SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Para pemegang PT OVO Finance
Indonesia membubarkan diri. Tanggal 2 Agustus 2021. Tapi kenapa OVO masih bisa
dipakai?
Simak tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, di Disway, HARIAN BANGSA, dan BANGSAONLINE.com hari ini, Senin 15 November 2021. Selamat membaca:
Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat
”ANDA masih bisa pakai OVO?” tanya saya.
”Lho, kan sudah dicabut izinnya?" jawabnyi.
”Tolong Anda coba saja. Apa benar izinnya dicabut....”
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Saya tahu dia punya dompet elektronik OVO. Yang kalau beli sesuatu cukup klik di HP-nyi. Sudah seminggu dia tidak pakai OVO-nyi. Sejak dia membaca berita ”izin OVO dicabut OJK”.
”Lho, ternyata kok masih bisa dipakai ya....” jawabnyi sesaat kemudian.
Saya juga sempat bingung-ringan. Terutama sejak membaca pengumuman dari OVO –sehari setelah berita pencabutan itu: bahwa OVO beroperasi normal seperti biasa.
Baca Juga: Mencari Peluang di Pasar Forex: Keunikan Trading di Indonesia
Saya lantas dikirimi dokumen elektronik banyak sekali. Harus saya baca semua. Membaca 500 lebih komentar di Disway tidak semelelahkan itu –bisa sering tersenyum.
Membaca dokumen itu? Rasanya seperti diseruduk celeng dhegleng. Itulah dokumen berupa akta notaris berikut perubahan-perubahannya.
Rupanya, di sebuah gedung milik grup LIPPO ada OVO yang bukan OVO. Lebih tepatnya: ada bukan OVO yang OVO.
Baca Juga: Fungsi Kalkulator Forex Lanjutan: Melampaui Perhitungan Dasar
Karena itu, sebenarnya saya perlu bantuan pembaca Disway. Untuk mencermati semua dokumen terkait dengan OVO itu.
Satu jenis dokumen tentang PT Visionet International. Pemilik dari OVO. Berdiri tahun: saya tidak punya dokumennya. Yang ada adalah dokumen akta perubahan pertamanya: tahun 2004. Maka, setidaknya di tahun itu PT Visionet sudah eksis.
Satu jenis dokumen lagi tentang PT OVO Finance Indonesia. Berdiri tahun 2018. Sepanjang dokumen yang sudah saya baca: tidak ada hubungan hukum antara OVO pertama dan OVO kedua. Hanya notarisnya yang sama. Notaris pendirian ”OVO kedua” sama dengan notaris perubahan terakhir akta ”OVO pertama”: Sriwi Bawana Nawaksari, Tangerang.
Baca Juga: Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
Sriwi sudah menjadi notaris ”OVO pertama” sejak perubahan akta di tahun 2012. Sejak itu, sampai perubahan akta kali ke-35, Sriwi-lah notarisnya.
Berarti, ketika ”OVO kedua” didirikan, Sriwi sudah lama menjadi notaris di ”OVO pertama”. Itu tidak salah dan tidak ada masalah. Secara hukum.
Salah satu perubahan penting di akta ”OVO pertama” (PT Visionet) terjadi tahun 2018. Yakni, di tahun ”OVO kedua” didirikan.
Baca Juga: Tiongkok Banjir Mobil Listrik
Perubahan itu agak drastis. Sampai 21 pasal yang diubah. Termasuk perubahan modal. Lembar saham di perusahaan itu dipecah menjadi 670 miliar lembar saham. Rekor jumlah lembar saham?
Harga per lembar saham fantastis: hanya Rp 6 (enam rupiah). Anda bisa terlihat gagah dengan menjadi pemegang saham OVO. Apalah artinya Rp 6. Anda pasti bisa beli.
Uang angka ternyata lebih fleksibel daripada uang lembaran atau koin.
Baca Juga: Hati Rakyat Sulit Dibeli, Partai Penguasa Gagal Menang
Dengan perubahan itu, modal dasarnya menjadi Rp 3,9 triliun. Sedangkan modal setornya Rp 660 miliar. Tepatnya –kalau Anda masih mau membacanya: Rp 659.677.909.077. Sekali lagi, uang angka bisa lebih terperinci daripada uang lembaran.
Siapa pemilik sahamnya?
Ada satu nama besar yang sahamnya amat kecil: Mas Agus Ismail Ning. Keturunan konglomerat masa silam, Hasyim Ning. Ia memiliki saham 1.000 lembar. Nilai saham itu: Rp 6.000 (enam ribu rupiah). Seharga terong 1 kg. Tolong dihitungkan berapa persen itu: Rp 6.000 dari nilai saham keseluruhannya, Rp 4,2 triliun.
Baca Juga: Anak Muda Israel Full Stress
Saham selebihnya milik PT Bumi Cakrawala Perkasa. Anda perlu mencari dan membongkar banyak dokumen lagi untuk tahu secara terperinci siapa di baliknya.
Tafsir saya: ”OVO pertama” itu awal-awalnya dulu adalah perusahaan milik keturunan Hasyim Ning. Bidang usaha awalnya tentu bukan uang elektronik –karena belum ada bisnis itu sebelum tahun 2004.
Lama-lama saham keturunan Hasyim Ning menurun. Bisa karena dijual sebagian dan sebagian seterusnya. Bisa karena tidak bisa ikut setor modal tambahan. Bisa juga karena lika-liku yang lebih rumit di dunia persilatan saham.
Itulah profil dasar PT Visionet International. Yang memiliki produk e-wallet bernama OVO. Yang Anda menjadi pemakai jasanya.
Yang dicabut izinnya oleh OJK itu bukan OVO yang itu. Tapi, perusahaan keuangan yang bernama PT OVO Finance Indonesia. Yang kantornya juga di gedung LIPPO.
Pemegang sahamnya: PT Cipta Dana Capital. Anda harus bongkar dokumen PT itu untuk tahu siapa di baliknya. Tapi, ia hanya memegang saham 40 persen.
Yang 60 persen dipegang perusahaan Jepang: Tokyo Century Corporation.
Setoran modalnya: PT Cipta Dana Rp 40 miliar, PT Tokyo Rp 60 miliar. Jumlah lembar sahamnya 400.000 lembar, dengan harga per lembar Rp 1 juta.
Pemegang saham PT OVO itu kompak: membubarkan perusahaan. Mungkin mereka tidak kompak di perjalanan. Atau terus mengalami kerugian. Atau merasa bingung kok ada dua OVO. Atau disebabkan yang lain lagi.
Yang jelas, PT OVO Finance Indonesia itu dibubarkan sendiri oleh pemegang sahamnya: tanggal 2 Agustus 2021.
PT OVO sudah jadi mayat sejak saat itu. OJK-lah yang kemudian membunuh mayat tersebut.
Bisnis keuangan tentu memerlukan banyak uang. Apalagi kalau Anda memakai uang dari situ dan pura-pura lupa membayarnya.
Grup LIPPO pernah menjual sebagian saham di OVO satunya. Itu karena perusahaan sekuat LIPPO merasa uangnya tidak cukup lagi untuk mendukungnya. Bisnis uang memang harus mencari makin banyak uang –bukan mendapatkan makin banyak uang. Tentu, suatu saat nanti dapat banyak uang. Itu kelak. ”Kelak” biasanya tidak selalu seenak ”kolak”. (Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Artikel Berjudul Piket Nol
Pryadi Satriana
Aorta: pecah. Jumlah "ring": 570. Sikat semua: sate, gulai, kikil. Komentar saya: "nggragas." Maaf kalau ada yang kurang/tidak berkenan krn 'ceplas-ceplos' saya. Salam.
Mbah Mars
Kalo denger nama Lumajang saya selalu ingat pantun: LUMAJANG SITUBONDO MASIH BUJANG KOK DAPAT RONDO wkwkwkwk...
A. Faqih
Durian, lezat tp berduri. bila berlebihan, bs pusing dan mabok kepayang. Sama halnya dg kekuasaan. Waspadalah... waspadalah..
Cindha Kedel
Haah..., makan durian kok maboknya kepayang? Makan durian ya pastinya mabok durian, hukan mabok kepayang. Sampai sekarang saya kok belum rahu, apa benar kepayang atau kluwak itu apa bisa dimakan langsung. Yang jelas kapayang adalah salah satu bumbu dapur utk Rawon di Jatim, atau Brongkos di Jogja. Salam
selawe Disway
Pruning ini masih perlu disosialisasikan besar2an. Tidak hanya Durian, tanaman lain juga perlu pruning biar hasilnya maksimal. Kalau perlu pejabat pemerintah yg tidak efektif juga di pruning.
Disway Reader
Baru kali denger orang menolak tawaran makan di pendopo/istana. Hehe
Komentator Spesialis
Durian dan belut adalah makanan favorit. Apalagi belut dipenyet sambal, wuahh.... Mas Kined yang lama di jepang pasti juga sering makan unagi yaki alias belut bakar. Ini wuah... sulit untuk diceritakan. Texture belut dan rasanya. Bicara tentang belut, kabarnya seperti ikan Salmon. Lahir di sungai, mengembara ke laut dan kembali ke sungai untuk beranak pinak. Di sungai apesnya ditangkap manusia untuk di santap. Tentu belut tidak suka durian.
Mbah Mars
Okelah. kali ini saya minoritas. termasuk orang aneh. Tdk doyan durian. Duluuu...oleh Pemda Lampung, 100 mahasiswa kampus saya diminta KKN. Turun dr kapal di Bakahuni kami langsung disuguhi aneka makanan ndesa. Semua nyerbu ke durian. Hanya saya yg ke jagung godhok. Pola seperti itu terus berlanjut hingga kini. Saya tetep ikut rame2 pesta durian dg syarat disediakan makanan lain. Belum lama saat tour Jip di lereng Merapi semua pada merem melek nglamuti durian. Saya sendirian nyisili manggis.
Pryadi Satriana
Sate kambing, gulai, kepiting dan durian. Bbrp teman saya meninggal karena itu. Beneran. Tidak disarankan bagi yg mulai berumur, apalagi ada riwayat darah ringgit. Hasil general check up yg OK tidak menjamin pembuluh darah Anda jg OK. Hanya bisa tahu dari CT-scan. Ini dari pengalaman pribadi. Pelipis kanan daerah dekat mata bbrp kali terasa panas. Mata jg pernah nyeri, spt ditusuk duri, sampai merasa ngeri: takut buta! Saya konsul ke dokter jantung, "Sensasi itu dari otak, lalu dirujuk ke spesialis syaraf. CT-scan: ada dua penyumbatan di pembuluh darah otak! Untung ketahuan sejak dini shg saya bisa mengatur pola makan saya. Yang merasa sehat pun belum tentu pembuluh darah juga sehat. Saya mengalami ITU. Anda boleh merasa sehat. ITU baik. Berpikir positif. Tapi juga harus 'eling' bahwa Anda belum tentu benar2 sehat dan 'waspada' thd makanan2 tertentu yg tidak disarankan oleh yg mulai berumur, rentang umurnya kira2 aja sendiri. Salam.
arif priyono
Perlu diberlakukan pruning utk ASN di negeri ini...
Woodworker
Saya rasa ada framing dalam disway ini: durian, pentil, dicucup, merem melek, sebesar bola tenis dan bola takraw wowww, anak muda tidak bisa main halus, tua lebih perkasa
Anak Alay
wkwkwkwk . .. . apapun topiknya , komèn si Achmad larinya ke pulitik . .. . Buzzer kemana ini , jam segini blom nongol , ntar dimarahin kakak pembina v, apah blom gajian yak . .. . wkwkwkwkwk
Komentator Spesialis
Lumajang-Leces jalur tengkorak, wkwkwk... Tengkorak yang saya maksud bukan berbahaya. Tetapi super macet karena truk truk besar, dari beruwujud kontainer, truk nggendong kayu, truk pasir sampai truk abal abal bawa buah buahan. Jalannya sempit, larinya kaya keong. Walhasil, Lumajang Leces bisa 2 jam saja sudah untung.
Komentator Spesialis
Adakah yang bisa menjelaskan beda penthil dan penthol? Penthil itu imejinya kecil. Kalau penthol agak gedean dikit. Nah kalau paling kecil disebut penthul. Misal, jarum penthul.
Linggar
Pak DIs,.saya usul. Pembaca Disway adalah orang2 yg bersterotype positif dan sangat mengharap kemajuan Indonesia. Kalaupun toh ada sindir2an atau 'perang2an opini' masih dlm level konstruktif. Bgm kalau diadakan gathering secara phisik dan anonim. Dibuat game sedemikian rupa sehingga masing2 orang bisa tahu oo itu Mas Lbs, Pak Pry, Pak Mirza, bli Leong, si Alay, Mbah Mars, mas KS, dll. Pasti seru deh. Tinggal panggil EO dan sponsor...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News