SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Keluhan pengguna jalan terkait rekaman suara Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, di sejumlah traffic light (TL) dinilai wajar oleh kalangan anggota DPRD Surabaya.
Hal ini lantaran rekaman suara berisi sosialisasi program dan kebijakan Pemkot Surabaya tersebut justru menambah bising, terutama saat cuaca Kota Surabaya sedang panas.
Baca Juga: Wali Kota Eri Sebut HGB 656 Hektare Bukan di Perairan Surabaya, Walhi Jatim Curiga soal ini
Anggota DPRD Surabaya dari Fraksi Partai Demokrat, Mochammad Machmud, menilai masyarakat sudah jenuh dengan model-model pencitraan seperti itu. Cuaca Surabaya yang panas, kata dia, tidak efektif dengan model 'kampanye' semacam itu.
"Tidak efektif dan tidak mengena, itu tak lebih dari materi kampanye. Sebab wali kota kan hanya menjabat 3 tahun, jadi butuh eksistensi untuk periode berikutnya," kata dia.
Baca Juga: Dihadiri Wali Kota dan Kapolrestabes, PCNU Surabaya Gelar Doa Bersama Jelang Harlah ke-102
(Para pengendara sepeda motor berhenti di traffic light di kawasan Jalan Prof Dr Mostopo Surabaya. Di kawasan ini terdengar suara Wali Kota Eri Cahyadi terkait program Pemkot Surabaya.Foto: bangsaonline.com)
Namun, kata dia, masyarakat sekarang sudah pintar dan tahu kalau itu sekadar kampanye untuk kepentingan ke depan. Mestinya, kata Machmud, masyarakat disuguhi dengan potensi-potensi hiburan atau budaya lokal semacam lagu-lagu khas Surabaya, jula-juli, atau bahkan parikan.
"Tentunya dengan menampilkan suara-suara khas tokoh kesenian tersebut , sebab kalau suara wali kota yang ditampilkan kesanya ada kepentingan," katanya.
Baca Juga: Fasum dan Taman Rusak, Wali Kota Surabaya Geram, Lapor Polisi dan Minta Komdigi Blokir Apk Jagat
Dengan hiburan semacam itu, ujar Machmud, para pengguna jalan yang berhenti di traffic light akan merasa terhibur. "Toh dengan begitu nama wali kota sebagai pemimpin Surabaya yang akan dicatat warga. Ndak usah khawatir ndak diingat," kata Machmud.
Dia menyontohkan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang ditampilkan suara suara gending Jawa khas daerah tersebut. Tidak ada suara, apalagi foto pejabat setempat. "Masyarakat mengakui itu berkat kebijakan pimpinan setempat," katanya.
Baca Juga: APBD Rp11 Triliun Dirasa Tak Cukup untuk Pembangunan, Pemkot Surabaya Rencana Utang Sampai Segini
(Eri Cahyadi. Foto: ist)
Untuk itu, lanjut Machmud, pihaknya berharap Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi benar-benar memberikan warna berbeda dalam memimpin Surabaya.
Sebab, ujar Machmud, kebijakan dan program yang selama ini dikeluarkan termasuk pemanfaatan traffic light masih mengekor model pemimpin sebelumnya, Tri Rismaharini (Risma).
Baca Juga: Surabaya Tak Ikut Peluncuran Serentak Makan Bergizi Gratis, Eri Cahyadi Bilang Begini
"Model seperti itu sudah usang, sudah selesai, apalagi wali kota masih muda tentu harus lebih progresif dalam menyikapi perkembangan zaman. Semua tak lepas dari cara memanfaatkan model komunikasi dan teknologi," katanya.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, sebagian warga Surabaya, terutama para pengendara sepeda motor merasa kepanasan menunggu lampu merah yang menyala berganti kuning dan hijau di traffic light (TL) di perempatan Kota Surabaya. Tapi pada saat itu di traffic light terdengar suara Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi lewat pengeras suara yang berisi program Pemkot Surabaya.
“Panase koyok ngene disuguhi pidato wali kota. Mbok yo lagu-lagu seng enak dirungukno ta opo (panasnya matahari kayak gini disuguhi pidato wali kota. Ya dikasih lagu-lagu yang enak didengarkan atau apa gitu),” ujar Diah Kusuma, perempuan pengendara sepeda motor. Ia tiap hari berpacu dengan panas matahari karena profesinya menuntut banyak di lapangan.
Baca Juga: Natal 2024, Wali Kota Eri: Surabaya Ruang untuk Tinggal dalam Harmoni
Intinya, warga Surabaya ingin area publik di kota Surabaya banyak dihiasi asesoris dan nilai kepahlawanan yang menyenangkan, bukan pidato monoton. (lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News