DENPASAR, BANGSAONLINE.com – Umat Islam di Bali ternyata banyak merindukan kehadiran Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Buktinya, selama dua hari di provinsi penuh wisata alam itu, Kiai Asep diminta ceramah agama di berbagai tempat. Antara lain di masjid, majelis dzikir, paguyuban, dan tempat lainnya.
Kiai Asep dan rombongan tiba di Denpasar Bali Sabtu, 26 Maret 2022 sore. Habis Isya’, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu langsung memberikan ceramah di acara Akhirussanah Jamiyah Amnaniyyah Sirojuth Tholibiin Jampes Denpasar Bali.
BACA JUGA:
- Positif Usung Gus Barra, 5 Parpol Tak Buka Penjaringan Cabup Mojokerto
- Dibantu Gus Barra, Ibu Lahirkan Bayi Kembar, Dua Anaknya Dinamakan Barra
- Gus Barra Punya Potensi Tinggi Menang, Gerindra Tak Buka Pendaftaran Cabup Mojokerto
- Ketua PPP Jatim Nyai Mundjidah: Tak Buka Penjaringan, sudah Calonkan Gus Barra
Dalam acara jamiyyah yang diasuh Ir KH Agus Thoha Al Amani, Kiai Asep menyampaikan ceramah pentingnya menghadiri majelis dzikir seperti acara yang digelar jamiyah itu. Mengutip Hadits, Kiai Asep menegaskan bahwa majelis dzikir adalah taman surga. Karena itu sangat penting menghadiri acara majelis dzikir yang isinya membaca salawat, dzikir, dan istighatsah.
Menyongsong bulan suci Ramadan, Kiai Asep mengingatkan agar kita banyak bersedekah dengan cara memberikan ta’jil pada orang berpuasa di bulan Ramadan.
“Pahala memberikan takjil pada orang puasa, sama dengan pahala orang puasa tanpa mengurangi pahala puasa kita. Jadi kalau kita memberi takjil pada satu orang berpuasa berarti kita mendapat pahala satu orang berpuasa. Kalau kita memberikan takjil pada 100 orang berpuasa, kita mendapatkan pahala 100 orang berpuasa. Tanpa mengurangi pahala puasa kita sendiri,” kata Kiai Asep yang putra pendiri NU, KH Abdul Chalim itu.
Kiai Asep lalu mencontohkan tradisi memberi takjil di Masjid Nabawi Madinah. Menurut Kiai Asep, setiap menjelang maghrib di masjid Nabawi penuh dengan makanan dan minuman yang beraneka macam. Warga Madinah berebut menjemput setiap orang yang mau masuk ke masjid agar bersedia berbuka makanan dan minuman yang mereka sajikan.
“Masjid Madinah itu 8,5 hektar. Halamannya 16 hektar. Penuh dengan makanan dan minuman. Ratusan ribu bahkan jutaan orang tiap menjelang buka puasa berebut memberikan makanan dan minuman, karena mereka tahu pahalanya sangat besar,” kata Kiai Asep.
(DARI KIRI: Drs Makhfudh, MA, Syaikh Ibrahim, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dan pengurus Pergunu)
Kiai Asep tidak hanya menganjurkan orang lain bersedekah memberikan takjil. Tapi Kiai Asep sendiri juga melakukan apa yang ia ceramahkan.
“Saya di Mojokerto tiap hari undang 1.000 orang. Setiap orang saya beri uang Rp 100 ribu, beras 5 kg dan sarung,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa mereka diundang menjelang maghrib.
Kenapa? “Agar mereka berbuka puasa di tempat saya,” jelasnya.
Kiai Asep dan rombongan meninggalkan acara tersebut sekitar pukul 10.45 waktu Bali. Mereka kembali ke tempat penginapan. Yaitu kediaman H Sya’roni Yunus, wali santri Amanatul Ummah, di Perum Kubu Pratama Indah Blok F no 3 Imam Bonjol Denpasar.
Pagi dini hari, Kiai Asep berangkat ke Masjid Al-Fatah. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu diundang untuk memberikan Taushiah Subuh di masjid yang terletak di Jalan Danau Bratan Timur 5 Taman Griya Jimbaran Bali itu.
Dalam acara itu Kiai Asep menyitir Hadits yang artinya bahwa orang yang Salat Subuh berjamaah, kehidupannya berada dalam tanggungan Allah SWT. Karena itu Kiai Asep mengaku senang melihat warga sekitar masjid salat Subuh berjamaah di masjid Al Fatah itu.
Kiai Asep kemudian memberikan kesempatan kepada para jamaah untuk dialog. Seorang jamaah lalu menyampaikan kisah sedih keluarganya. Ia mengaku punya anak yang dipondokkan. Tapi perilakunya tak sesuai harapan. Ia bertanya kepada Kiai Asep bagaimana solusinya.