SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan nilai tukar dolar akibat perang antara Rusia dengan Ukraina, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto, mengingatkan seluruh stakeholder agar bisa menjaga inflasi dalam negeri.
"Sebenarnya kalau dampak langsung hampir tidak ada, karena nilai ekspor dan impor Jatim ke dua negara tersebut sangat kecil. Tetapi ada kemungkinan kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan nilai tukar dolar yang dikhawatirkan akan bisa mempengaruhi inflasi dalam negeri karena adanya kenaikan harga berbagai komoditas dan jasa," ujar Adik Dwi Putranto di Surabaya, Sabtu (26/2/2022).
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Apresiasi FGD Kebijakan Kenaikan CHT
Adik mengungkapkan, Rusia adalah salah satu negara penghasil minyak yang cukup besar di dunia. Dengan terkendalanya pasokan minyak dari Rusia selama peperangan, maka besar kemungkinan harga minyak dunia akan naik. Sehingga ada dua alternatif yang harus dipilih oleh pemerintah, pertama menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri atau dengan meningkatkan subsidi.
"Walaupun kenaikan harga minyak dunia ini juga memberikan angin segar untuk industri migas dalam negeri. Dan pastinya juga akan meningkatkan pendapatan negara bukan pajak yang berasal dari migas," lanjutnya.
Selain bisa mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia, perang antara Rusia dan Ukraina juga diperkirakan mengakibatkan naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah karena masyarakat dunia berpotensi melakukan spekulasi dengan membeli dolar.
Baca Juga: Di Lamongan, Khofifah Ajak Masyarakat Perbanyak Shodaqoh dan Semangat Jemput Lailatul Qadar
"Tetapi pantauan saya sampai hari ini, posisi rupiah masih kuat. Hari ini rupiah ditutup naik 0,19 persen ke level Rp 14.364 per dolar USS. Semoga saja rupiah tetap perkasa dan tidak mengalami gejolak," tandasnya.
Untuk itu, Adik mengimbau agar semua stakeholder tetap waspada dengan menjaga laju inflasi agar kinerja ekonomi Indonesia, khususnya Jawa Timur tidak kembali terkoreksi.
Terkait nilai ekspor non migas Jatim ke dua negara tersebut, Adik mengungkapan sangat kecil. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menunjukkan, ekspor non migas Jatim ke Rusia di tahun 2020 mencapai US$ 103,882 juta dan di 2021 mencapai US$ 128,077 juta. Besaran nilai ekspor ini hanya berkontribusi sebesar 0,6 persen terhadap total ekspor Jatim di 2020 yang mencapai US$ 18,270 miliar dan di 2021 sebesar US$ 21,301.
Baca Juga: Amerika Bentuk Mujahidin, Putin pun Tunjuk Si Rambut Putih Komandan Perang
"Beberapa komoditas ekspor non migas Jatim ke Rusia di antaranya adalah alas kaki, lemak, dan minyak nabati/hewani, bahan kimia organik, kakao dan olahannya, makanan olahan, kapas, ikan dan udang, kertas dan karton, buah, kopi, teh dan rempah," jelasnya
Impor Jatim dari Rusia juga cukup kecil. Pada tahun 2021 sebesar US$ 310,950 juta atau sekitar 1,4 persen dari total impor Jatim yang mencapai US$ 21,387 miliar. Komoditas impor dari Rusia di antaranya adalah pupuk, besi dan baja, garam, belerang dan kapur, ikan dan udang, gandum-ganduman, kertas dan karton, senjata dan amunisi serta bubur kayu dan batu serta barang dari kayu.
Begitu ekspor non migas Jatim ke Ukraina sangat kecil. Pada tahun 2020, ekspor non migas Jatim ke Ukraina mencapai US$ 11,119 juta dan di tahun 2021 mencapai US$ 14,801 juta atau sekitar 0,06 persen dari total ekspor Jatim
Baca Juga: Kadin Tuban Siapkan SDM Unggul Melalui Pelatihan Pelatih Versi Dasar
"Beberapa komoditas ekspor Jatim ke Ukraina diantaranya adalah alas kaki, kalau dan olahannya, lemak dan minyak nabati/hewani, bahan kimia organik, kertas dan karton, kopi, teh dan rempah, kayu dan barang dari kayu, kendaraan dan bijih logam. Untuk impor juga kecil, hanya sebesar US$ 297,384 juta atau sekitar 1,3 persen dari total impor. Komoditasnya diantaranya gandum-ganduman, besi dan baja, hasil penggilingan, gula dan kembang gula serta kopi, teh dan rempah," pungkas Adik. (nng)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News