Dua Tahun Kekayaannya Naik Rp30 Triliun, Datuk Low Dirikan Kebun Binatang 200 Hektare

Dua Tahun Kekayaannya Naik Rp30 Triliun, Datuk Low Dirikan Kebun Binatang 200 Hektare Dahlan Iskan. Foto: bangsaonline.com

"Seminggu sekali harimau itu kami wajibkan puasa. Tidak makan 24 jam," kata penjaga di situ. "Untuk menjaga selera makan," tambahnya.

Kelompok menjangan jadi satu dengan kuda. Khusus untuk koleksi kuda dibuatkan kandang ber-AC. "Kuda-kuda ini dari Belanda. Kami sesuaikan suhunya dengan di sana," ujar penjaga kuda.

Kelompok unggas, termasuk burung unta, merak, dan berbagai jenis flamingo diberi tempat tersendiri. Luar biasa banyak jenis unggas dari banyak negara. Dengan warna bulu yang berbeda-beda.

Lalu ada kelompok kura-kura. Ternyata begitu banyak jenis kura di dunia. Ada pula kelompok ikan. Kolam ikan arwananya saja dua buah. Besar-besar. Yang dicampur dengan ikan patin. Dua-duanya bisa disatukan. Arwana bergerak di permukaan air. Patin di dasar kolam. Keduanya sama-sama hanya mau makan ikan kecil.

Maka di kompleks ini ada kolam ikan nila yang besar. Sebagian untuk dimakan manusia, sebagian besarnya untuk makan arwana dan patin. "Arwananya lebih 3.000 ekor," ujar penjaga arwana itu.

Anda harus hafal nama-nama binatang di situ, siapa tahu Bayan akan mengadakan kuis.

Untuk kebun binatang ini saja 100 karyawan ditugaskan penuh di sini. Umumnya orang dari penduduk sekitar. Dokter hewannya empat orang. Lulusan Udayana dan UGM. Masih ada pula ahli gizi khusus binatang. "Kera dan orang utan biasanya kekurangan protein," ujar ahli gizi di situ. "Seminggu sekali, satu kera kami beri telur dua buah," ujarnyi. Kurang protein itu lantaran makan mereka yang hanya lebih banyak buah. Ahli gizi binatang itu lahir di Bulungan, besar di Penajam, dan kuliah di Yogyakarta. Dua tahun bekerja di sini dia punya ide: menciptakan kue bergizi untuk binatang.

Kembali ke harimau. Delapan ekor itu awalnya hanya satu pasang. Dari Taman Safari. Di sinilah pasangan itu melahirkan untuk kali pertama: sepasang. Mati semua. Lalu melahirkan lagi sepasang. Hidup semua. Lalu melahirkan lagi dua kali. Masing-masing sepasang.

Sedang koleksi kudanya bukan kuda biasa. Datuk Low suka . Tingginya, tertinggi, hanya 80 cm. Didatangkan dari Belanda. Sebanyak 12 ekor. Itulah sebabnya kandang itu harus diberi AC. Masing-masing kuda diberi nama. Saya masuk kandangnya Linda. Cantik. Dengan ekor kudanya yang seski. Dan rambutnya terurai.

Koleksi keranya lengkap sekali. Termasuk . Juga kera dari banyak negara. Saya lagi cari-cari kera yang wajahnya mirip saya: tidak ketemu.

Yang terbaru: ada kera "" dari Thailand –kera yang lucu karena geraknya sangat-sangat lambat.

Kera "" itu baru saja tiba. Pagi itu. Masih ditempatkan di kandang khusus karantina –di belakang ''club house''.

Jam 10.30 helikopter Datuk Low tiba. Saya menyambutnya di teras club house. Ia hanya pakai hem dan celana sangat biasa. Umurnya 74 tahun. Masih lincah. Badannya sangat langsing.

Setelah menyapa saya, ia menoleh ke seorang staf. "Sudah datang?" tanyanya.

Yang ditanyakan itu soal kera "" tadi. Yang ditanya mengangguk.

"Kita lihat yuk...," katanya pada saya.

"Saya sudah melihatnya tadi pagi," jawab saya.

"Kita lihat lagi...," pintanya.

Kami pun ke kandang karantina itu. Dua kera itu lagi tidur.

Dalam hati, saya tersenyum. Kok yang ditanyakan pertama soal binatang. Bukan perkembangan perusahaan.

Bagi kebanyakan orang, kebun binatang ini sudah satu perusahaan besar sendiri. Setidaknya pembiayaannya. Orang utan pun dibuatkan rumah yang sangat khusus. Salah satu anak orang utan itu sangat manja: minta terus digendong petugas wanita di kandang itu. Saya mencoba menggendongnya juga. Tidak mau. Ups. Ternyata mau. Ia bukan anak orang utan yang penakut.

Datuk Low pun mengajak ke kelompok burung. Ia terus bicara soal binatang. Dan binatang.

Ia sudah tahu soal perusahaan. Tidak perlu bertanya. Ia tentu hafal labanya tahun lalu saja Rp 30 triliun. Berarti laba Bayan dua kali lipat dari laba Adaro atau KPC–padahal produksinya hanya sekitar separo dari Adaro. Pun KPC.

"Betapa efisien Bayan," kata saya. Dalam hati saja. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO