BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Pemerintah Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro berhasil mengelola embung atau tempat penampungan air dengan baik dan bisa menambah jumlah pendapatan asli desa (PADes).
Embung yang ada itu tidak sekadar menjadi sumber pengairan lahan pertanian dan perkebunan, namun berkat keaktifan dan kreativitas masyarakat, dapat dikelola menjadi obyek wisata yang murah meriah atau low cost tourism.
Baca Juga: 7 Wisata Buatan Bojonegoro Terbaik dan Paling Favorit
Embung itu bernama Tirto. Lokasinya berada di areal persawahan barat Desa Bonorejo. Selain itu, lokasi embung juga sangat dekat dengan lokasi pengeboran minyak dan gas (migas) Lapangan Banyu Urip Blok Cepu di Kecamatan Gayam, Bojonegoro. Jaraknya hanya sekitar 700 meteran lokasi embung dengan proyek migas raksasa ini.
Pembuatan embung tersebut awalnya adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) dari kontraktor pengelola Lapangan Banyu Urip Blok Cepu, yakni ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) pada tahun 2016 dan selesai pengerjaan tahun 2017, dengan anggaran sekitar Rp 500 juta. Sejak jadi, embung tersebut hanya digunakan sebagai penampungan air saat musim penghujan, dan dimanfaatkan airnya saat musim kemarau untuk mengairi sawah warga.
Pada pertengahan 2020 atau sekitar bulan Mei inilah awal pemanfaatan lokasi embung sebagai area bermain anak-anak, pemuda, hingga orang tua. Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Bonorejo yang menjadi grand maker pembuatan wisata berbasis desa murah meriah ini.
Baca Juga: 9 Tempat Wisata di Bojonegoro yang Kekinian dan Populer
Dengan modal uang sekitar Rp 10 juta yang diperoleh dari dana desa (DD), bumdes membelanjakan sedemikian rupa barang, seperti batu-bata, semen, hingga bunga untuk dibuat taman. Selain taman yang indah, di lokasi embung juga terdapat lima gazebo yang bisa ditempati pengunjung serta beberapa kios yang menyediakan berbagai macam makanan, minuman, dan camilan ringan.
Menurut Joko Susilo, salah satu pengelola embung yang juga Anggota Bumdes Bonorejo, pembuatan wisata desa ini dilakukan secara swadaya masyarakat. Hanya beberapa bagian pekerjaan yang dilakukan oleh tukang, seperti pembuatan kios dan gazebo.
"Selebihnya kami kerjakan bersama pemuda dan masyarakat sekitar. Jadi kita maksimalkan anggaran yang diberikan desa, namun wujudnya menjadi nyata," ujar Joko Susilo, Minggu (6/12/20).
Baca Juga: Pastikan Penerapan Prokes Covid-19, Kapolres Bojonegoro Cek Sejumlah Lokasi Wisata
Hasil kerja keras itu ternyata langsung membuahkan hasil. Di mana lokasi embung yang sebelumnya sepi dan tidak terawat, kini menjadi indah dan ramai dikunjungi warga. Bahkan hingga akhir tahun ini pendapatan desa dari pengelolaan embung tersebut mencapai Rp 15 juta.
"Sebelumnya pendapatannya hanya sekitar Rp 3 juta saja dari hasil pengairan pertanian. Tetapi sekarang bertambah karena dapat pemasukan dari sewa kios yang kita bangun, serta tiket pemancingan," ucap Joko menjelaskan.
Ternyata, di embung ini pengunjung juga bisa melakukan pemancingan berbagai jenis ikan yang telah disediakan oleh pengelola. Sejak launching Juni, sudah tiga kali event lomba mancing diadakan di embung ini.
Baca Juga: Kunjungi Wisata Desa TPG, Wabup Bojonegoro Takjub, Infrastruktur Akan Dibangun
"Antusias masyarakat luar biasa, sehari-hari lokasi Embung Tirto ini selalu ramai dikunjungi, apalagi saat event mancing kita buka banyak sekali pemancing dari luar desa hingga luar kota datang. Sedikit banyak juga telah memberikan income kepada masyarakat sekitar dengan berjualan makanan," bebernya.
Joko menambahkan, embung yang kini menjadi obyek wisata desa ini ke depan fasilitasnya akan ditingkatkan, seperti penambahan spot foto, lantai taman akan di-paving, serta dibangun toilet pengunjung.
Diakui dia, dengan adanya embung ini telah menghadirkan berbagai manfaat, seperti masa panen padi petani bertambah dari satu kali menjadi dua kali panen dalam setahun. Hal ini tentu turut mendorong produktivitas tanaman pertanian.
Baca Juga: Sumur Tua Wonocolo, Obyek Wisata Berbasis Migas Pertama di Indonesia
Sedangkan dampak sosialnya dapat terlihat dari penguatan interaksi masyarakat, lantaran banyak warga yang datang untuk berkumpul dan berinteraksi satu sama lain. Selain itu, penduduk setempat juga memperoleh berkah dari banyaknya orang dengan berjualan aneka jajanan.
"Tidak ada tiket masuk atau biaya parkir ketika berkunjung di lokasi ini. Gratis, kecuali pesan makanan atau minuman serta mancing saja," ucapnya menambahkan.
Baca Juga: Salak Wedi, Buah Asli Bojonegoro tanpa Tersentuh Pestisida
Embung Tirto ini sebetulnya sederhana. Bangunannya hanya berbentuk segi empat dan penuh air jernih. Kemudian oleh pemdes dikelola dengan menambahkan taman, serta ikan sebagai tempat pemancingan. Namun di sisi lain, embung ini cukup menarik karena lokasinya persis di dekat lokasi eksplorasi dan eksploitasi migas Banyu Urip Blok Cepu.
Hiruk-pikuk kegiatan pengeboran minyak dan hilir-mudik kendaraan dapat dilihat dari embung ini. Gemerlap lampu Blok Cepu juga sangat indah di mata, ditambah semilir angin dan gemercik air sangat menenangkan hati. Seperti biasa, konsep seperti inilah yang disenangi anak-anak muda kekinian untuk spot fotografi di sekitar lokasi.
Desa Bonorejo ini satu dari sekian desa yang merupakan ring 1 industri hulu migas Lapangan Banyu Urip yang dioperatori ExxonMobil Cepu. Namun, masyarakat sekitar tidak bergantung pada perusahaan tersebut, yang bertani, setiap hari tetap aktif mengelola sawahnya begitu yang lainnya. (nur/zar)
Baca Juga: Kayangan Api, Wisata Mistis untuk Napak Tilas Empu Supo di Bojonegoro
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News