GRESIK, BANGSAONLINE.com - Puluhan petani di Desa Kedunganyar, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, mendeklarasikan dukungannya kepada Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, atau akrab dipanggil Cak Imin untuk maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu 2024.
Para petani itu membentangkan spanduk bergambar Cak Imin di area persawahan. Mereka yakin jika Muhaimin terpilih menjadi presiden, kaum petani akan sejahtera. Dengan nada semangat dan gigih, mereka yang berjumlah sekitar 60 orang itu mengikuti deklarasi.
Baca Juga: Menteri Rame-Rame Minta Tambah Anggaran, Cak Imin Rp 100 T, Maruar Rp 48,4 T, Menteri Lain Berapa T
"Jadi ini spontanitas. Para petani tanpa ada pemberitahuan semuanya datang yang sebelumnya sedang bertani di sawah. Ada yang masih menabur pupuk di tanaman, melakukan irigasi, semprot tumbuhan, semuanya datang ke sini untuk gabung deklarasi,” kata salah satu petani, Samad, Sabtu (29/1).
Ketika memimpin deklarasi dukungan, pria berusia 57 tahun itu diikuti oleh puluhan petani. Menurut Samad, Muhaimin merupakan pribadi yang religius berangkat dari dunia santri serta peduli kepada masyarakat.
“Khususnya kepada petani seperti kami, sangat mempunyai harapan penuh, kami juga sudah sejak lama kenal bahkan tidak asing sosok Cak Imin,” tutur pria yang sudah menggeluti pertanian selama 40 tahun itu.
Baca Juga: Kebonagung, Desa Penghasil Jeruk Nipis dari Kota Pudak
“Kami mempunyai harapan lebih kepada Cak Imin, khusunya untuk sektor pertanian yang kian carut marut belum bisa membawa taraf kesejahteraan bagi kehidupan petani,” ujarnya menambahkan.
Ia menilai, Muhaimin adalah sosok nasional dan sangat pantas untuk menjadi presiden dalam Pemilu 2024. Petani di Desa Kedunganyar mengidolakannya, terlebih Nahdliyin di wilayah tersebut.
“Kalau beliau mencalonkan diri presiden kita dukung, kami optimis 80 persen menang untuk Gus Ami,” ucap Samad.
Baca Juga: Wujudkan Ketahanan Pangan, Kades Boboh Gresik Bagi Benih Padi ke Ratusan Petani
Jika Muhaimin jadi presiden, Samad bersama petani lainnya di Desa Kedunganyar berharap peningkatan taraf kehidupan, seperti pendistribusian pupuk, irigasi, dan mengendalikan pasar pascapanen.
“Karena selama ini kami hanya terkesan diculno ae (dibiarkan saja) mulai dari pendistribusian pupuk tidak merata, royokan (rebutan), dan pascapanen tidak ada yang mengatur harga hasil panen petani. Sehingga para tengkulak pun main sendiri. Para petani di sini belum bisa banyak untungnya, kalau istilah Jawa Pekpok (tidak rugi, tidak untung) hanya modal kembali, itu pun jarang dirasakan. Banyak yang rugi,” ungkapnya. (hud/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News