang, dll., berlimpah kebaikan dan keberkahan. Hafsh ibn Maisarah menuturkan, bahwa dia melihat pintu rumah pendeta mukmin, Wahb ibn Munabbih bertuliskan "Ma sya' Allah La quwwah illa bi Allah".

Sesuai kurikulum Tuhan terhadap umat terdahulu, yang mukmin dan berbakti pasti disayang dan yang durhaka dan menentang pasti ditendang. Akibat kecongkakannya, akhirnya harta mereka ludes dalam sekejap. Tanahnya mengering dan angin panas membakar habis semua tanaman. Dia jatuh miskin dan menderita.

Jadi, sesungguhnya tanaman itu juga makhluq yang mengerti dan menurut pada perintah Tuhan. Jika Tuhan memerintahkan berbuah lebat, maka lebatlah. Jika menghendaki kering dan gugur, maka gugurlah dan selamanya tidak akan berbuah. Air sama saja, sehingga tidak heran bila di satu titik terdapat sumber air melimpah dan di titik lain tidak ada. "aw yushbih ma'uha ghaura fa lan tastathi' lah thalaba". 

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO