Mayat Prajurit Rusia Tergeletak, Militer Ukraina Gigih, Jerman Kirim Rudal dan Senjata anti-Tank

Mayat Prajurit Rusia Tergeletak, Militer Ukraina Gigih, Jerman Kirim Rudal dan Senjata anti-Tank Tampak mayat tentara Rusia tergeletak di dekat sebuah kendaraan militer di pinggir jalan kota Kharkiv, Ukraina, 26 February 2022. Foto: AFP/beritasatu.com

KIEV, BANGSAONLINE.com --- Ternyata militer Ukraina sangat gigih melawan. Akibatnya, Rusia yang semula memberi target Jumat malam menguasai Kiev, ibu kota Ukraina, belum berhasil hingga Ahad (27/2/202) pagi ini.

Yang nampak di jalan raya justru mayat prajurit Rusia yang bergelimpangan. Jenazah itu dibiarkan tergeletak di pinggir tank mereka.

Baca Juga: Teroris Ateis Anti Islam Serang Pasar Natal, 5 Orang Tewas, 200 Luka-luka

Seperti dilansir beritasatu.com, pasukan Ukraina mempertahankan ibu kota Kiev dan kota-kota lain yang menjadi target serangan Rusia, Sabtu (26/2/2022).

Di hari yang sama, Rusia memerintahkan “serangan dari semua penjuru” setelah menurut klaimnya memberi jeda satu hari untuk memberi kesempatan bagi perundingan.

Di beberapa tempat di Ukraina, bangkai-bangkai tank Rusia yang dihajar rudal Ukraina dibiarkan teronggok di pinggir jalan.

Baca Juga: Destinasi Wisata Terpopuler di Jepang: Panduan Lengkap untuk Liburan Anda

Selain itu juga ditemukan jenazah tentara Rusia yang ditinggalkan. Sejumlah tentara Rusia tertangkap dan menjadi tawanan perang.

Menurut seorang pejabat keamanan Amerika Serikat, mengutip laporan intelijen, pertempuran paling sengit terjadi di sekitar dan di dalam kota Kharkiv,

Pasukan Ukraina memberi perlawanan gigih di wilayah utara untuk membendung gelombang serangan Rusia di Kiev.

Baca Juga: Perjanjian Internasional Akhiri Pencemaran Plastik Gagal, Negosiasi Akan Dilanjut Tahun Depan

“Namun, pertempuran paling sengit yang kami lihat terjadi di dalam dan sekitar Kharkiv,” kata pejabat tersebut seperti dikutip CNN.

Dua titik yang menjadi barisan pertahanan Ukraina adalah jalur menuju Kiev dan jalur dari Belgorod menuju Khakriv di kawasan utara.

(Foto: BBC/beritasatu.com)

Baca Juga: Mengapa Jupiter Punya Cincin, Sedangkan Bumi Tidak? Ini Penjelasannya

Di wilayah selatan, Rusia menghadapi perlawanan yang tidak terlalu sengit, demikian menurut pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pada hari sebelumnya mereka memang menyurutkan serangan untuk perundingan, tetapi hari Sabtu semua pasukan diperintahkan untuk kembali memulai serangan dari semua jurusan.

“[Pada Jumat], setelah rezim Kiev menyatakan siap melakukan perundingan, aktivitas kekerasan dalam operasi dihentikan sementara,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov dalam pernyataan tertulis.

Baca Juga: Kesemek Glowing asal Kota Batu, Mulai Diminati Masyarakat Indonesia Hingga Mancanegara

“Setelah pihak Ukraina mundur dari proses negosiasi, hari ini semua unit diperintahkan untuk melanjutkan aksi ofensif di semua penjuru sesuai dengan rencana operasi,” tambahnya.

Sepanjang Sabtu pagi waktu setempat, lebih dari 250 rudal Rusia sudah ditembakkan di Ukraina, kebanyakan adalah rudal balistik jarak pendek.

Seorang pejabat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menepis klaim “jeda untuk negosiasi”. Ia justru menuding pasukan Rusia kesulitan logistik di medan tempur yang menghambat pergerakan.

Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina

“Mereka didera masalah. Mereka kekurangan bahan bakar diesel, sehingga laju mereka menjadi lambat dan moral [pasukan] jelas sedang dalam masalah,” kata pejabat yang memilih anonim itu, sembari mengutip laporan intelijen NATO.

(Dua tank Angkatan Bersenjata Ukraina melintasi jalan di kawasan Lugansk, 26 Februari 2022. Foto: AFP/beritasatu.com)

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan laju pasukan Rusia sementara ini melambat kemungkinan karena kesulitan logistik dan perlawanan sengit pasukan Ukraina.

Baca Juga: Viral, Surat Suara di Taiwan Sudah Dicoblos Paslon Nomor Urut 3, KPU: Hoaks

Video yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa tank Rusia yang mogok di jalan raya karena kehabisan bahan bakar.

Laporan intelijen Kementerian Pertahanan Inggris juga menyebutkan bahwa target utama Rusia adalah merebut Kiev.

"Pasukan Rusia melewati pusat-pusat populasi di Ukraina tetapi mengurung dan mengisolasi mereka,” bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.

Baca Juga: Dampak Tak Pernah Ganti Celana Dalam

Kelompok-kelompok khusus Rusia yang bertugas melakukan sabotase diperkirakan sudah mulai beraksi di Kiev.

Sejauh ini Rusia sudah menguasai sebagian wilayah di selatan, timur, dan utara Ukraina, serta makin mendekat ke Kiev.

Wilayah barat relatif aman karena berbatasan dengan Polandia yang merupakan anggota NATO dan sangat menentang aksi militer Rusia. Polandia juga negara pertama yang mengirim bantuan amunisi ke Ukraina sejak pertempuran meletus Kamis lalu.

Sementara Jerman memutuskan mengirim 1.000 senjata anti-tank dan 500 rudal permukaan-ke-udara kelas 'stinger' ke Ukraina untuk membantu dalam pertempuran melawan Rusia.

Seperti dikutip detik.com, senjata akan dikirim secepat mungkin.

"Mengingat serangan Rusia di Ukraina, pemerintah siap untuk melepaskan bahan yang sangat dibutuhkan untuk pertahanan Ukraina," kata sumber pemerintah dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP, Minggu (27/2/2022).

Peluncur anti-tank akan dikirim melalui Belanda, yang telah membeli peralatan dari Jerman tetapi membutuhkan lampu hijau Berlin untuk mentransfer senjata ke Kiev.

Selain peluncur anti-tank, 14 kendaraan lapis baja telah disetujui untuk dikirim ke Ukraina.

Kendaraan akan diserahkan ke layanan Ukraina akan berfungsi untuk perlindungan personel.

"Akan berfungsi untuk perlindungan personel, mungkin untuk tujuan evakuasi," kata sumber itu.

Sumber tersebut mengatakan bahwa sebanyak 10.000 ton bahan bakar juga akan ditransfer melalui Polandia ke Ukraina. Sumber itu menambahkan bahwa "layanan dukungan lain yang mungkin sekarang sedang diperiksa,".

Kiev selama berminggu-minggu telah memohon kepada Jerman untuk mengirim persenjataan guna membantunya menghadapi invasi oleh Rusia.

Penolakan keras Berlin untuk menyetujui pengiriman senjata, dan keputusan sebelumnya untuk hanya mengirim 5.000 helm, telah memicu kemarahan dan ejekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO