KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Situs Ndalem Pojok Kediri menggelar Haul Bung Karno ke-52. Ketua Harian Persada Sukarno, Kushartono, menyebut ada tujuh alasan yang menjadi dasar bahwa penggalian awal Pancasila adalah dari Kediri bukan di Ende, Nusa Tenggara Timur.
“Ada lima alasan. Pertama tinjauan sejarah, kedua tempat sejarah, tiga silsilah, empat makna filosofi, lima ilmu botani, enam nama Pancasila, tujuh kesaksian keluarga. Ini tujuh landasan berfikir kami,” ujarnya, Selasa (21/6/2022) malam.
Baca Juga: Setubuhi Anak Kandung Sendiri, Pria di Kediri Ditangkap Polisi
Menurut dia, pertama alasan fakta sejarah. Berdasarkan Pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945, jelas dikatakan Pancasila sudah mulai digali sejak tahun 1918, jauh sebelum Soekarno diasingkan di Ende. Singkatnya Ende bukan tempat penggalian awal. “Ini dipegang dulu sebagai pintu masuk,” kata Kus (sapaan akrab Kushartono).
Ia menjelaskan, dalam buku yang diberi pengantar oleh Guruh Soekarno ini juga diceritakan tentang kebiasaan Soekarno muda merenung di bawah pohon kepuh yang berada di belakang Ndalem Pojok, di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.
“Jadi berdasarkan dua alasan, pertama dokumen sejarah pidato Bung Karno 1 Juni 2022 yang mengisyaratkan soal waktu awal penggalian dan berdasarkan buku berjudul Trilogi Spiritualitas Soekarno yang menerangkan soal tempat, sudah cukup jelas dimana awal mula Soekarno menggali Pancasila,” urai pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPC PCTA Indonesia Kediri ini.
Baca Juga: Uniska Jalin Kerja Sama dengan Bank Indonesia Melalui Program Beasiswa
Kus mengatakan bahwa berdasarkan dokumen silsilah keluarga dari jalur nenek naik ke atas Soekarno adalah keturunan Sunan Kalijogo. “Fakta pohon kepuh yang diceritakan dalam buku Trilogi Spiritualitas Soekarno posisinya pas berada dipinggir sungai aliran mata air lereng Kelud. Dan sekarang pohon itu dapat kita saksikan. Jadi menurut kami ini juga tambah memperkuat,” tuturnya.
Selanjutnya dari sisi makna filosofis pohon kepuh. Puh, dalam bahasa jawa berarti diperas, diproses, guna memperoleh sari pati. Sementara buah pohon kepuh namanya prono jiwo. Dalam bahasa Jawa prono jiwo artinya jiwanya jiwa. “Makna filosofi ini tambah memperkuat lagi, prono jiwonya, jiwanya jiwa bangsa Indonesia. Apa? Jiwanya jiwa bangsa Indonesia ya Pancasila,” paparnya.
Berikutnya tinjauan dari ilmu tumbuh-tumbuhan atau Botani. Dikatakan buah pohon kepuh yang bernama prono jiwo ini mengandung zat alami anti hayawan, biasanya buah ini dibuat untuk pelengkap jamasan pusaka. “Jadi secara ilmu botani kalau orang duduk berlama-lama di bawah pohon kepuh akan terasa nyaman karena tidak akan ada nyamuk atau ular yang mengganggu,” tuturnya.
Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60
Terakhir soal kesaksian keluarga, ini nampaknya yang menjadi penerang bagi semua alasan yang ada. Pasalnya kisah Soekarno muda mulai merenungkan Pancasila di bawah pohon kepuh di Kediri ternyata memang ada saksinya. “Mantan anggota DPR RI, maaf tidak perlu saya sebut namanya, dia mengaku pernah mendapat cerita soal Soekarno menggali Pancasila di bawah pohon kepuh itu,” kata Kushartono.
Waktu muda, Presiden RI pertama' Ir Soekarno yang akrab disapa Bung Karno, sering datang ke Kediri, tepatnya di sebuah rumah yang kini disebut sebagai Ndalem Pojok di Desa Pojok Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
Pada tahun 1918, Soekarno indekos di rumah Haji Cokroaminoto di Surabaya. Waktu itu Bung Karno bersekolah di Surabaya dan saat liburan, Soekarno muda sering pulang ke keluarga Ndalem Pojok di Kediri. Keterangan ini bisa dibaca di buku Trilogi Spiritualitas Soekarno karya Dian Sukarno.
Baca Juga: OTK Penantang Duel Kabag Ops Polres Kediri Kota Diamankan, Ternyata Menderita Gangguan Jiwa
Pernyataan Kushartono diiyakan oleh Soenarto, Mantan Rektor Universitas Bung Karno. Ia menilai, Bung Karno memang pernah bermunajat kepada Allah SWT di bawah pohon kepuh di belakang pohon Kepuh di belakang Ndalem Pojok.
“Ya benar. Sudah pasti Bung Karno di bawah Pohon Kepuh Mesu Budi Bermunajat kepada Alloh Taala merenung untuk Indonesia Merdeka dari berbagai aspek termasuk aspek dasar dan idiologi untuk Indonesia Merdeka kelak. Di bawah pohon Kepuh Sakral itulah Sinar Wahyu Ilahi mulai menyinari mengilhami Bung Karno untuk Jati Diri Bangsa Indonesia Pancasila,” kata Soenarto yang juga Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayan PCTA Indonesia. (uji/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News