SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Tiongkok juga punya Ibu Kota Negara (IKN) baru. Namanya: Xiong'an. Gagasan IKN Tiongkok baru itu murni dari pribadi Xi Jinping. Bukan usulan dari siapa pun. Imping kemudian mengubah konsitusi. Jabatan presiden dua periode dicabut. Diganti tiga periode. Sukses.
Indonesia pun juga mencanangkan IKN. Namanya IKN Nusantara. Tapi untuk mengubah konstitusi gagal. Manuver penundaan pemilu dan jabatan presiden tiga periode ditentang mayoritas rakyat Indonesia.
Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai
Lalu apa perbedaan dan persamaan IKN Tiongkok dan IKN Nusantara? Baca tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE.com pagi ini, Kamis (5/5/2022). Selamat membaca:
REDAKSI BANGSAONLINE.com
YEIII... ini dia ibu kota negara yang baru: Nusantara. Saya sempat-sempatkan ke Nusantara. Dua hari sebelum Lebaran. Dengan tergesa-gesa. Setelah dari Kembang Janggut di pedalaman Kutai itu.
Baca Juga: Sidang Restitusi, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tuntut Rp17,5 M dan Tagih Janji Presiden
Saya malu. Sudah tiga kali menulis IKN. Belum pernah sekali pun ke sana. Padahal IKN itu hanya seloncatan kera dari kampung istri saya –kera Hanoman.
Saya akan menuliskannya secara berseri. Mungkin empat seri. Atau tiga. Atau lima. Mulai besok pagi. Saya harus mengendapkan dulu semua rekaman perjalanan itu. Yang hampir menguap dari otak selama Lebaran yang seru.
Setelah melihat sendiri, kesan saya beda sekali: dibanding sebelum ke lokasi IKN. Bacalah sendiri: besok pagi.
Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin
Tiongkok kini juga punya IKN –ibu kota negara yang baru. Namanya: Xiong'an. Terjemahan bebasnya: perkasa penuh kedamaian.
Itu bukan nama ciptaan baru. Itu singkatan dari dua nama kecamatan: Xiong dan Anxin. Lokasi IKN baru Tiongkok ini memang menempati tiga kecamatan lama. Yang paling timur: Xiong. Yang paling barat: Anxin. Di tengahnya, sebenarnya, masih ada satu kecamatan lagi: Rongcheng. Nama Rongcheng tidak diabadikan di nama itu karena letaknya di tengah.
Begitulah kebiasaan di sana dalam memberi nama. Terutama nama jalan tol. Misalnya jalan tol Beijin. Itu singkatan Beijing-Tianjin. Nama kota-kota yang dilewati tidak dimasukkan ke dalam singkatan. Semua nama jalan tol di Tiongkok seperti itu.
Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik
Berbeda dengan pemberian nama jalan tol di Indonesia: Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) atau Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Lembang-Cileunyi).
Ups... ada juga yang mirip di Tiongkok: Paspro –Pasuruan Probolinggo. Kota di tengahnya terlalu kecil untuk disebut: Grati dan Tongas. Saya melewatinya kemarin. Sepulang dari Banyuwangi. Juga berangkatnya.
Ngiler. Kalau saja jalan itu bisa sampai ke Banyuwangi. Rasanya Presiden Jokowi perlu satu periode lagi untuk menembusnya. Atau biarlah itu tugas presiden berikutnya. Atau jangan-jangan awal 2024 sudah bisa jadi.
Baca Juga: China Bakal Bantu Pendanaan Program Makan Bergizi Gratis Prabowo
Rasanya belum. Dari pembicaraan saya dengan kepala daerah di kawasan itu, terkesan pembangunan lanjutan tol itu melambat. Dan saya maklum mengapa begitu –semaklum-maklumnya. Anda pun sudah tahu.
Yang penting akan selesai. Suatu saat nanti.
Lokasi IKN baru Tiongkok itu tidak jauh: hanya sekitar 100 Km dari Beijing. Xiong'an terletak di tengah-tengah segitiga kota besar: Beijing, Tianjin, dan Baoding.
Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi
Saya sudah sering ke tiga kota itu. Beijing sudah tentu. Tianjin apalagi. Baoding? Di situ ada universitas kelistrikan terkemuka. Teman-teman saya banyak lulusan di situ.
Xiong'an akan jadi warisan besar Presiden Xi Jinping. Sepanjang masa. Gagasan IKN baru itu memang murni dari pribadi Xi Jinping. Bukan usulan dari siapa pun.
Ide itu lahir di tahun 2014 –ketika Xi Jinping mulai menjabat presiden. Di awal periode pertama. Tahun 2015 mulai dilontarkan. Tahun 2016 desain sudah jadi. Tahun 2017 persetujuan didapat. Tahun 2018 mulai ada aturan: dilarang jual beli tanah di tiga kecamatan itu.
Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran
Tahun 2019 saya ke sana: melihat-lihat lokasi itu. Termasuk ke danau besar yang ada di tengahnya. Tahun itu pula pemindahan penduduk mulai dilakukan. Besar-besaran.
Selama pandemi tahun 2020 dan 2021 pengerjaan proyek IKN berjalan terus. Dengan kecepatan Hanoman. Saya tidak tahu sudah seperti apa sekarang. Belum bisa dapat visa untuk ke Tiongkok.
Namun sejak ke sana, secara rutin, saya memonitor perkembangannya: lewat media. Video-videonya beredar luas. Sangat mengesankan. Saya begitu ingin melihat kenyataannya di lapangan.
Baca Juga: Di Banyuwangi, Khofifah Ucapkan Selamat untuk Prabowo dan Gibran
Belum bisa dapat visa.
Ledakan baru Covid di Shanghai memang sudah bisa diatasi. Sejak Jumat lalu. Tidak ada lagi kasus penularan baru.
Kemarin, penduduk Shanghai sudah boleh Lebaran. Telat satu hari dari Lebaran di Indonesia. Mereka sudah boleh keluar rumah –meski masih terbatas ke toko terdekat. Belum boleh keluar rumah melebihi 3 jam. Belum boleh pergi dengan mobil. Pun dengan sepeda pancal.
Shanghai perlu pembuktian. Apakah 0 kasus-baru sejak Jumat lalu itu akan 0 terus selama satu minggu ke depan. Setelah itu barulah PPKM dicabut.
Shanghai kelihatannya beres. Lebaran Shanghai ini disambut suka cita. Yakni setelah sebulan penuh mereka berpuasa: lockdown total. Sampai ada 60 perumahan yang dipagari keliling. Dengan pagar sejenis galvalum. Rapat. Kuat. Tinggi. Perumahan itu jadi mirip penjara.
Selesai?
Semoga.
Saya perlu visa.
Saya ingin ke Xiong'an. Apalagi setelah ke Nusantara pekan lalu.
Bisa?
Semoga.
Saya perlu ke sana.
Tapi ada waswas baru: kemarin, di Beijing dilakukan test masal. Jangan-jangan ledakan baru mengancam Beijing.
Semoga tidak.
Saya ingin segera ke IKN di sana.
Mungkin masih lama lagi –karena Covid-19 belum sepenuhnya selesai.
Kalau Xiong'an nanti jadi, saya belum dapat info: untuk apa gedung-gedung megah pemerintah pusat di sekitar lapangan Tian An Men, Beijing, itu.
Salah satu gedungnya, begitu besarnya sampai bisa untuk upacara militer di dalamnya. Yakni yang sebelah kanan lapangan (kalau kita melihatnya dengan posisi membelakangi Istana Kota Terlarang).
Waktu itu musim salju. Presiden SBY berkunjung ke Beijing. Harus diterima dalam upacara militer kenegaraan. Di lapangan Tian An Men penuh dengan salju. Maka upacara militer dilakukan di dalam gedung itu.
Sekali lagi saya ke gedung itu. Sebagai orang media: KTT Media Sedunia. Yang dibuka Presiden Xi Jinping.
Semua kantor pemerintah pusat itu harus pindah ke IKN baru. Demikian juga kantor-kantor pusat BUMN Tiongkok.
Inilah ibu kota baru yang dirancang sepenuhnya sebagai smart city. Biayanya: USD 580 miliar. Hitunglah sendiri.
Bandara internasional yang baru juga ada di dekat lokasi ini. Saya belum pernah mendarat di situ. Yang –kata media– serba menakjubkan. Bandara itu diresmikan tepat menjelang pandemi.
Dari Xiong'an –juga dari bandara baru itu– ada kereta cepat generasi terbaru: menuju Beijing. Hanya 35 menit.
Xiong'an.
Duh, ingin ke sana.
Seperti apa sekarang.
Kalau pun ada revisi, kelihatannya ini: Xiong'an bukan lagi kota besar bawah tanah pertama di dunia. Kelihatannya tidak jadi. Dibatalkan.
Awalnya kota itu akan dibangun di bawah tanah. Sepenuhnya. Ternyata dalam pelaksanaannya sepenuhnya di atas tanah. Hanya saja Xiong'an akan menjadi kota cerdas generasi terbaru.
Kapan selesai?
Kalau pun tidak tambah periode, Xi Jinping sudah bisa meresmikannya. Di akhir periode keduanya. Apalagi aturan konstitusi yang hanya boleh dua periode sudah dicabut. Dua tahun lalu.
Maka akan ada test di IG minggu depan: apakah nama ibu kota Tiongkok?
Anda sudah tahu. (Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News