SURABAYA (BangsaOnline) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membuka pintu kepada para pekerja di Kota Surabaya yang ingin menyampaikan permasalahan seputar ketenagakerjaan. Penyampaian permasalahan akan lebih elok bila dilakukan dengan berdialog dan tanpa aksi anarkis.
Penegasan tersebut disampaikan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini ketika menyampaikan pidato tanpa teks pada upacara peringatan Hari Pekerja Indonesia Tahun 2015 di halaman Taman Surya, Senin (23/2). Upacara tersebut dihadiri oleh jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkot Surabaya, serta ratusan pekerja yang merupakan perwakilan dari 30 DPC Serikat Pekerja di Surabaya.
Baca Juga: Hadapi MEA, Puluhan Tukang Becak di Kediri Belajar Bahasa Inggris
“Saya minta ketua Serikat Pekerja bisa sampaikan permasalahan atau keluhan ke saya, semisal soal BPJS. Jangan melakukan hal-hal anarkis karena itu tidak menyelesaikan masalah. Tapi lakukan komunikasi yang baik. Permasalahan saudara adalah masalah kami. Forpimda akan mendukung saudara,” tegas Walikota Tri Rismaharini yang disambut tepuk tangan para pekerja.
Sesuai dengan tema peringatan Hari Pekerja Indonesia ke-52 “dengan Hari Pekerja Indonesia pekerja dan pengusaha Surabaya siap bersaing di Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, walikota perempuan pertama dalam sejarah pemerintahan kota Surabaya ini juga memotivasi para pekerja untuk tidak takut menghadapi persaingan global. Caranya adalah dengan memperkuat kebersamaan, gotong royong dan juga mempererat silaturrahmi.
“Perkuat kekompakan. Jaga silaturrahmi. Jangan mau terpecah-belah. Kita harus kompak menghadapi era baru MEA. Jangan mudah perekonomian kita dihancurkan oleh negara lain. Indonesia akan maju bila pekerjanya berkualitas. Di pundak saudara-saudara, negara ini bisa bersanding dengan negara-negara maju,” sambung walikota.
Baca Juga: Seminar "Outlook Ekonomi 2016", Beber Persiapan Daerah untuk Hadapi MEA
Walikota sarat prestasi ini mengingatkan, sekarang ini ada banyak negara yang berminat menanamkan investasi di Indonesia, termasuk di Surabaya. Bukan tidak mungkin, para pengusaha luar negeri yang berinvestasi di Indonesia, juga akan mengajak serta para pekerja dari negaranya. Bila warga Surabaya tidak siap menghadapi hal itu, dalam arti tidak memiliki kompetensi yang unggul, mereka kelak hanya akan menjadi penonton di kotanya sendiri.
Bila sudah seperti itu, artinya warga Surabaya akan kembali terjajah seperti zaman penjajahan dulu. Bedanya, penjajahan era millennium sekarang berupa penjajahan ekonomi. Padahal, pekerja sebagai bagian dari generasi sekarang, punya tugas untuk melanjutkan kemerdekaan yang telah diupayakan pejuang dulu. Caranya dengan mengusir penjajah era modern
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News