Protokol Kesehatan Sapi? Ini Cerita drh Indro Cahyono

Protokol Kesehatan Sapi? Ini Cerita drh Indro Cahyono Dahlan Iskan

BANDUNG, BANGSAONLINE.comPenyakit mulut dan kuku () pada sapi sedang melanda Indonesia. Kini banyak pihak berusaha membuat obat . Yang unik, drh Indro Cahyono membuat protokol Kesehatan sapi. Apa maksudnya?

Silakan baca tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA hari ini, Selasa 21 Juni 2022. Atau di BANGSAONLINE.com di bawah ini. Selamat membaca:

OBAT sedang dirancang. Para peternak tidak bisa menunggu. Mereka pun mencoba .

Begitu banyak relawan sekarang ini. Ada Vera Tan di Batam, ada Joko Nusantara di Bali. Ada Ira di Surabaya. Sampai ada yang mendirikan gerakan penyelamat bumi.

Semua orang bisa membuat sendiri. Termasuk Anda. Dan saya. Saya lagi belajar dari Vera, Ira, dan Joko itu.

Yang menyiapkan obat , Anda sudah bisa menebak: drh Indro Cahyono. Peneliti serius segala macam virus itu.

Sudah tiga hari Indro melakukan PCR pada sapi-sapi itu. Mokusnya diambil dari pangkal hidung. Air liurnya juga diperiksa. Pun air susunya.

"Saya juga melakukan pengambilan darah sapi untuk diperiksa antibodinya," ujar drh Indro Cahyono, Ahad lalu. Peneliti virus lulusan Gadjah Mada dan Australia ini ingin menemukan obat penyakit mulut dan kuku pada sapi (). Penyakit itu lagi melanda Indonesia. Bikin kaget. Sudah lebih 30 tahun Indonesia dinyatakan bebas penyakit (Disway 23 Mei 2022).

Anda sudah tahu: sapi tidak punya lengan. Dari mana pengambilan darahnya? "Dari ekornya. Dekat pangkal ekor. Di bagian yang biasa menutup anusnya," ujar drh Indro.

"Saya optimistis, satu minggu lagi sudah menemukan obatnya," ujarnya. "Penelitian ini harus dilakukan untuk memastikan obat yang tepat," tambahnya. "Tidak hanya coba-coba," tambahnya.

Penelitian itu dilakukan di sebuah kandang sapi di dekat Bandung. Ada 12 sapi yang terkena yang jadi objek penelitian. Juga beberapa sapi yang sehat sebagai pembanding.

"Kalau mulut dan kuku sapi sudah terlihat luka itu berarti sudah hari ke 4 virus menyerang," katanya. Selain khusus menyerang mulut dan kuku virus ini juga bisa menyerang jantung. Tapi jarang.

Sapi yang terserang akan memiliki antibodi. Tapi antibodi itu baru muncul di hari ke 7. Berarti sapi yang sudah luka itu, yang sudah sulit makan itu, masih akan terus diserang virus selama tiga hari lagi. Tanpa perlawanan. Maka tiga hari itu harus dipakai habis-habisan untuk menyelamatkan sapi. Itulah tiga hari yang kritis.

Kalau tiga hari itu bisa terlewati sapi akan sembuh. Antibodinya akan menyembuhkan, mulai hati ke 7. Hari ke 14 sapi akan sembuh sendiri.

Maka selama tiga hari itu pengobatan harus dilakukan. Obatnya belum ada. Tunggu satu minggu lagi. Sambil menunggu kelahiran obat itu, apa yang harus dilakukan?

Drh Indro membuat .

Pertama virus di sekitar sapi harus dihancurkan. Pakai disinfektan. Kandang harus bersih.

Kedua, berikan vitamin E dan nutrisi lainnya. Agar sapi punya daya tahan dan bisa segera melahirkan antibodi.

Ketiga, minumkan bubur nutrisi atau makanan yang sudah dibuat cair. Paksakan masuk ke perut sapi. Kalau perlu lewat selang.

Selama mulutnya banyak luka sapi tidak bisa makan. Anda pun begitu. Akibatnya sapi kekurangan gizi. Daya tahannya menurun. Mati.

Nanti setelah obatnya lahir, bisa dibantu obat. Bentuknya salep. Bukan cair. Agar bisa tahan lama menempel di luka.

Salep itu juga bisa dipakai untuk luka yang di mulut. "Tidak bahaya. Salep itu nanti food grade. Tertelan sampai perut pun tidak apa-apa," katanya.

Sementara obat itu belum ada peternak pakai cara sendiri-sendiri. Salah satunya, yang lagi dikampanyekan itu, pakai . Bentuknya cairan. Dioleskan di luka. Di kuku. Di mulut. Dasarnya pengalaman. Testimoni. Logika. Virus itu mati kalau terkena cairan rendah PH. itu ber-PH rendah.

Saya melihat video testimoni di peternak Pujon, Malang. Yang menjadi pusat susu Indonesia. Dulu. Saya melihat bagaimana peternak mengikat mulut sapi. Lalu mengusapkan air yang sudah dicampur ke seluruh bagian luar mulut sapi.

itu gratis. Banyak relawan di seluruh Indonesia. Tujuan relawan itu, awalnya, bukan untuk . Mereka relawan penyelamat bumi dan lingkungan.

itu mereka buat sendiri. Tidak beli. Tidak impor. Anda pun bisa membuatnya. Caranya sangat mudah. Hanya saja perlu waktu lama. Ini hambatan utama. Sulit meluas. Masyarakat di zaman medsos serba kesusu.

Tapi tidak boleh menyerah.

Klik Berita Selanjutnya

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO