NGANJUK (BangsaOnline) - Ratusan umat Hindu di Dusun Curik Desa Bajulan Kecamatan Loceret menggelar upacara Melasti di air merambat Roro Kuning Minggu (15/3). Mereka mengusung benda pusaka untuk disucikan dan sesaji yang akan dilarung ke sungai yang bersumber dari mata air Roro Kuning. Upacara ini merupakan salah satu rangkaian upacara menyambut hari raya Nyepi bagi agama Hindu.
Upacara ini biasanya dilakukan setiap tahun sekali memasuki tahun baru Saka sebelum perayaan Nyepi. Upacara Melasti dilakukan dengan berbagai ritual diantaranya umat Hindu melakukan sembahyangan di tepi pantai, sungai atau sumber mata air. Kendati dilaksanakan pada tempat yang berbeda, namun tidak mengurangi makna upacara Melasti, yakni semata-mata untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk.
Baca Juga: Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Bupati Kediri Fasilitasi Kebutuhan Umat Hindu
Ketua Pemangku Pura Kerta Bhuana Giri Wilis, Damri (38), kepada sejumlah wartawan mengatakan, ada tiga elemen yang ada di bumi ini yang harus disucikan. Diantaranya penyucian parahiyangan atau lazim disebut tempat peribadatan bagi umat Hindu, yakni Upacara Melasti atau Melati, yang berarti suci.
“Kita mohon agar para bethara-bethari, dewa-dewi agar turun ke bumi untuk disucikan, termasuk mensucikan tempat dan peralatan persembahyangan, serta berbagai jenis pusaka yang ada dalam pura,” jelas Damri,
Setelah berdiam sejenak di pura untuk memanjatkan doa kepada Hyang Widi Wase atau Tuhan Yang Maha Esa, kata Damri, selanjutnya umat hindu Curik ini mengarak berbagai pusaka dan patung bathara ke sumber air Roro Kuning untuk disucikan. "Semuanya kita sucikan di sumber mata air Roro Kuning," terangnya.
Baca Juga: Toleransi Hari Raya Nyepi, Warga Blitar Tak Gunakan Pengeras Suara saat Salat Tarawih
Ritual kedua, lanjut Damri, berupa penyucian alam atau biasa disebut oleh umat Hindu sebagai “palemahan”. Upacara penyucian ini, menyerupai bersih desa atau ruwat bumi. Semua umat hindu bersama-sama membersihkan lingkungannya masing-masing agar suci. Terakhir, sebagai puncak kegiatan adalah Nyepi, yang jatuh pada Sabtu (21/03) mendatang. "Setelah semuanya disucikan, barulah kita nyepi," ujarnya.
Menurut pria yang dikenal umatnya sebagai Mangku Wilis ini, ada empat perlakuan penyepian atau disebut “catur brata” dalam upacara nyepi. Yakni, amati geni, amati lelungan, amati karya, dan amati lelangenan. Yang artinya, umat Hindu tidak menyalakan api dalam bentuk apapun, tidak bepergian atau berdiam diri di rumah, tidak bekerja atau berkarya dan yang terakhir tidak melakukan kesenangan.
"Amati geni dapat diaktualisasikan dengan tidak menyalakan api dapur alias tidak memasak, pada saat nyepi tidak boleh bepergian, tidak boleh bekerja dan harus menahan diri dan tidak boleh bersenang-senang," ungkap Damri.
Baca Juga: Meriahnya Pawai Ogoh-Ogoh Jelang Nyepi di Blitar
Sementara, Kepala Desa Bajulan, Madin saat dikonfirmasi di area wisata Roro Kuning saat upacara milasti digelar mengatakan jika umat Hindu di desanya berkembang cukup baik.
"Umat Hindu yang tinggal di dusun Curik ini berjumlah sekitar 500 orang, hingga kini berkembang dengan baik serta kerukunan antar umat beragama terjaga dengan baik pula," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News