KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Joni Slamet Hariyadi (51), warga Desa Titik, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri berprofesi sebagai fotografer. Sebelum pandemi, ia bisa mendapat job memfoto lebih dari satu kali, terutama pada hajatan temanten.
Sejak pandemi, ia harus memutar otak karena jop sebagai fotografer sepi. Setelah berpikir keras, akhirnya Joni menemukan usaha baru. Yaitu berjualan nasi pecel tumpang khas Kediri dan lontong tahu khas Tuban. Maklum, ia memang asli Tuban.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
Yang istimewa, nasi pecel tumpang dan lontong tahunya tidak diwadahi piring seperti pada umumnya. Tapi diwadahi pincuk dari godong (daun) jati. Sehingga aroma daun jati membuat makanan makin sedap dan menggugah selera. Warungnya pun diberi nama Warung Omah Godong yang berdiri di samping rumahnya di Desa Titik.
Pria kelahiran Tuban tahun 1970 tersebut memulai jualan nasi pecel tumpang dengan pincuk godong jati baru beberapa minggu ini, yaitu pertengahan bulan September 2021 ini. Namun begitu, pelanggannya sudah banyak. Khususnya dari komunitas gowes dan fotografer, di mana ia termasuk menjadi anggotanya.
Dibantu istri dan anaknya, pria yang datang ke Kediri sejak tahun 1997 itu, membuka warung yang terbuat dari bambu setiap hari mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Untuk hari Jumat libur.
Baca Juga: Buka Rakerda Kejati Jatim 2024 di Kediri, Kajati: Pentingnya Penegakan Hukum Humanis dan Profesional
Harganya murah meriah. Nasi pecel tumpang dan nasi lontong tahu khas Tuban, hanya dipatok harga Rp.6000 per porsi. Untuk minuman seperti wedang uwuh juga murah hanya Rp.4.000 per gelasnya.
Yang unik lagi, Warung Omah Godong ini juga menyiapkan caping gunung (topi dari anyaman bambu) untuk dipakai pelanggan yang mau menikmati nasi pecel godong jatinya.
Menurutnya, dua varian menu tersebut dijamin menggunakan bahan rempah alami tanpa penyedap rasa alias micin. "Menu nasi pecel menggunakan kacang dari Tuban dan cara menggoreng tidak memakai minyak, tapi disangrai di wadah yang terbuat dari tanah," kata Joni Lim, sapaan akrabnya, Rabu (29/9).
Baca Juga: Gandeng Peradi, Fakultas Hukum Uniska Adakan Ujian Profesi Advokat
Tahu bumbunya, juga dimasak tidak pakai micin. Semua rempah alami bumbunya petis udang Kediri. “Saya cari yang teksturnya mirip petis udang Tuban. Kalau kacang tanahnya asli Tuban, karena bisa dibeli dari sini, kita pilih kacang Tuban memang rasanya beda,” tuturnya.
Kedua menu tersebut disajikan dengan pincuk godong jati. Bapak dua anak ini mengemukakan alasannya menggunakan godong jati sebagai pembungkus masakan karena dilatarbelakangi tiga hal.
"Kita semua tahu kalau godong jati kan alami ya. Kemudian kita ingin juga menjaga lingkungan agar tidak tercemar. Kalau pakai godong jati kan, jika dibuang bisa hancur sendiri, lain halnya kalau pakai kertas plastik. Terus serat yang ada di daun jati diyakini ada kandungan zat yang bisa membuat masakan semakin lezat. Apalagi kalau kena nasi panas, aroma masakannya terasa," terang Joni Lim.
Baca Juga: Uniska dan ID Consulting Jepang Teken MoU Strategis untuk Penyerapan Tenaga Kerja
Aji Mahendra, salah satu pelanggan Warung Omah Godong, mengakui bahwa nasi pecel godong jati itu memang punya kelebihan tersendiri. Aroma daun jati yang alami menambah nikmat nasi pecel.
"Saya pernah merasakan nikmatnya pecel daun jati ini waktu tugas di Nganjuk, tapi ternyata di Kediri juga sudah ada yang menjual nasi pecel godong jati ini. Jadinya tidak perlu jauh-jauh lagi untuk merasakan sensasi nikmatnya pecel Godong Jati ini," ujarnya. (uji)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News