Misteri Pemimpin Tertinggi Taliban, Hibatullah ​Akhundzada, Terbunuh?

Misteri Pemimpin Tertinggi Taliban, Hibatullah ​Akhundzada, Terbunuh? Dahlan Iskan

Memang sudah dua kali Akhundzada jadi sasaran pembunuhan. Pertama tahun 2012, ketika berada di "persembunyiannya" di Quetta. Itu adalah ibu kota Provinsi Balochistan, yang termiskin di Pakistan. Yakni yang berbatasan dengan Kandahar, Afghanistan. Baik yang di sisi Pakistan maupun yang di sisi Afghanistan samasama berpenduduk suku Pastun. Persaudaraan sesama Pastunnya mengalahkan batas negara.

Boleh dikata di Quetta itulah Akhundzada bersembunyi di tempat terang. Ia diterima di Quetta sebagai pemimpin agama setempat yang dihormati. Ia diminta menjadi pemimpin lembaga pendidikan yang memiliki banyak madrasah. Bagaimana bisa ulama asing bisa diterima begitu dalam di Pakistan kalau tidak benar-benar istimewa.

Di Quetta itu, seseorang berdiri di tengah peserta pengajian Akhundzada. Mengacungkan pistol. Dari jarak dekat. Tidak terdengar bunyi dor. Pistol macet. Pemegang pistol segera diringkus oleh pengawal Akhundzada.

Yang kedua terjadi persis dua tahun lalu. Tepatnya 16 Agustus 2019. Sebuah ledakan besar meletus di masjid tepat setelah salat Jumat. Juga di Provinsi Balochistan, Pakistan. Yang hampir separo penduduknya suku Pastun.

Akhundzada selamat. Tapi saudara kandungnya, Hafiz Ahmadullah, tewas. Hafiz juga mengakar di wilayah Pakistan. la menggantikan kakaknya sebagai pimpinan madrasah di Pakistan itu. Yakni ketika sang kakak diangkat menjadi pemimpin tertinggi Taliban di tahun 2016.

Ketika bom itu meledak, Akhundzada baru berhasil memimpin penumpasan kelompok "Negara Islam Iraq" (bagian dari ISIS) di Afghanistan Timur.

Jadi, kalau Taliban 2.0 menyatakan anti ISIS tampaknya bukan sikap baru. Pemimpin mereka memimpin sendiri penumpasan basis ISIS. Dan ia sendiri nyaris jadi korban bom ISIS.

Apakah Akhundzada benar-benar masih hidup? Pers Barat sendiri masih yakin Akhundzada masih hidup. Bahkan sudah menyeberangi perbatasan Pakistan. Sudah menuju Kandahar, "ibu kota" Taliban. Di Kandahar, Akhundzada bermarkas di suatu tempat rahasia.

Reputasi Taliban dalam menyembunyikan pemimpin tertinggi mereka sudah terkenal. Misalnya saat pemimpin tertinggi Taliban pertama, Mohammed Omar, meninggal dunia. Akibat TBC menahun. Publik baru tahu dua tahun kemudian. Tempat meninggalnya di sebuah rumah sangat miskin di sebuah gunung terpencil.

Besok atau lusa adalah hari penantian yang panjang. Taliban sendiri memang tidak menyangka begitu cepat menguasai Kabul. Menurut rencana, mereka hanya akan bertahan di luar kota Kabul. Lalu mengirim juru runding. Untuk menemui pemerintah. Mereka akan menegosiasikan kekuasaan.

Ternyata Kabul ditinggalkan begitu saja oleh pemerintahnya. Taliban sampai terkaget-kaget, seperti yang terungkap di pers konferensi mereka.

Amerika sendiri juga kaget. Evakuasi belum dimulai. Semua panik. Berbondong menuju bandara. Kacau.

Akhirnya berhasil bersepakat dengan Taliban. Bagi tugas. Keamanan di dalam bandara menjadi tanggung jawab Amerika. Di luar bandara wewenang Taliban. Begitu longgarnya pengamanan. Sampai terjadi peristiwa bom bunuh diri di bandara itu tiga hari lalu: 170 orang tewas. Luar biasa. Pelakunya ISIS yang bermarkas di Afghanistan. Amerika berduka. Taliban berduka. Kita semua berduka.

Besok adalah genap 2 minggu Taliban kembali menguasai Afghanistan. Arah pemerintahan belum jelas. Semua menunggu selesainya penarikan mundur semua kekuatan asing besok malam.

Lusa adalah tanda tanya.

Kecuali tiba-tiba Akhundzada muncul untuk memberikan fatwanya. Setidaknya lewat suaranya. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO