KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Republik Indonesia Tito Karnavian mengatakan, dalam konteks merawat toleransi Indonesia, kota memegang peranan yang sangat penting. Meskipun jumlah penduduk di kota lebih sedikit, namun kota menjadi pusat syaraf dari semua kegiatan.
Hal itu diungkapkan Tito Karnavian pada Dialog Nasional Pemerintah Kota Sebagai Pilar Penting Toleransi, Kamis (30/9) secara virtual.
Baca Juga: Kota Kediri Jadi Tuan Rumah Gebyar Hateri Ke-39, Pj Zanariah Buka Rakor Persiapan
Tito mengungkapkan bahwa kota merupakan etalase dari suatu daerah. Merawat toleransi di perkotaan akan memberikan dampak yang sangat luas untuk wilayah luar perkotaan. Upaya-upaya perlu dibangun untuk merawat toleransi di perkotaan.
Seperti mengadakan dialog yang baik dengan forkopimda, serta bentuk tim terpadu untuk melakukan pencegahan dan penanganan konflik sosial.
“Berbagai upaya seperti dialog intens dan membangun hubungan personal harus terus dijaga. Model-model seperti ini dapat menyelesaikan konflik tanpa kekerasan,” ujarnya.
Baca Juga: Soal Indonesia Emas 2045, Vinanda-Qowim Siapkan Program Smart Living dan Lingkungan Berkelanjutan
Tito juga menegaskan bahwa toleransi tidak datang secara tiba-tiba namun harus dirawat dan dijaga dengan berbagai langkah nyata.
"Jangan biarkan benih-benih toleransi tumbuh. Apabila dibiarkan dan menjadi sebuah letupan maka biaya akan jauh lebih mahal daripada melakukan upaya-upaya pencegahan yang konsisten," tegasnya.
“Saya menghargai dan berterima kasih kepada Apeksi, The Asia Foundation, dan Katadata atas upaya yang dilakukan seperti kegiatan dialog ini. Serta bagaimana mengajak pemerintah kota untuk menjadi pilar penting toleransi. Kota adalah pilar penting eksistensi bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Baca Juga: ODGJ pun di Kota Kediri Kini Haru Miliki KTP-El, Begini Kisah dan Caranya Petugas Perekaman
Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyampaikan bahwa Kota Kediri memang memiliki toleransi yang kuat.
Hal itu terbukti Kota Kediri peringkat 8 kota dengan skor toleransi tertinggi di Indonesia tahun 2020 berdasarkan survei Setara Institute, bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Salah satu modal dasarnya adalah keberadaan Paguyuban Antar Umat Beragama dan Penghayat Kepercayaan (PAUB-PK).
Paguyuban itu terbentuk tahun 1998. Merupakan cikal bakal Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang digagas Kementrian Dalam Negeri tahun 2004. Resep lain adalah komunikasi dan ruang dialog untuk menjaga toleransi di Kota Kediri.
Baca Juga: Pj Wali Kota Zanariah Harap PGRI Kota Kediri Semakin Solid Majukan Mutu Pendidikan
Ada ruang dialog setiap Jumat Kliwon, di mana seluruh unsur agama, pemerintah, akademisi, dan mahasiswa duduk bersama untuk diskusi dan bertukar informasi.
“Alhamdulillah, selama ini kita sangat kondusif dan kondusifitas ini diciptakan, dirawat, dan dipupuk. Apabila ada permasalahan kita langsung bicarakan dalam forum tersebut. Jadi semua bisa terselesaikan. Kita menjunjung tinggi tenggang rasa,” ujarnya.
Wali Kota Kediri menambahkan, Pemkot Kediri menganggarkan insentif untuk guru TPQ dan sekolah minggu. Selain itu selalu mengadakan kegiatan doa bersama seluruh umat beragama yang ada di Kota Kediri.
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Beri Arahan ke Peserta Uji Kompetensi
Seperti saat 17 Agustus dan Hari Jadi Kota Kediri selalu dilakukan doa bersama antarumat beragama. Mereka mendoakan Kota Kediri dan bangsa Indonesia secara bersama-sama dengan caranya masing-masing.
“Kami melakukan ini supaya sejarah mencatat dan anak-anak kita bisa menirukan. Serta nguri-nguri guyub rukunnya. Harapan kami itu mereka bisa lihat dan paham bahwa keberagaman adalah ciptaan Tuhan. Di situlah turunnya sebuah keberkahan,” tutup wali kota. (uji/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News