GoFood, Napas Baru Wartik Saat Pandemi

GoFood, Napas Baru Wartik Saat Pandemi Wartik, pemilik "Warung Nasi Campur Babe" saat menyerahkan pesanan kepada driver Gojek untuk diantar kepada pelanggan.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali. Kalimat itu cocok bagi UMKM, seperti warung maupun PKL, yang ingin merambah pasar online untuk mengembangkan usahanya. Maka, beruntunglah mereka yang mengambil inisiatif lebih dulu untuk beralih ke market online. Apalagi sejak pandemi Covid-19 melanda bangsa ini, pada Maret 2020.

Pandemi telah mengubah segala sendi-sendi kehidupan menjadi serba nirkontak. Termasuk dalam hal transaksi. Apa pun. Salah satunya adalah membeli makanan dan minuman. Resto-resto di mal, hampir semuanya telah melayani pembelian online. Begitu pun warung, sangat banyak yang kini berjualan melalui online.

Baca Juga: Buruan Cek, ini Lowongan Kerja Surabaya Update 2024

Mau tidak mau, mereka harus mulai belajar mengikuti perkembangan teknologi, berjualan melalui handphone. Salah satunya melalui yang ada di platform aplikasi . layanan pesan antar yang menyediakan beragam kuliner itu memang memberikan ruang bagi siapa pun untuk bisa berjualan makanan dan minuman secara daring.

Warung-warung yang selama ini hanya melayani pembelian secara langsung, semakin banyak yang ikut membuka ‘lapak’ di . Lihat saja menu yang ada di aplikasi , mulai dari restoran bintang 5, hingga sekadar warung kopi, ada di sana.

Mereka sangat terbantu dengan menjadi mitra . Khususnya pelaku UMKM seperti warung. Salah satunya Wartik, pemilik warung yang berjualan aneka masakan rumahan. Janda dengan dua anak ini bersyukur jualannya jalan lagi semenjak bergabung menjadi mitra . Sebab, selama pandemi warungnya sangat sepi.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menonton TikTok Tanpa Mengunduh Aplikasi?

Sebelum pandemi, biasanya ada saja mahasiswa atau mahasiswi yang makan di warungnya. Maklum, Warung Nasi Campur Babe milik Wartik ini berjarak hanya 75 meter dari salah satu universitas negeri terkemuka. Namun sejak kampus menerapkan pembelajaran daring, mahasiswa/mahasiswi yang selama ini tinggal di kos-kosan sekitar warung miliknya, banyak yang pulang ke kota masing-masing.

“Bisa mengantongi uang Rp50 ribu saja sudah alhamdulillah, karena mahasiswa banyak yang pulang,” ujar Wartik, Senin (25/10). Ia bahkan mengaku sering merugi, karena masakannya tak laku.

Namun sejak bergabung , perlahan omzetnya kembali meningkat. Ada saja orderan yang masuk melalui aplikasi , meskipun hanya sekadar es teh, atau es kemasan yang dibungkus plastik.

Baca Juga: How to Stay Safe While Using Mobile Betting Apps

“Senang sekali saat Hp saya bunyi, ada orang pesan (melalui aplikasi ),” ucapnya.

Perempuan asli Bojonegoro ini sebenarnya sudah lama ingin bergabung menjadi mitra , sejak sebelum pandemi. Hanya saja, dia tidak tahu caranya. Wartik mengaku sudah meminta putranya untuk mendaftarkan warungnya ke . Namun, sang anak ternyata juga tidak tahu caranya.

Bahkan ia pernah meminta putranya untuk mendatangi kantor , untuk mencari informasi tentang cara bergabung menjadi mitra . “Tapi anak saya waktu itu tidak mau, karena khawatir saya tidak bisa mengoperasikan aplikasinya. Saya memang gaptek,” ujarnya polos.

Baca Juga: Seperti Apa Mengintegrasikan Human Capital dan Online Payroll Outsourcing?

Nah, saat pandemi Covid-19 melanda sejak tahun lalu, Wartik benar-benar merasakan dampaknya. Warungnya semakin sepi. Apalagi saat itu pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Warungnya hanya bisa buka sampai sore hari. Biasanya, Wartik memang membuka warungnya hingga pukul 21.00 malam. Namun, khusus malam hari, ia hanya menjual minuman seperti kopi, teh, dan es kemasan.

“Waktu awal-awal PSBB itu saya hanya bisa buka sampai sore, karena kan dibatasi. Pernah waktu itu saya buka sampai malam hari, tapi terus diobrak Satpol PP,” ceritanya.

Melihat kondisi warungnya yang semakin sepi itulah, keinginan Wartik untuk bisa berjualan melalui semakin menggebu-gebu. Dia mengakui di masa pandemi seperti ini tidak bisa hanya mengandalkan jualan secara luring. Apalagi saat pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4, seluruh tempat makan mulai restoran hingga warung dilarang menyediakan makan di tempat.

Baca Juga: Apa Itu WhatsApp Bot? Berikut Penjelasan dan Perbedaannya

Ia pun akhirnya memaksa sang anak untuk mendaftarkan warungnya menjadi mitra . “Saya paksa anak saya agar mendaftarkan warung ke , bagaiamana pun caranya, karena kondisi ekonomi yang semakin terdesak,” tuturnya.

Setelah mencari informasi ke sana ke mari, Warung Nasi Campur Babe milik Wartik akhirnya bisa bergabung sebagai mitra . Sejak tiga bulan yang lalu. “Anak saya minta bantuan temannya agar bisa daftar (),” kata Wartik.

Dari kisah Wartik itu, kiranya penting bagi aplikasi layanan pesan antar makanan seperti , atau lainnya, untuk mempermudah akses informasi, khususnya kepada warung dan PKL, terkait cara mendaftar sebagai mitra . Mungkin di benak kita terlintas, “tinggal cari di Google caranya mendaftar”. Tapi nyatanya, perempuan seperti Wartik tetap kesulitan mendaftar.

Baca Juga: Bangun Kesadaran Publik Terhadap Pencegahan Korupsi, KPK Launching Literasi Gratifikasi dan Jaga.id

Harus diakui, masih banyak masyarakat kita yang gagap teknologi (gaptek) alias asing dengan gawai berteknologi tinggi. Wartik pun yang sudah tiga bulan belakangan menggunakan aplikasi untuk menerima orderan, terkadang masih bingung mengoperasikannya.

“Kadang ada driver yang minta ditunjukkan rincian orderan, saya masih bingung, akhirnya minta tolong anak saya,” ungkap Wartik.

Untuk memperluas informasi terkait pendaftaran mitra itu, bisa menyebar selebaran brosur untuk menyosialisasikan terkait cara bergabung menjadi mitra . Caranya, memanfaatkan mitra driver atau Gocar. Beri saja tiap-tiap driver dan Gocar lima brosur, untuk dibagikan kepada warung atau PKL yang belum menjadi mitra . Jika jumlah mitra driver ada 2 juta orang, maka sudah 10 juta brosur yang tersebar. Maka, akan lebih banyak lagi warung yang terbantu dengan menjadi mitra .

Baca Juga: Cara Membuat Cerita Inspiratif Disertai Contohnya

Apalagi, di aplikasi sudah ada fitur ‘Pesan dari UMKM’, yang memungkinkan pengguna untuk memilih makanan dan minuman dari pelaku UMKM.

Menurut Chief Food Officer Group, Catherine Hindra Sutjahyo, fitur ‘Pesan dari UMKM’ itu memang untuk mendukung kelangsungan bisnis kuliner lokal, agar mampu bertahan di masa pandemi. Melalui fitur tersebut, mengajak masyarakat bersama-sama memesan makanan dan minuman melalui mitra-mitra UMKM yang tersedia.

Bahkan, pengguna dapat mengeksplorasi warung UMKM berdasarkan lokasi terdekat atau favorit pelanggan. Menurut Catherine, fitur ini merupakan bentuk komitmen untuk terus berinovasi.

Baca Juga: Wujudkan Ekosistem Trasportasi Digital Sehat dan Dinamis, Gubernur Khofifah Terbitkan 2 Kepgub

“Tidak hanya untuk meningkatkan pengalaman pelanggan bersantap kuliner, namun juga untuk terus berperan mendukung UMKM,” kata Catherine.

Memang, tidak ada yang menyangka telaknya pukulan dampak pandemi, khususnya bagi UMKM. Namun sisi positifnya, pandemi membawa berbagai inovasi digital. Apa yang dialami Wartik merupakan salah satu contoh nyata kebangkitan UMKM di masa pandemi melalui digitalisasi.

Mungkin Wartik belum sesukses pelaku UMKM lainnya, yang telah lebih dulu berjualan makanan melalui atau layanan pesan antar lainnya. Namun setidaknya, bergabung menjadi mitra sudah memberinya napas baru.

Atau mungkin inilah awal dari kesuksesan Wartik?

Yang jelas, upaya digitalisasi yang telah dilakukan melalui patut diapresiasi, termasuk oleh pemerintah. Sebab, telah memberikan harapan baru bagi UMKM.

Pemerintah pun bisa memperkuat langkah digitalisasi yang dilakukan ini melalui kolaborasi. Misalnya, menyinergikan program Bantuan Tunai untuk Pedagang Kaki Lima dan Warung (BTPKLW) yang saat ini sedang digencarkan pemerintah, untuk mendukung digitalisasi UMKM.

Bantuan berupa uang Rp1,2 juta untuk warung dan PKL pada program BTPKLW itu, bisa dialihkan menjadi bantuan smartphone. Selanjutnya, para PKL dan pemilik warung penerima bantuan itu, difasilitasi untuk mendaftarkan usahanya di .

Bagaimana dengan PKL dan pemilik warung yang sudah mempunyai smartphone?

Bantuan Rp1,2 juta itu bisa dirupakan subsidi berbentuk diskon untuk makanan dan minuman yang mereka jual melalui . Sehingga, pengguna dapat membeli makanan dan minuman dari UMKM dengan harga yang lebih murah, namun penjual (mitra ) tetap mendapatkan pemasukan sesuai harga dasar yang ditetapkan (sebelum didiskon).

Bantuan berbentuk program digitalisasi ini tentu akan lebih efektif untuk memberdayakan UMKM, daripada bantuan berupa uang tunai yang rentan menyebabkan para penerima menjadi ketergantungan.

Semoga ke depan semakin banyak ‘Wartik-Wartik’ lain yang membagikan cerita bahagianya, karena telah mampu melewati masa sulit selama pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO