SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Komunitas Seni Budaya BrangWetan menggelar workshop bertajuk 'Penguatan dan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta Jurnal Mata Pelajaran Berbasis Toleransi untuk Guru Mata Pelajaran' mulai kemarin hingga hari ini, Rabu (25/5/2022).
Agenda tersebut diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru mata pelajaran dari lima SMAN 1 Gedangan, MAN Nurul Huda Sedati, SMPN 1 Waru, SMPN 1 Taman, dan SMPN 1 Gedangan. Workshop ini bagian dari rangkaian program BrangWetan selama satu tahun yaitu 'Cinta Budaya Cinta Tanah Air' yang berlangsung hingga pertengahan tahun depan.
Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional
Kabid Penjamin Mutu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo, Netti Lastiningsih menjadi narasumber pada hari pertama workshop. Ia menyampaikan dua materi tentang Asesmen Diagnostik dan RPP atau Modul Ajar Berbasis Toleransi, yang mana para guru wajib mengetahui kemampuan dasar dan kondisi awal siswa sebelum memulai pembelajaran.
"Jangan sampai pada akhir pembelajaran, sudah mengajar satu semester, ternyata guru baru tahu bahwa siswa tidak suka dengan mata pelajaran yang diajarkan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima BANGSAONLINE.com.
Menurut dia, hal itulah yang dinamakan Asesmen Diagnostik dan harus dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran. Asesmen Diagnostik, kata Netti, akan diganti dengan istilah Asesmen Awal agar tidak ada pemahaman bahwa hanya orang ahli saja yang melakukannya.
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Siswa, Khofifah Dorong Inovasi Digital di Perpustakaan
Yang dimaksudkan Asesmen Diagnostik adalah asesmen yang dilakukan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Netti memaparkan, ada dua Asesmen Diagnostik, yaitu Non-Kognitif dan Asesmen Diagnostik.
Tujuan Asesmen Diagnostik Non Kognitif adalah mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, mengetahui aktivitas selama belajar di rumah dan mengetahui londisi keluarga siswa. Selain itu untuk mengetahui latar belakang pergaulan siswa, gaya belajar, karakter, minat siswa, cara pandang siswa dan mengetahui sikap menghargai perbedaan, toleran, budaya, dan lain lain.
Netti mengingatkan sebetulnya hal-hal di atas menjadi tugas Guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang dilakukan melalui psikotest. Sayang sekali kalau hal itu tidak diketahui oleh para guru.
Baca Juga: PT Megasurya Mas Beri CSR Beasiswa untuk 356 Siswa di Sidoarjo
“Biaya Psikotest itu mahal lho, eman-eman kalau guru tidak tahu hasilnya sehingga tidak bisa mengambil sikap ketika mengajar,” kata Netti.
Sedangkan Asesmen Diagniostik Kognitif bertujuan mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa dan memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata.
Workshop hari pertama ini berlangsung siang hingga malam hari. Sedangkan hari kedua workshop, Rabu (25/5/2022), diisi narasumber dari Tim LPPM UIN Sunan Ampel, yakni Prof Dr Rubaidi, Dr Hernik Ferisia, dan M. Amin Hasan, Mpd. (sta/mar)
Baca Juga: Program Sekolah Toleransi: Inspirasi Baru untuk Masa Depan Kota Delta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News