KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih menegaskan bahwa kenaikan harga cabai saat ini dipastikan bukan karena adanya aksi penimbunan oleh sejumlah oknum.
Menurut Tutik, tak mudah menimbun cabai mengingat aneka jenis cabai merupakan bahan pokok segar yang sulit bertahan dalam waktu lama.
Baca Juga: Uniska Jalin Kerja Sama dengan Bank Indonesia Melalui Program Beasiswa
Senada dengan Tutik, Yayuk Anisa, Petugas Penyuluh Lapangan PPL di Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri mengatakan di wilayahnya tidak ada petani maupun masyarakat yang mempunyai sarana cold storage sebagai tempat penyimpanan yang memadai bagi bahan pokok.
Menurut Yayuk, kenaikan harga cabai rawit disebabkan dampak cuaca buruk sehingga banyak lahan petani gagal panen. "Hal ini berpengaruh pada mahalnya harga cabai di pasaran yang kini mencapai 125.000 rupiah per kilogram," kata Yayuk.
Sementara menyikapi kenaikan harga cabai ini, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana melakukan sidak aktivitas jual beli cabai di Pasar Induk Komoditi Sayur Buah dan Pangan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, Rabu (10/3/2021).
Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60
“Memang tidak bisa dipungkiri ini ada faktor cuaca ekstrem terjadi di seluruh Indonesia harga cabai ini naik,” katanya.
Merespons kondisi tersebut, bupati yang akrab disapa Mas Bup Dhito meminta dinas perdagangan terus berkomunikasi dengan dinas pertanian dan perkebunan untuk memonitor pergerakan produksi dan perkembangan harga cabai di Kabupaten Kediri.
“Pertama kita akan cek dulu, besok Jumat rencananya akan ada operasi pasar. Nah ini kita masih atur mekanismenya supaya tetap mematuhi proses (protokol kesehatan) yang ada,” ungkap Mas Bup Dhito.
Baca Juga: OTK Penantang Duel Kabag Ops Polres Kediri Kota Diamankan, Ternyata Menderita Gangguan Jiwa
Menurut dia, yang paling terancam dan terdampak kondisi sekarang ini adalah pedagang atau pelaku UMKM, pedagang sambel pecel, lalu pedagang restoran dan sebagainya.
“Nah ini dulu yang harus kita selamatkan, nanti baru kita bicara bagaimana supaya tidak gagal panen, walaupun gagal panen ini (sebenarnya) disebabkan oleh cuaca ekstrem,” urai Mas Bup Dhito.
Ia menambahkan, Kabupaten Kediri merupakan kawasan sentra produksi cabai, sehingga tidak mengalami kekurangan stok cabai. Tapi memang saat ini ada penurunan produksi kurang lebih 40-50 persen dan tren ini diprakirakan masih akan terus berlangsung sampai bulan Mei.
Baca Juga: Kejari Kabupaten Kediri, Kenalkan Program Sareng Jaga Desa
“Makanya ini harus ada langkah-langkah yang diambil oleh pemkab, salah satunya yang akan kita cek adalah dengan operasi pasar dulu, apakah itu efisien atau tidak,” sambungnya.
Mas Bup Dhito menerangkan, banyak permintaan kebutuhan cabai dari daerah lain yang masuk ke Kabupaten Kediri, di antaranya Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), Blitar Madiun, Ngawi.
Hasil pemantauan di Pasar Induk Pare Kediri per hari ini, untuk harga cabai asmoro di kisaran Rp 85-87 ribu per kg. Sementara cabai ori di kisaran angka Rp 98-100 ribu per kg. Dalam satu hari, kenaikannya ada yang 5 ribu hingga yang tertinggi 8 ribu. (uji)
Baca Juga: Desak Ketua LMDH Budi Daya Satak Mundur, Kantor Perhutani Kediri Didemo Warga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News