SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Muhamad Mardiono berjanji akan mencoba menjembatani polemik yang terjadi pada Pasar Turi Surabaya. Dengan cara ikut andil dalam mencari solusi agar persoalan Pasar Turi yang terjadi selama belasan tahun ini bisa terselesaikan. Sehingga para pedagang dan konsumen bisa bertransaksi kembali dengan nyaman dan baik.
"Pasar Turi sebagai ikonnya Jawa Timur dan Kota Surabaya ini yang telah teruji sejak puluhan tahun yang lalu telah mendatangkan sebuah devisa yang besar. Para pedagang-pedagang ini adalah pahlawan kita yang harus kita fasilitasi dengan baik, tidak boleh kita abaikan. Tentu pemerintah harus memberi perhatian khusus," jelas Mardiono saat mengunjungi para pedagang di Pasar Turi Surabaya, Sabtu (6/3/21) sore.
Baca Juga: Korban Begal Perempuan di Surabaya Tewas
Ia berharap semua pihak yang terkait dengan persoalan Pasar Turi ini dengan kebesaran hati menyelamatkan para pedagang dan konsumen terlebih dahulu agar bisa bertransaksi serta berbelanja dengan aman dan nyaman.
"Jadi kalau bapak-bapak di sini berdagang, tempatnya nyaman, kemudian bisa melayani para konsumen dengan baik, otomatis nanti yang dari mana-mana (para pembeli) yang dulu menjadi ikonnya Surabaya ini Insya Allah bisa pulih kembali," harapnya.
Mardiono juga mengaku sering menjumpai orang Makassar, Maluku, hingga Papua berbelanja di Tanah Abang, Jakarta. Padahal wilayah mereka secara geografis lebih dekat dengan Surabaya. Mestinya mereka belanja ke Pasar Turi terlebih dahulu. "Pasar Turi harus kembali lagi seperti dulu. Pasar Turi harus kembali lagi menjadi ikonnya Jawa Timur, menjadi pintu gerbang kawasan Indonesia bagian timur," tuturnya.
Baca Juga: Yakini Kebenaran Islam, Dua Pemuda Resmi Mualaf dengan Bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya
Ia mengingatkan kepada para pedagang bahwa setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya. "Allah SWT memberikan ujian kepada kita berbagai persoalan ini, Allah jua lah yang memberikan jalan keluarnya. Insya Allah akan ada jalan keluarnya. Ini sampai berlarut-larut, sampai sepuluh tahun lebih, ini mungkin ujian bagi para pedagang kita untuk ke depan bisa bangkit lebih baik lagi," ungkapnya.
Kepada rekan-rekan media, Mardiono berharap agar ikut berperan serta sekaligus mendoakan agar persoalan yang sudah seperti benang kusut tersebut cepat terselesaikan dengan sebak-baiknya. "Mohon doanya mudah-mudahan Pasar Turi ini bisa jaya kembali," pintanya.
Hadir bersama Mardiono, Habib Hasan Mulachela. Seorang tokoh ulama asal Kota Solo yang peduli terhadap persoalan-persoalan sosial ini hadir di Surabaya khusus menanggapi polemik Pasar Turi yang berkepanjangan ini. Kehadiran Habib Hasan kali ini karena membalas kunjungan puluhan pedagang Pasar Turi yang mengeluh tidak bisa berdagang selama 14 tahun, ke kediamannya di Solo pada 3 Maret 2021 lalu.
Baca Juga: 13 Orang Kecolongan HP saat Nonton Kirab Maskot KPU Jatim
Habib yang terkenal dengan julukan "Sinterklas Berpeci Putih" karena telah berbagi rezeki kepada penganut Kristiani saat Natal tahun 2020 ini berharap kehadiran Wantimpres Mardiono bisa memberikan solusi yang solutif. "Ini atensi beliau (Mardiono) yang luar biasa. Mudah-mudahan diberkahi Allah SWT, semuanya diberikan kemudahan," harapnya.
"Nangis saya mendengar perjuangan para pedagang ini belasan tahun masih belum ada hasil yang berarti. Besar harapan saya mereka bisa bekerja berdagang kembali seperti dulu. Jangan disibukkan dengan polemik yang berkepanjangan seperti ini," pungkasnya.
Sementara Muhammad Taufik Al Djufri, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Turi Surabaya ini mengatakan bahwa para pedagang tetap ingin kehadiran negara dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dialami Pasar Turi. Ia berharap Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga ikut membantu menyelesaikan persoalan Pasar Turi.
Baca Juga: Viral Tawuran Antarpelajar di Surabaya, Polisi Tidak Tahu
"Para pedagang betul-betul berharap Pak Jokowi untuk memanggil pedagang ke Istana Negara atau hadir di tengah-tengah pedagang. Kalau tanpa itu, saya benar-benar pesimis. Sebetulnya Pasar Turi ini tidak pernah ada polemik, tapi memang dibuat ada polemik yang kejam," beber Taufik. (ian/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News