Semua Mengira IKN di Tengah Hutan Rindang, Sunyi, Ternyata Dekat Kantor HTI

Semua Mengira IKN di Tengah Hutan Rindang, Sunyi, Ternyata Dekat Kantor HTI Dahlan Iskan

Saya menikmati perjalanan di tengah hutan ini. Bayangan saya, seperti itulah sepanjang jalan menuju IKN. Hutan. Hutan. Hutan. Rindang. Rindang. Rindang.

Ups... tidak.

Hanya sekitar 20 menit yang seperti itu. Setelahnya, mulailah terlihat rumah kayu di pinggir jalan. Lalu warung. Syukurlah tidak banyak. Hanya terlihat satu menit sekali. Tidak sampai merusak suasana teduh di dalam hutan.

Saya pun kembali salah duga. Kian ke dalam ternyata kian ramai. Mulailah terlihat kampung kecil. Rumah-rumah kayu. Kian lama kian banyak kampung. Kian besar. Kian padat. Kian ramai.

Lalu terlihat gerbang sederhana. Itulah gerbang masuk wilayah Kabupaten . Saking sederhananya sampai hanya seperti gerbang kampung.

Ini tanda-tanda kurang baik.

Benar.

Setelah gerbang itu tidak ada lagi hutan. Kanan kiri jalan sudah padat dengan rumah. Kayu. Beton. Campuran. Toko dan warung. Bengkel dan potong rambut.

Deretan kampung itu tidak putus-putusnya. Jauh lebih panjang dari yang rindang tadi.

Lalu terlihat pula kota kecil. Itulah kota Kecamatan Sepaku. Padat. Sesak. Apalagi ketika memasuki down town Sepaku. Jalannya macet. Ada pasar yang ramai sekali. Sampai tumpah ke pinggir jalan.

Mobil saya pun merambat di jalan itu. Kadang harus berhenti agak lama. Kendaraan terlalu banyak. Rebutan aspal.

(Presiden Joko Widodo duduk di depan tenda usai memimpin seremoni ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, , Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022). ANTARA FOTO/HO/Setpres-Agus Suparto/aww/suara.com)

Saya tidak menyangka pedalaman ini sudah begitu padat penduduk. Itulah kawasan transmigrasi di masa lalu. Yang sudah berubah menjadi kampung besar dan kota kecil.

Saya memang pernah melewati jalan ini. Sekian puluh tahun lalu. Yakni ketika dari Samarinda ke Banjarmasin. Dari Kaltim ke Kalsel. Naik bus kecil jarak jauh. Satu harmal. Bus saya lewat jalan ini. Tapi malam hari. Tidak tahu apa-apa.

Ternyata di siang hari, sekarang ini, sudah begitu ramainya. Salahlah dugaan saya bahwa IKN itu jauh di tengah hutan nan sunyi.

Jangan-jangan Anda juga mengira begitu.

Beberapa menit dari kepadatan itu terlihat bangunan bagus di kiri jalan. Agak jauh dari jalan raya Samarinda-Banjarmasin ini. Lalu terbaca papan nama di situ: Rumah Dinas Bupati . Yang ditangkap KPK barusan. Oh... Makanya bagus sekali.

"Lho ini ibu kota kabupaten?" tanya saya kepada mantan Wali kota Balikpapan Rizal Effendy.

"Itu rumah singgah bupati," jawabnya. "Dulu ada proyek peternakan sapi di sini. Kalau meninjau peternakan Pak Bupati tinggal di situ," katanya.

(Foto: pedia)

Tidak jauh dari rumah bupati ini, terlihat pula ada kantor HTI –Hutan Tanaman Industri.

"Kita sampai," ujar mantan wali kota itu.

Maksudnya sudah sampai di IKN.

Hanya sekitar 1 Km dari rumah bupati itu.

Gerbang masuk ini ternyata hanya kurang dari 1 Km dari kantor HTI itu. Artinya, IKN ini berada di jalur jalan raya Samarinda-Banjarmasin. Bukan di tengah hutan belantara.

Dari jalan raya ini sudah terlihat portal pemeriksaan: masuk IKN.

Siapa saja boleh masuk. Hanya harus melapor. "Kalau Sabtu Minggu sekitar 1.000 orang yang datang," ujar petugas di situ. Semua ingin melihat 'Titik Nol" IKN.

Termasuk saya. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Usai Diperiksa Bareskrim, Edy Mulyadi: Saya Minta Maaf Sedalam-dalamnya':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO