SURABAYA (BangsaOnline) - Ajaran yang diusung organisasi Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) diprediksi sudah masuk ke sejumlah musala di Jawa Timur. Di Surabaya, beberapa warga mendapati adanya keanehan-keanehan ajaran yang diterima dari majelis-majelis yang kerap digelar oleh beberapa pendatang yang belakangan kemudian 'menguasai' musala tersebut.
Sebelumnya, 16 warga Indonesia dikabarkan ikut hilang dalam perjalanan wisata religi ke Turki. Enam diantaranya merupakan warga Surabaya. Mereka yang hingga kini belum ditemukan, diduga hendak bergabung dengan ISIS lantaran jarak Turki dengan Suriah cukup dekat. Beberapa dari mereka, bahkan pergi tanpa pamit dan baru diketahui setelah masuk dalam pemberitaan media massa.
Baca Juga: Napiter WBP Lapas Surabaya Ucapkan Janji Setia kepada NKRI
Seperti yang dialami warga di Kedung Sroko. Satu keluarga di kawasan tersebut ikut dalam romongan tur religi ke Tukri dan hilang sampai sekarang. Muncul dugaan, mereka sudah menjadi bagian dari ISIS. Saat BangsaOnline.com mencoba mengetahui kebenaran kabar tersebut, didapati informasi bahwa satu keluarga tersebut selama ini tertutup dan pergi tanpa ada warga yang mengetahui.
Kadi (55 tahun) salah satu pengurus musala di Jl Kedung Sroko menuturkan, satu keluarga tersebut merupakan warga pendatang dan dari alamat KTP disebutkan berasal dari Jalan Ploso.
''Keseharian dia tidak pernah kumpul dengan warga, setelah dari masjid langsung pulang ke rumah, dan tiap keluar rumah selalu dengan anak istrinya", ujar Kadi pengurus musala yang dibangun sejak 2005 tersebut.
Baca Juga: Komandan Al Qaida Tewas dalam Baku Tembak melawan Militer AS
Ketika ditanya soal kehidupan beragama di kawasan tersebut, Kadi menyatakan, di wilayah Kedung Sroko tidak ada yang ganjil dan hanya satu keluarga tersebut yang tertutup. Namun menurutnya, berbeda dengan di Kedung Tarukan yang justru didapati adanya keganjilan. Adalah SPY yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ledeng dan AMR yang bekerja sebagai pembuat sepatu sandal.
Sebelumnya, keduanya sempat bersama Kadi membesarkan musala di Kedung Sroko. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, sikap keduanya berubah dratis, terutama soal pemahaman agama dan tata cara beribadah yang tidak seperti pada umumnya.
"Sebenarnya saya tidak mau menuduh tapi ajaran yang disampaikan itu kadang tidak masuk akal. Seperti halnya saat mushola berdiri dengan bagunan yang bagus, AMR melarang saya untuk memberikan garis shaf dari anjuran itu saya bantah karena masjid atau musala tidak mungkin tidak ada garis shaf karena dipergunakan salat", terangnya.
Baca Juga: Iran akan Serang AS, Jenderal Iran Qassem Suleimani Dibunuh dengan Drone atas Perintah Trump
Kadi juga menceritakan, SPY melarang musala untuk digunakan sebagai tempat pengajian dan wiridan.
"Memang sempat warga sekitar memanas tentang faham yang diberikan oleh SPY," ujar Kadi.
Selain masalah ibadah, keanehan didapati warga dari beberapa orang yang diduga sudah disusupi faham lain. Hal ini mengenai hidup dalam berumah tangga. Disebutkan, warga yang menganut faham semacam SPY dan AMR melarang istri dan keluarga mereka sekalipun ibu kandungnya mencuci pakaian kotor suaminya. Hal itu, diinilai najis. Bahkan, katanya, apabila ada orang aliran lain ikut berjamaah salat bersama mereka dianggapnya sebagai musibah sehingga tempat bekas salatnya harus dibersihkan.
Baca Juga: Sore Tadi, Teroris ISIS asal Somalia Ledakkan Mobil, Lalu Tusuk Wajah Warga Melbourne sampai Mati
Mengetahui adanya kemungkinan menyebarnya ajaran ISIS dan ajaran sesat di Surabaya, pihak Intelkam Polrestabes Surabaya dibantu Intelkam Polsek sekitar melakukan pemantauan secara berkala.
Sementara itu, Polda Jawa Timur mewaspadai isu dan gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di seluruh daerah di Jatim.
"Semua (daerah) kita waspadai," kata Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf seperti dilansir detik.com, Jumat (13/3).
Baca Juga: Miris! Begini Kondisi 13 Juta Anak-anak Negara Yaman yang Kelaparan karena Perang
Mantan Wakabareskrim ini mengatakan, beberapa warga atau kelompok yang tertarik menjadi anggota atau jaringan ISIS di Surabaya atau daerah lainnya di Jatim, Anas mengaku belum ada.
"Nggak ada. Kita tetap antisipasi, supaya masyarakat kita tidak terpengaruh dengan gerakan-gerakan ISIS," terangnya.
Dia menambahkan, pihaknya akan memaksimalkan kinerja Trisula (Babinkamtibmas, Babinsa, Kepala Desa/Lurah) yang dicanangkan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Baca Juga: ISIS Mengklaim Bertanggungjawab atas Pengeboman 3 Gereja di Surabaya
"Kita terus memaksimalkan kinerja Trisula yang dicanangkan pak Gubernur. Itu supaya apapun yang terjadi di desa itu sudah sedini mungkin kita ketahui," jelasnya.
Terkait keberadaan 7 warga Surabaya yang hilang bersama 9 warga Surakata dan Bali. Serta 16 orang yang diamankan pihak yang berwewenang di Turki, Anas mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil koordinasi interpol Indonesia hingga Kementerian Luar Negeri.
"Kita masih belum pastikan, karena yang punya otoritas adalah pemerintah, dalam hal ini perwakilan kita dari Kementerian Luar Negeri yang ada di sana," ujarnya.
Baca Juga: Sadis, ISIS Eksekusi Tawanan dengan Meledakkan Kepala
"Hari ini juga sedang rapat (di Kemenlu). Tadi kami sempat komunikasi dengan teman-teman Interpol Indonesia. Hasilnya saya belum tahu," tandasnya.
Sementara mengetahui adanya keanehan ajaran di sejumlah tempat di Surabaya, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, pihaknya akan mengerahkan Intelkam untuk melakukan pemantauan.
Di sisi lain, Suroya Cholid, warga Surabaya, Jawa Timur mengaku kaget mendengar kabar dirinya termasuk dalam daftar 16 warga negara Indonesia (WNI) yang hilang di Turki dan diduga ikut kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Baca Juga: Jadi Target Teror ISIS, Banser Jatim Siap Mati Syahid
Diberitakan Liputan6.com, ibu 2 anak tersebut tahu masuk dalam daftar WNI yang hilang di Turki justru dari tetangga di rumah lamanya, di Jalan Ampel Melati I, Surabaya serta ramainya pemberitaan di media.
Saat ditelusuri, rumah Jalan Ampel Melati I Nomor 15 Surabaya telah dikontrakkan. Suroya Cholid sendiri telah pindah ke Jalan Sutorejo, Surabaya.
Yang menjadi pertanyaan, kecuali foto diri, semua data WNI yang hilang sangat mirip dengan dirinya, termasuk alamat dan nama yang tertulis yakni Suroya Cholid.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) sendiri memastikan ke-16 WNI yang hilang terduga ikut kelompok ISIS, berbeda dengan WNI yang hilang saat ikut tur ke Turki dan belum lama ini ditemukan pihak otoritas setempat.
Memanfaatkan biro perjalanan wisata ke Timur Tengah, kini diduga menjadi modus baru orang-orang yang berniat bergabung dengan kelompok-kelompok ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News