SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Keluhan pengguna jalan terkait rekaman suara Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, di sejumlah traffic light (TL) dinilai wajar oleh kalangan anggota DPRD Surabaya.
Hal ini lantaran rekaman suara berisi sosialisasi program dan kebijakan Pemkot Surabaya tersebut justru menambah bising, terutama saat cuaca Kota Surabaya sedang panas.
Baca Juga: Bang Udin, Pemuda Inspiratif Versi Forkom Jurnalis Nahdliyin
Anggota DPRD Surabaya dari Fraksi Partai Demokrat, Mochammad Machmud, menilai masyarakat sudah jenuh dengan model-model pencitraan seperti itu. Cuaca Surabaya yang panas, kata dia, tidak efektif dengan model 'kampanye' semacam itu.
"Tidak efektif dan tidak mengena, itu tak lebih dari materi kampanye. Sebab wali kota kan hanya menjabat 3 tahun, jadi butuh eksistensi untuk periode berikutnya," kata dia.
Baca Juga: Khofifah dan Eri Cahyadi Kompak Hadiri Ta’dzim Maulid Nabi Muhammad SAW di GBT
(Para pengendara sepeda motor berhenti di traffic light di kawasan Jalan Prof Dr Mostopo Surabaya. Di kawasan ini terdengar suara Wali Kota Eri Cahyadi terkait program Pemkot Surabaya.Foto: bangsaonline.com)
Namun, kata dia, masyarakat sekarang sudah pintar dan tahu kalau itu sekadar kampanye untuk kepentingan ke depan. Mestinya, kata Machmud, masyarakat disuguhi dengan potensi-potensi hiburan atau budaya lokal semacam lagu-lagu khas Surabaya, jula-juli, atau bahkan parikan.
"Tentunya dengan menampilkan suara-suara khas tokoh kesenian tersebut , sebab kalau suara wali kota yang ditampilkan kesanya ada kepentingan," katanya.
Baca Juga: Reses Perdana, Ning Ais Serap Aspirasi Ratusan Masyarakat di Simokerto
Dengan hiburan semacam itu, ujar Machmud, para pengguna jalan yang berhenti di traffic light akan merasa terhibur. "Toh dengan begitu nama wali kota sebagai pemimpin Surabaya yang akan dicatat warga. Ndak usah khawatir ndak diingat," kata Machmud.
Dia menyontohkan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang ditampilkan suara suara gending Jawa khas daerah tersebut. Tidak ada suara, apalagi foto pejabat setempat. "Masyarakat mengakui itu berkat kebijakan pimpinan setempat," katanya.
Baca Juga: Mas Iin dan Eri Cahyadi Siap Sinergi Bangun Sidoarjo dan Surabaya
(Eri Cahyadi. Foto: ist)
Untuk itu, lanjut Machmud, pihaknya berharap Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi benar-benar memberikan warna berbeda dalam memimpin Surabaya.
Sebab, ujar Machmud, kebijakan dan program yang selama ini dikeluarkan termasuk pemanfaatan traffic light masih mengekor model pemimpin sebelumnya, Tri Rismaharini (Risma).
Baca Juga: Eri-Armuji Patut Waspada! Peluang Dipecundangi Kotak Kosong Kian Menguat, ARCI Beberkan Alasannya
"Model seperti itu sudah usang, sudah selesai, apalagi wali kota masih muda tentu harus lebih progresif dalam menyikapi perkembangan zaman. Semua tak lepas dari cara memanfaatkan model komunikasi dan teknologi," katanya.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, sebagian warga Surabaya, terutama para pengendara sepeda motor merasa kepanasan menunggu lampu merah yang menyala berganti kuning dan hijau di traffic light (TL) di perempatan Kota Surabaya. Tapi pada saat itu di traffic light terdengar suara Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi lewat pengeras suara yang berisi program Pemkot Surabaya.
“Panase koyok ngene disuguhi pidato wali kota. Mbok yo lagu-lagu seng enak dirungukno ta opo (panasnya matahari kayak gini disuguhi pidato wali kota. Ya dikasih lagu-lagu yang enak didengarkan atau apa gitu),” ujar Diah Kusuma, perempuan pengendara sepeda motor. Ia tiap hari berpacu dengan panas matahari karena profesinya menuntut banyak di lapangan.
Baca Juga: PDIP Ajak Warga Surabaya Lawan Kotak Kosong di Pilwali 2024
Intinya, warga Surabaya ingin area publik di kota Surabaya banyak dihiasi asesoris dan nilai kepahlawanan yang menyenangkan, bukan pidato monoton. (lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News